[21] Insecure
Setelah gue dengan repotnya menggerus obat dan ngebiarin Chanyeol minum obatnya di kamar, gue langsung bersih-bersih bekas makan kami berdua dan berniat untuk mengecek sekali lagi keadaan Chanyeol di dalam kamarnya.
Sehabis itu, gue berniat untuk pulang ke rumah.
Gue merasa nggak baik juga gue berduaan lama-lama kayak gini.
Selagi gue mencuci piring-piring kotor di wastafel, gue sesekali mengecek hape gue yang ada di samping rak piring.
Gue lagi mengecek kabar dari Lay. Dari pagi gue belum dapat kabar dari dia.
Dan voila! Sepersekian detik kemudian orang itu nelpon gue. Gue dengan cepat membersihkan dan mengeringkan tangan gue yang basah akibat cuci piring.
Gue berdehem-dehem beberapa kali sebelum akhirnya mengangkat telpon dia.
"Halo?"
"Hey, babe."
Rasa aneh dan gelenyar itu muncul di dada gue. Jantung gue mulai berdetak cepat seperti biasanya, ketika Lay memanggil gue dengan sayangnya.
Yah, memang nggak ada yang salah di diri gue. Gue Rara, ceweknya Lay yang masih suka dan cinta sama Lay.
Right?
"Apa lo, babe babe. Kenapa ampe telpon segala?"
Lay tertawa di seberang sana. "Kamu lagi apa? Udah makan?"
"Udah, barusan aja. Sama Chan—"
Gue memotong ucapan gue. Terdiam sebentar, memikirkan hal-hal yang bakal terjadi ketika gue menyebut nama caplang itu.
Apa hubungan kita bakal baik-baik aja kalo gue nyeritain perihal hari ini tentang gue yang ngejagain Chanyeol di rumahnya?
"What is it?"
Gue menelan ludah gue. "Sama Chanyeol, iya. Tadi aku makan bareng Chanyeol. Sama Baekhyun juga."
"Di rumah kamu?"
"I-iya.."
"Ohh, bagus, deh. Kamu udah mulai akrab sama Chanyeol, ya? Dia emang seru kok orangnya."
Gue menunduk.
Was it all going to be okay?
I did a mistake. Many times. I've lied to him, many times.
"Haha, iyaa."
Lay berdehem panjang, dan gue pun terdiam. Menunggu dia bicara lagi, dengan pikiran gue yang kacau.
Setelah beberapa saat nggak ada yang berbicara, gue malah mendengar sahutan suara Mama Lay di telpon yang membuat gue menganga cukup lebar sambil melotot.
"Is that your mom?"
Lay terkekeh canggung. "Yeah.."
Gue masih dengan muka yang kaget dan nggak percaya. "You're in China, am i right?"
"Hmm, unfortunately, yeah."
Gue semakin nggak percaya dan menghembuskan napas panjang. "Kenapa nggak bilang, sih? Dari kapan?"
"Tadi pagi. Maaf nggak bilang-bilang ke kamu. Tadi urgent banget soalnya. Adik mama diopnam lagi. Makanya aku nggak sempet bilang kamu. Forgive me, please?"
Gue memejamkan mata gue dan menghirup udara sebanyak mungkin. "Terus kapan balik?"
"Mungkin aku 2 mingguan bakal di sini. Aku juga udah bilang ke dosen matkul aku buat cuti 2 minggu."
Lama banget anjir.
Serasa ditinggal suami ke Korea.
"Ya udah, jangan lupa makan di sana. Salam buat Mama dan Papa kamu, ya. Semoga adik mama kamu cepet sembuh."
"Iya, sayang. Makasih, ya."
Gue terdiam mendengar ucapan sayang dari dia.
Why is it feels so different?
Rasanya beda mendengar Lay manggil gue sayang. Kayak.. nggak sama seperti dulu-dulu gue merasa pengen pingsan bahkan kejang-kejang dipanggil sayang sama dia.
Mungkin perasaan itu masih ada, tapi nggak sehebat saat pertama kali gue pacaran sama dia.
What happened to me?
"Ra, is it just my feelings or you are literally not okay right now?"
Gue sedikit terkejut mendengar lirihan dia yang tepat sasaran.
"Is everything okay?"
Gue menggeleng kecil, sambil berusaha senyum, "I'm okay."
Lay menghembuskan napasnya. "Okay, then. I'll call you later."
"Yeah.."
"I love you."
Gue diam sebentar.
"I love you too. Bye."
Setelah mendengar suara Lay yang membalas salam jumpa dari gue, gue langsung memutuskan sambungan telpon.
Gue menaruh hape gue di kantung celana gue.
Gue menghembuskan napas panjang.
Entah kenapa rasa bersalah itu muncul lagi di diri gue. Rasa bersalah kepada Lay yang gue juga nggak ngerti.
"Raa!"
Gue sedikit kaget saat suara Chanyeol manggil nama gue tiba-tiba.
