[11] Bareng Chanyeol?
Semenjak kejadian dimana gue dan Lay kepergok lagi tiduran di kasur yang sama, gue jadi semakin enggan ketemu dengan Mama Lay. Gue kira kemarin itu Mama Lay udah pulang ke rumahnya, tapi nyatanya, Mama Lay lagi berdiri dengan Papa Lay sambil nempelin telinga mereka di pintu kamarnya Lay.
Gue menahan malu setengah mati di sana. Udah gue ditanyain terus sama Mamanya udah 'buat' apa belum. Yah, lo ngerti maksud gue, kan?
Mama Lay emang selalu nuntut gue buat 'itu' aja sama Lay biar gue bisa dinikahin sama Lay. Ya tapi, kan gue masih pengen hidup bebas, masih pengen rasain gimana rasanya jadi seorang mahasiswi.
Lagian Lay sebagai cowok gue pun masih menentang kita berdua untuk menjalin hubungan terlalu jauh kayak gitu.
Heuh, kayaknya kalo gue main ke rumah Lay itu harus hati-hati, deh. Takut kalo tiba-tiba aja Mama Lay muncul di sana.
Tiba-tiba aja kantung celana gue geter yang membuat gue harus mengambil benda segi empat itu.
Gue menatap pesan itu lama.
Mas Icing: Ra, hari ini kita nggak bisa pulang bareng. Aku ada kerja kelompok sama temen. Pulangnya bareng sama Chanyeol aja, ya. Aku udah minta tolong kok sama dia.
Kampret! Kenapa juga Lay harus minta tolong ke Chanyeol, sih? Emangnya nggak ada temen lain selain manusia caplang apa?!
Hngghh, baru kemarin gue bertekad untuk nggak ketemu lagi sama dia, sekarang malah harus ngeliat cowok itu.
Gue, sih ogah pulang sama dia. Yang ada gue malah darah tinggi ngomong sama dia.
Gue natap satu persatu muka temen-temen gue yang lagi pada makan. Akhirnya, tatapan gue berhenti di muka Lisa. "Lis, pulang bareng, ya?"
Lisa ngernyit heran. "Emang Lay kemana?"
"Dia pengen kerja kelompok nanti. Ya? Pulang bareng, ya?" Pinta gue ke dia dengan muka yang dibuat-buat.
Lisa natap gue geli terus memalingkan muka. "Gue mau ke salon sama Mama gue. Itu pun kalo lo mau ngikut kita dulu," jawab dia yang membuat gue terdiam sesaat.
Nunggu Lisa ke salon? Hah, jangan tanya. Keburu lumutan gue yang ada. Ditambah sama Mamanya, mungkin gue udah jadi tengkorak.
Kita semua tahu kalo Lisa itu adalah spesies cewek yang paling memerhatikan masalah diri. Soal fashion, dia juaranya. Soal perawatan? Oh, lo cuma tinggal tanyain semuanya ke dia.
Makanya dia cewek yang paling bersinar kulitnya dibanding kita bertiga. Yah, walaupun gue merasa kalo kulit gue paling bagus, sih.
"Nunggu lo, mah keburu jadi tulang gue. Apalagi ditambah sama emak lo!" Cibir gue yang dijawab decakan dari Lisa.
Mika sama Salsa beda arah rumahnya sama gue. Jadi, pilihan gue jatuh ke cowok-cowok di depan gue.
Alasan kenapa gue kalo pulang ngampus nggak pernah bareng sama Baekhyun adalah, karena dia selalu ngebacot tentang apapun yang nggak penting. Tapi yang lebih sering itu dia selalu ngomongin hutangnya ke ibu kantin dan berujung meminjam duit ke gue yang gue tahu nggak bakal pernah dia ganti.
Apes banget emang gue punya kembaran kayak dia.
Tatapan gue jatuh ke Dio. "Yo, gue pulang sama lo, ya?"
Dio natap gue datar. "Gue nggak mau ngasih tumpangan ke cewek yang udah punya cowok," jawab dia singkat yang malah bikin gue gedeg sendiri.
Tahan, tahan.
Dio emang paling anti sama cewek yang udah punya pacar. Nggak tahu kenapa, karena gue nggak peduli.
Tatapan gue berpindah ke manusia beruang di samping Sehun. "Ho?" Gue masang tatapan memohon.
Suho langsung menggeleng cepat. "Nggak! Mobil gue baru dicuci. Lagian mobil gue nggak bisa buat rakjel kayak lo! "
Bangsat.
"UNTUNG GANTENG LO HO! KALO GAK UDAH GUE GANTUNG DI POHON NANGKA!" Kata gue dengan emosi sambil natap muka Suho yang ngeselin.
Muka Suho itu emang ngeselin. Songong, banyak tingkahnya lagi. Untungnya aja dia cakep sama banyak ijo-ijonya.
"Kenapa lo nggak sama Cahyo?" Sahut Kai.
Gue mendengus kesal. "Ogah banget pulbar sama manusia caplang."
