[14] Gawat!
Ada yang nunggu cerita ini gak? :')
°°°
"Kita pacaran. Iya, kan, sayang?"
Gue langsung syok dengan perkataan Chanyeol, lebih-lebih lagi dengan perlakuan dia ke gue sekarang.
Gue ada di pangkuan dia sekarang. Lo bayangin! Seberapa parahnya itu? Bahkan gue belum pernah dipangku sama Lay!
Gue yang nggak terima dengan kelakuan dia yang brengsek, langsung berniat bangun dan menampar muka ngeselinnya itu, sebelum akhirnya dia menahan pinggang gue dengan kuat dan memberikan tatapan isyarat yang gue nggak tahu artinya.
Alih-alih nggak paham, dia memberikan senyuman palsunya ke gue sambil mengedip-ngedipkan matanya.
Apaan, sih? Dia mau ngasih tahu kalo dia cacingan? Terus ngapain dia malah mangku gue, sih?! Kalo misalnya ada gengnya gue sama geng Lay ngeliat gimana?
Setelahnya Chanyeol sedikit mendekatkan mukanya dan berbicara dengan pelan, "Udah, lo diem aja. Sandiwara, lo harus jalanin sandiwara ini," kata dia dengan bibir yang nggak terbuka sepenuhnya.
Sandiwara apa lagi? Nggak ngerti gue!
"Ja-jadi lo udah punya pacar, Chan?" Gue menoleh ke cewek tadi. Dia kelihatan kaget.
Terus tatapan gue beralih ke pengunjung-pengunjung yang ada di sini. Sialan! Mereka semua pada ngeliatin gue yang lagi duduk di pangkuan Chanyeol. Pasti mereka mikir yang nggak-nggak!
Kampret banget, sih si Chanyeol!
"Kalo gitu selamat, ya. Semoga besok langsung putus," lirih cewek yang gue nggak tahu namanya itu dengan muka yang sedih.
Lah, bego. Jadian aja nggak, udah ngomongin putus segala.
Gue langsung mendorong badan Chanyeol kencang yang membuat dia sedikit terjungkal begitu gue melihat cewek itu pergi menjauh.
Anjing emang! Gila aja gue udah melakukan dua scene ship sama Chanyeol. Gue malah semakin merasa bersalah sama Lay.
Apa gue udah termasuk selingkuh, ya?
Apa jadinya kalo Lay tahu? Pasti dia bakal mutusin gue.
Gue nendang tulang kering Chanyeol. "Bangsat, ya lo! Maksudnya apa coba mangku gue?! Lo mau nikung Lay?!" Teriak gue dengan tatapan mengintimidasi.
Bodo amat sama pengunjung yang lagi menatap gue aneh. Gue udah kesel sama perlakuan brengseknya.
Chanyeol mengaduh kesakitan. "Anjir, sakit!"
Gue cuma duduk di depannya dan minum minuman punya gue. Kenapa makanannya lama banget, sih?!
"Lo jangan salah paham dulu. Sebelumnya gue udah pernah bilang kalo gue sama sekali nggak tertarik sama lo, kan? Dan tadi itu gue cuma bisa meminta bantuan lo dengan memainkan sandiwaranya," kata dia santai, masih dengan muka nggak bersalah.
Gue mengernyit. "Sandiwara apa, sih?! Emang cewek itu siapa?!"
Chanyeol menghembuskan napasnya. "Dia Airin. Mantan gue. Dan cinta pertama gue. Gue cuma nggak nyangka bakal ketemu dia di sini."
"Terus? Kenapa nyambung ke sandiwara?" Tanya gue sengit.
"Sebenernya gue nggak mau bilang ini, tapi.. Gue masih suka sama dia. Dan ada satu harapan kecil yang buat gue pengen balikan lagi sama dia. Tapi, gue tahu kalo gue balikan sama dia itu nggak mungkin banget, karena dia udah punya yang lain," jelas Chanyeol yang kali ini dengan muka menghayati.
Gue baru nyadar kalo Chanyeol itu bisa ngomong panjang lebar juga, gue kira dia irit bicara.