Gue nggak membalas panggilan dia dan malah lanjut nyuci piring.
Biarlah si caplang ngehampirin gue.
Toh, dia yang butuh, kan?
Lagi asyik-asyiknya gue nyuci piring, gue tiba-tiba merasakan hembusan napas seseorang menerpa leher gue disambut dengan suara rendah di dekat telinga gue.
"What are you doing?"
Tubuh gue menegang, dan jangan lupa bulu gue ikut meremang mendengar suara rendah milik Chanyeol yang sekarang lagi berada di belakang tubuh gue dengan kepalanya yang di samping kepala gue.
Gue mematikan keran air dengan cepat, kemudian balik badan, "Apa, sih?! Geli tau!"
Chanyeol kekeh kecil. "Geli apanya? I'm doing nothing."
Gue natap dia kesal. "Gak usah deket-deket bisa nggak, sih?"
Gue merasa risih dengan badan dia yang berada cuma beberapa senti di depan gue. Bahkan pinggang gue sampai menekan wastafel di belakang.
Gue nggak tau apa yang ada di pikiran Chanyeol, tapi dia tiba-tiba aja menyeringai dan dengan brengseknya mendekatkan wajahnya ke samping kepala gue dengan tangannya yang terulur ke belakang badan gue.
Dia berbisik. "Gue cuma mau bilang, lo kelupaan nyuci gelas gue."
Sumpah demi apapun, posisi dia deket banget sama posisi gue sekarang.
Ini buat gue jadi nahan napas gue, karena gue nggak berani buat napas barang sedetik aja.
"MONYET LO, CAPLANG! PERGI LO!"
Teriak gue setelah dia menjauh dengan ketawa jailnya itu seakan nggak berdosa sama sekali.
Dia kok brengsek banget, sih?
Nggak tau apa gue udah punya Lay?!
Sebelum dia pergi menjauh, dia berhenti melangkah, dan membalikkan badannya lagi menghadap gue.
Gue dengan beberapa umpatan yang udah siap gue keluarkan, harus rela tertelan di tenggorokan gue karena Chanyeol dengan bangsatnya bicara lagi dengan seringainnya itu.
"Anyway, i really like that smell of the perfume you're wearing right now."
💩💩💩
"Baek, pesenin gue bubur ayam, dong. Badan gue nggak enak, nih."
"Yeu, mentang-mentang kagak ada Lay aja, ngebabuin aing!"
Walaupun udah natap gue kesel dan dengan sinis, Baekhyun tetap bergerak dan jalan menuju kedai-kedai makanan yang ada di kantin.
Gue mengecek hape gue sesekali, nunggu kabar dari Lay.
Udah 2 hari dia nggak ada kabar. Kan gue jadi kepikiran.
"Yang, nanti aku ke apart kamu, ya. Mau ngambil soptek aku ketinggalan," sahut Mika yang lagi gelendotan di tangan Sehun.
Lisa, Salsa, Dio, dan juga Kai langsung natap mereka dengan tatapan jijik.
Salsa nepuk-nepuk bahu Kai sambil masang muka enek dan mulutnya yang udah bengap-bengap, "Kai, tolong, dong. Mau muntah!"
Si item cuma geleng-geleng kepala sambil ngusap punggung Salsa, eh tapi itu tangan sesekali malah merembet ke perutnya Salsa.
Salsa? Ya diem aja.
Enak katanya.
Btw, katanya Salsa sama Kai udah baikan, waktu itu, kan sempat renggang hubungannya gara-gara Kai dipergok selingkuh sama Haera. Tapi gue nggak tau jelasnya gimana mereka bisa baikan gitu.
Emang si Salsanya aja yang bego. Cowoknya baik sedikit langsung dimaapin. Padahal udah tau si item bejat banget.
Gue yang emang sedari tadi cuma diem aja, nggak nyahutin percakapan antara dua orang yang lagi bucin itu.
Pala gue sekarang isinya cuma Lay, Lay dan Lay.
Setibanya Baekhyun di meja sambil bawa mangkok pesenan gue, Lisa langsung nyaut.
"Kok tumben bubur. Biasanya lo suka enek makan gituan."
Gue ngaduk-ngaduk bubur males, "Lagi mual."
Selanjutnya itu Mika sama Baekhyun langsung heboh. Sampai-sampai tukang sampah di kampus kita yang lagi lewat itu kaget.
"LAY BUNTINGIN LO?"
"YA AMPUN, LAY POLOS-POLOS JUGA BISA NGEPERAWANIN ANAK ORANG, YA!"
Emang bangsyit mereka.
"Bacot anjing!"
Setelah Dio negur mereka, mereka berdua langsung diem.
Emang Dio ini bisaan, ya.
Padahal kita semua tau Mika sama Baekhyun itu mulutnya kayak comberan.
Lisa geleng-geleng, "Nggak ada Lay, sih. Makanya dia lesu gitu cem eek."