Untung aja orangnya lagi nggak ada di sini, jadi gue bisa dengan leluasa ngehujat dia.
Mika ketawa kenceng terus langsung memukul bahu gue. "Jadi lo udah nggak ngaku dia sebagai suami lo?"
Asu, suami gue disamain sama cowok macem kanebo.
Gue mendelik dan natap ampas itu tajam. "Nggak usah samain Chanyeol suami gue sama Chanyeol itu, ya! Mereka beda!" Protes gue nggak terima.
Harapan terakhir gue saat ini hanyalah sosok kulit seputih salju itu, Sehun. Cowok yang pernah gue jadiin sebagai cogan incaran gue. Itu dulu, waktu pertama kali gue ketemu dia dan saat dia belum pacaran sama Mika.
Heran juga gue. Kenapa Sehun lebih milih sama ampas itu dibanding jelmaan Hyuna ini. Padahal gue punya body goals kayak Hyuna, loh.
"Hun, pulang bareng, ya?" Gue menatap Sehun dengan memelas. Mika yang tadinya lagi ketawa keras, langsung melotot dan natap gue tajam. "Lo deketin dia, gue potong balon lo!" Ancam dia dengan muka yang seram.
Anjing banget si ampas. Gue potong balik aja, biar nambah tepos.
"Sstt, Mik, lo ngomongnya potong balon aja!" Tegur Sehun ke Mika.
Mika cuma merengut. "Udah, deh lo pulang aja sama Chanyeol. Dia, kan satu komplek sama lo, satu blok, sebelahan lagi. Kan enak, tuh bisa pulang bareng," kata Sehun diselingi dengan anggukan dari mereka semua.
Yah dengan kata-kata itu, gue tahu kalo situasi mengharuskan gue buat pulang bersama manusia itu.
Sialan banget. Ampas kayaknya yang gue dapat hari ini.
🍁🍁🍁
Terpaksa hari ini gue harus mencari keberadaan Chanyeol. Gue nggak tahu pasti dia dimana. Tapi kata Suho dia sama Chen, dan Xiumin lagi ngelakuin practice gitu. Nah, Chanyeol yang main gitar, Xiumin Chen yang nyanyi.
Gue juga baru tahu ternyata Chanyeol bisa main gitar. Kirain gue dia cuma bisa diem matung kayak patung pancoran.
Saat gue lagi jalan melewati ruangan musik, gue mendengar suara gitar yang lagi dimainin. Rasa penasaran gue lebih tinggi nyatanya, yang membuat gue mau nggak mau sedikit membuka pintu itu dan mengintip ke dalam.
Dan benar, ada Chanyeol, Chen dan Xiumin di situ lagi nyanyi. Chanyeol yang lagi mainin gitarnya.
"Bagus juga dia mainnya," gumam gue pelan yang kayaknya masih bisa didengar sama tiga orang di dalam ruangan itu.
Chen menatap gue dengan heran saat gue sedikit kaget dan membuka pintunya lebih lebar. "Lah, lo ngapain di situ, Ra?"
Gue langsung masuk ke dalam dan natap mereka bertiga. "Gue mau pulang."
Xiumin ketawa. "Pulang tinggal pulang, lah. Nggak jelas lo," cibir dia yang bikin gue menjitak kepala dia.
"Kalian udah selesai belum? Lay nyuruh gue pulbar sama Chanyeol. Jadi gue pengen kalian semua udahan dulu. Gue pengen cepet-cepet pulang, nih!"
Gue sedikit melirik ke arah Chanyeol yang terlihat nggak peduli. Najisin, pacarannya malah sama gitar. Nggak laku, mah gitu.
"Udahan, kok. Tumbenan Lay nyuruh Chanyeol pulbar sama lo. Yaudah, lah. Gue cabut dulu. Lo mau makan dulu nggak, Chen?" Xiumin berdiri dan merapihkan kursi yang didudukinya tadi.
Chen ikutan berdiri. Begitupun Chanyeol. "Besok berarti pake yang nada awal aja, ya," kata Chanyeol.
Chen ngangguk. Dan tatapannya beralih ke gue dan langsung membisikkan sesuatu di telinga Chanyeol dengan seringain.
Gue nggak tahu apa yang dibisikkin dia ke Chanyeol, gue cuma bisa ngeliat Chanyeol yang langsung nahan ketawanya.
Wah, nggak bener nih! Apaan, sih yang diketawain? Jangan-jangan ngomongin gue?
"Woy, Chentong! Lo ngomongin gue, ya?!" Teriak gue begitu ngeliat Chen dan Xiumin langsung buru-buru keluar dari ruangan.
Tinggallah gue sama Chanyeol. Dia masih merapihkan gitarnya ke dalam tas itu.
"Apa, sih yang lo ketawain tadi?" Tanya gue dengan tatapan mengintimidasi.
Chanyeol cuma natap gue datar.
"Kepo banget lo," dia langsung pergi dari hadapan gue yang masih mematung di tempat memikirkan sesuatu.
Gue bakal dikasih tumpangan sama dia, kan?
-TBC-
Always vote + comment ❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top