Chanyeol natap gue. "Makanya gue langsung bilang lo pacar gue. Gue cuma pengen liat ekspresi dia aja."
"Jadi gue nggak ada niatan buat ngerusak hubungan lo sama Lay, ya. Lay itu udah kayak kakak gue, dan gue nggak mungkin nikung dia," lanjutnya yang gue balas dengan muka bete.
Ternyata patung pancoran bisa jatuh cinta juga.
Tiba-tiba gue langsung teringat dengan muka Lay. Jujur aja, gue nggak mau Lay sampai tahu kejadian tadi. Iya, gue tahu itu salah banget, tapi haruskah gue merahasiakan ini dari dia?
Toh, sebesar apapun rahasia yang kita simpan, pasti bakal kebongkar juga. Dan kapan Lay bakal tahu kejadian tadi?
Mikirinnya aja udah buat gue pusing. Yah, gue cuma nggak mau dicap sebagai 'cewek ular' atau 'cewek nggak tahu diri.' Karena emang gue nggak ada niatan buat nyelingkuhin Lay.
Gue jadi merasa keterlaluan sama dia.
"Tapi perlakuan lo itu bisa bikin salah paham orang, yol!" Balas gue nggak terima.
Chanyeol mendecak. "Gue spontan, okay? Gue cuma refleks, bukan sengaja."
Gue menatap dia tajam, terus menunduk. "Kalo Lay tahu gimana? Bisa diputusin gue."
Dia diam sebentar. Sebelum akhirnya dia ngomong lagi. "Kita rahasian ini. Pokoknya jangan sampe Lay tahu."
Ngomongnya enak banget lo, kampret!
🍂🍂🍂
Setelah berdebat panjang dengan manusia triplek itu, gue langsung pulang dan membuat kuenya dengan bantuan Chanyeol.
Satu hal yang baru gue tahu, ternyata patung pancoran bisa masak juga.
Yah, ternyata emang nggak selamanya patung pancoran itu useless, buktinya dia mau bantu gue masak kuenya, walaupun itu emang buat Lay, sih.
Setelah kuenya jadi, gue langsung pergi lagi ke apartnya Lay. Pas di perjalanan gue menyiapkan diri gue, takut-takut Mama Lay bakal ada di sana. Nanti yang ada gue malah ditanya yang nggak-nggak lagi.
Gue tahu pasti kalo jam segini Lay lagi di dalam apartnya. Soalnya dia pasti lagi menunggu kedatangan gue ataupun ucapan ulang tahun gue buat dia. Karena semua temen-temen dia termasuk temen ampas gue itu udah ngucapin ke dia.
Gue bakal ketawa kali, ya pas ngeliat muka kaget dia.
Gue memutuskan buat langsung masuk ke dalam tanpa memencet bellnya. Gue udah tahu password dia, jadi gue bisa dengan mudah keluar masuk ke apartnya.
Gue mengendap-ngendap masuk ke ruang tamunya. Ternyata dia nggak ada di sini. Waktu yang tepat untuk gue menyiapkan semuanya.
Baru aja gue mau mengeluarkan kue dari plastik yang tadi gue bawa, seseorang udah berhasil buat gue kaget setengah mati.
Sialan!
"DOR!!"
"ANJING!" maaf, ya, latah gue emang sedikit kasar, jadi jangan heran.
Gue langsung mengusap dada gue yang terasa cepat jantungnya bekerja. Gue sedikit lega melihat kue yang gue pegang ini nggak jatuh.
Setan ini kali, ya yang ngagetin gue?
Gue balik badan, dan menemukan sosok cowok berwajah malaikat lagi berdiri di samping gue dengan muka dongonya.
Untung aja pacar gue. Kalo nggak, udah tinggal nama doang.
"Lay, ih! Ngagetin aja!" Omel gue masih dengan tangan yang mengusap dada. Seriusan, gue kagetnya nggak ketulungan.
Lay malah nyengir nggak berdosa. "Kamu ngapain di sini? Pake ngendap-ngendap lagi."