Sehun natap tajam Lisa. "Mulutnya itu gak di sekolahin dulu apa, ya, Lis?"
Lisa cuma cengar-cengir.
"Emang Lay balik kapan?"
"2 minggu lagi."
"What?! Lama banget!" Timpal Salsa.
Baekhyun nepuk bahu gue. "Udah, daripada sering ditinggal gitu, mending maneh kawin aja sama Lay. Kalo perlu sampe bunting aja. Biar Mama— ah, iya iya, ampun!" Baekhyun kesakitan gara-gara gue sabet dia pake sendok.
Emang kurang ajar itu mulut.
Lagi enak-enaknya gue makan bubur dengan khidmat, ada aja mata gue ngeliat orang itu dan segerombolan anak-anak ampas lagi jalan ke sini.
Nggak tau kenapa, gue jadi nggak tenang pas liat dia yang lagi ngeliatin gue dari jauh.
Risih, monyet!
Gue ngerasa emang harusnya gue ngejauh dari dia. Nggak harusnya gue deket-deket gitu sama dia, apalagi pas kemarin gue ke rumah itu orang.
Serasa kayak lagi bucin.
Dan pasti itu bisa bikin orang salah paham.
Chanyeol, Suho, dan Chen lagi jalan dengan sahutan-sahutan di sekitar mereka yang heboh. Iya, dari degem-degem mereka.
Kayak, seakan pas mereka lagi jalan itu kayak ada cahaya bersinar sama bunga semerbak di samping mereka gitu, lho. Yah, kayak di komik-komik.
Ya, pokoknya gitu, deh!
Mereka duduk di tempat kita semua duduk terus langsung nimbrung.
"Hari ini gue traktir kalian semua!"
Tau, kan suara siapa?
Suho ningrat.
Semua yang ada di meja ini langsung teriak heboh, bahkan ada yang sujud syukur kayak Baekhyun.
Maklum, anak rakjel.
Tapi gue nggak sanggup buat teriak kesenangan karena dapet makanan gratis, karena dengan sialnya, Chanyeol malah duduk di hadapan gue.
Dan orang itu malah lagi merhatiin gue sekarang.
Anjing, akhir-akhir ini si Chanyeol aneh, bangsat!
Kayak nggak tau kenapa gitu!
Dulu dia natap gue kayak kotoran ayam yang jijik banget.
Tapi sekarang?
Gue nggak bisa menggambarkan, tapi memang sekarang hubungan kami agak lebih dekat dan akrab semenjak waktu itu malam-malam kami liatin langit sambil tawa-tiwi kayak anak lagi bucin.
Nggak bisa dibilang akrab juga, sih. Tapi kayak berantem saling benci itu udah nggak lagi. Adu bacot, mah tetep. Tapi nggak saling benci kayak waktu dulu.
"Ra, muka lo kok pucet?"
Semuanya terdiam mendengar suara Chanyeol yang terlalu tiba-tiba.
Gue mendongak, ngeliat ke Chanyeol, terus noleh ke kanan-kiri. Semuanya lagi pada ngeliatin kita berdua heran.
Gue dengan muka goblok nunjuk diri gue sendiri. "Lo nanya gue?"
"Nggak, nanya kakeknya Salsa," Chanyeol ngedengus, terus langsung mainin hapenya nggak peduli.
Salsa yang nggak terima langsung nyahut, "Woy, apaan, sih. Kakek-nenek gue jadi korbannya mulu!"
Bukan apa-apa, masalahnya waktu itu Lisa, Mika, dan juga gue pernah ngobrol dan bawa-bawa nama Nenek dia.
Yang lain cuma ngekek.
Lisa yang ada di sebelah gue, langsung nanya. "Kalian baikan?"
"Emang mereka berantem?"
"Nggak, kan mereka waktu awal-awal kayak kucing sama anjing. Gak pernah akur."
Gue bisa merasakan tatapan Lisa yang nggak biasa.
Nggak enak perasaan gue, nih.
Jangan-jangan Lisa salah paham.
Setelah itu gue bisa merasakan hape gue geter-geter di tas selempang gue.
Gue membukanya dan sedikit kaget dengan pesan masuk dari Chanyeol.
LINE
Chanyeol: plng brg gw
Gue ngernyitin dahi.
You: apaan sih?
Chanyeol: plg sm gw
You: ogah
Chanyeol: Ra
Chanyeol: bs gk sih nurut bntr aj?
Wow.
Maksa banget ini orang.
You: gbs
You: lagian maksa banget sih!
Chanyeol: mm l yng nyrh
Udah nulisnya singkat-singkat aja. Hemat ngetik banget jadi orang.
You: really?
Chanyeol: hm
You: k.
Chanyeol: y.
Gue muter bola mata gue malas. Mata gue sampai juling rasanya baca ketikan dia.
Niat gue yang ingin menjauh dari dia, lagi-lagi kandas dan harus ngikutin alur cerita ini semua.
Najis, bucin banget gue kata-katanya.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top