Gue langsung menyembunyikan plastik berisi kue itu di belakang badan gue. "Hm itu.. mau nonton- iya, nonton bareng sama kamu. Hehe."
Lay merengut. "Nonton doang? Nggak ada yang lain gitu? Kayak bawa kue?"
Ini gue lagi bawa, Lay..
Sumpah gue nggak tega sama muka dia yang melas gini.
Gue menggeleng dengan gugup. "Kue? Ngapain bawa kue?"
Lay langsung mendecak kesal. "Ya biar dimakan, lah! Ah, udah, terserah! Mau nonton apaan?" Tanya dia dengan kesal. Yah, anaknya malah ngambek.
Ulululu, sini aku peluk, mas!
Diam-diam gue terkekeh geli melihat Lay yang ngambek gitu.
Saat dia lagi mencari kumpulan kaset di bawah rak meja, gue langsung mengambil kotak kue itu dan membukanya.
"Hmm, enak. Lay, nggak mau nyoba?" Tanya gue sambil sesekali melirik dia yang mulai tertarik untuk membalikkan tubuhnya menghadap gue.
Giliran dihidangin makanan aja, langsung peka hidungnya.
Lay mulai tertarik dengan mengendus-ngendus dan membalikkan tubuhnya sambil mejamin matanya. "Bau apa, nih?"
Saat dia udah sampai di depan kue ini, mata Lay langsung berbinar-binar. "Waduh, kue darimana, nih? Boleh, dong aku simpen di sini?" Kata dia dengan muka-muka penuh kemauan.
Najisin, untung cowok gue.
Gue langsung mendengus. Tapi selanjutnya gue memperlihatkan seluruh kue itu ke dia, termasuk tulisan-tulisan berantakan hasil tangan gue di atas kue itu.
"Ra? Inget sama ultah aku?" Tanya Lay dengan muka terharu.
Gue terkekeh. "Iya, lah. Masa nggak inget? Cobain, deh kuenya. Ini buatan aku, dibantu sama Chanyeol, sih."
Yah, sebenernya ini, sih yang masak Chanyeol, bukan gue. Gue bener-bener nggak bisa bikin kue yang enak.
Lay langsung mengambil sepotong besar kue vanilla pastry itu. Dan dia mengunyahnya dengan sok-sokan slow motion.
"Gimana? Enak?"
Lay diam sebentar dengan mulut yang penuh. Tapi selanjutnya dia teriak dengan semangat.
"ENAK!!!!"
Yeu, masih mending dia teriak nggak di deket gue, lah ini? Suaranya besar, jaraknya deket lagi sama gue.
Gue tersenyum melihat Lay yang kembali mengambil potongan demi potongan kue itu.
Bener-bener membantu banget, ya si caplang. Kira gue dia selalu bikin gue susah. Tapi ternyata ada gunanya juga.
Saat gue lagi asyik menyaksikan Lay memakan kuenya, tiba-tiba aja nada dering line gue bunyi.
Gue membukanya dan langsung melebarkan mata begitu melihat apa isinya.
lisaaa (4)
lisaaa: terakhir kali gue inget lo udah punya pacar namanya Lay
lisaaa: terus ini yang mangku lo di cafe siapa?
lisaaa: jelasin ke gue apa maksudnya!
lisaaa:
Sialan!
-TBC-
HALO YEOROBUN!!
Long time no see!!
Akhirnya setelah sekian lama gue Hiatus, gue kembali lagi dari hibernasi gue yang entah berapa lama itu :'))
Jujur aja sih ya, waktu gue Hiatus itu sebenarnya gue lagi mager banget bikin story. Yeah gitu nge stuck banget semua ide cerita yang udah pengen gue tulis, ya jadinya gitu.. udah males banget kalo bawaannya mager :(
Semoga gada yang lupa sama cerita ini ya wkwkwk
Btw, gue pengen bikin ceritanya Chen sih sebenernya, udah selesai malah d draft gue, cuma gimana ya.. kan gue abis bangun dari hibernasi acu, jadi keanya chentong d tunda dulu aja wkwkwk
Good night, yoerobun!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top