Chapter 13

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

IG @Benitobonita


Tessa menghela napas untuk yang kesekian kali saat memandang cakrawala merah dari balik kaca jendela. Dia jenuh. Dean belum juga pulang.

Tiba-tiba tendangan kecil terasa dari dalam perut Tessa. Mata wanita itu berbinar seketika. Jari-jarinya refleks membelai perutnya yang sudah membesar.

"Sudah bangun, ya?" tanya Tessa lembut ke bayinya yang sudah berusia tujuh bulan kandungan.

Tendangan lain dirasakan Tessa, seakan buah hatinya menjawab pertanyaan dari sang ibu.

Deru mobil terdengar memasuki perkarangan. Senyum Tessa melebar. "Papa pulang …."

Tessa berjalan menuju pintu, lalu membukanya. Dean terlihat turun dari kendaraan. Pria itu memakai kemeja dan dasi khas seorang sales sambil menjinjing koper cokelat.

"Sudah pulang, Mas," sapa Tessa sambil mengambil tas dari tangan suaminya.

Dean tersenyum. Pria itu merunduk untuk berbicara dengan perut Tessa. "Apa kabarnya?"

"Dia baru saja menendang" jawab Tessa menyeringai bangga. "Sudah yang ke tujuh kalinya hari ini."

Tiba-tiba napas Tessa tertahan. Wanita itu melihat bola mata suaminya seakan menipis selama beberapa detik sebelum kembali normal.

"Syukurlah, itu artinya dia sehat." Dean menegakkan tubuh sambil menghela napas lega. Namun, wajahnya menunjukkan ekspresi bingung saat melihat ekspresi Tessa. "Ada apa?"

Tessa mengerjapkan mata. Dia lagi-lagi berhalusinasi. Wanita itu menggeleng pelan sambil menjawab, "Enggak ada apa-apa."

"Ayo, masuk, sudah hampir malam," ajak Dean.

Tessa menurut. Mereka masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.

*****

Wangi ayam goreng tercium dari meja makan. Dean yang telah mandi kini melahap makan malam mereka dengan nikmat.

Tessa menggigit potongan paha, mengunyahnya  beberapa kali, dan menelannya sebelum wanita itu kembali mencuri pandang ke arah suaminya.

"Ada apa?" tanya Dean melihat tingkah aneh Tessa. Dia menghentikan kegiatannya dan memberikan perhatian penuh kepada istrinya.

Tessa menggigit bibir, merasa ragu. Namun, akhirnya wanita itu memberanikan diri untuk berkata, "Mas, bukankah sudah waktunya aku memeriksakan diri ke dokter kandungan atau sekurang-kurangnya ke bidan? Terakhir kali kita ke sana hanya waktu memastikan bahwa aku hamil."

Suasana hening beberapa saat. Samar-samar terdengar suara angin malam mengetuk jendela rumah.

Dean menggerakkan jari-jarinya menyentuh dagu Tessa. "Mengapa kamu ingin ke dokter kandungan? Apakah kamu merasa sakit?"

Tessa menggelengkan kepala. "Semua calon ibu pasti sedikitnya satu kali melakukan USG. Aku juga penasaran akan jenis kelamin anak kita."

Dean menghela napas panjang. Pandangan matanya meredup, seakan khawatir akan sesuatu.

"Tessa, kita akan pergi saat kamu membutuhkan dokter, tapi tidak bila kamu merasa sehat."

Tessa terdiam, lagi-lagi Dean menolak untuk mengizinkannya pergi memeriksa kandungannya.

Dean tiba-tiba menepuk kepala istrinya pelan dan tersenyum kecil. "Jangan terlalu banyak berpikir, sekarang kalian sehat, itu yang penting."

Tessa mengangguk. Dia meraih ayamnya yang masih tersisa, lalu kembali menggigitnya.

*****

Tessa duduk bersila di atas tikar yang terhampar di rumput yang membentang luas. Wanita itu bersenandung, membelai perutnya yang buncit.

Aroma segar rumput basah menyeruak masuk ke dalam penciuman Tessa dan dia menyukainya. Langkah seseorang membuat wanita itu menoleh dengan ceria.

"Mas, sudah dat-"

Ucapan Tessa terpotong. Mata wanita itu membeliak, terkejut saat melihat sosok suaminya. Wajah Dean seperti retak dan sebagian tubuhnya meliuk bagaikan tidak memiliki tulang.

Dean menyeringai terlalu lebar sehingga ujung-ujung bibir pria itu seperti robek. Dia berjalan mendekat dengan posisi merangkak sebelum Tessa memekik keras.

*****

"Tessa, bangun …."

Suara samar Dean membuat Tessa membuka mata. Tubuh wanita itu gemetar hebat dan keringat dingin membuat daster yang dia gunakan basah kuyup.

"Kamu kenapa?" tanya Dean dengan nada khawatir.

Tessa yang masih bernapas terengah-engah, mengerjapkan mata. Dean terlihat normal.

"Kamu mimpi buruk lagi?"

Mata Tessa berkaca-kaca. Wanita itu segera terduduk untuk memeluk suaminya erat.

"Sudah …, sudah, itu hanya mimpi …." Dean menepuk-nepuk punggung Tessa. "Jangan terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh biar enggak kebawa mimpi."

Tessa terisak kecil. Dia semakin tidak tahan dengan mimpi-mimpinya yang mengerikan.

"Mas buatkan teh, ya," bisik Dean. "Kamu ganti bajumu, basah sekali."

Tessa mengangguk. Wanita itu melepaskan pelukannya dan membiarkan Dean bangkit berdiri, lalu pergi keluar kamar.

*****

Wangi teh yang dihidangkan Dean menenangkan perasaan Tessa yang sebelumnya gundah. Dia menghirup dalam-dalam aromanya sebelum meminumnya perlahan.

"Jadi …, tadi kamu mimpi apa?"

Otot tubuh Tessa menegang seketika. Wanita itu berhenti menyesap cairan kecokelatan yang berada di dalam gelas dan terdiam.

"Tessa?"

Tessa mendongak. Matanya mengamati wajah Dean yang terlihat khawatir.

Tessa menggigit bibir, menahan diri untuk tidak berkata-kata. Dia tidak ingin membuat suaminya tersinggung.

"A-aku lupa, Mas …," ucap Tessa berbohong. Wanita itu bahkan menunduk agar tidak perlu menatap wajah suaminya.

Dean menghela napas panjang dan tidak memaksa Tessa untuk menjawab. Pria itu hanya berkata, "Habiskan minumanmu, lalu tidur. Besok aku harus berangkat pagi-pagi sekali."

Tessa menurut. Dia segera meneguk teh yang tidak lagi terasa panas hingga habis kemudian meletakkan gelas kosong di sisi ranjang.

"Sudah siap tidur?" tanya Dean sambil tersenyum kecil. Pria itu sudah berdiri untuk mematikan lampu.

"Sudah, Mas."

Ruangan kembali gelap. Tessa menunggu Dean bergabung di atas ranjang sebelum dia menelusup ke dalam pelukan suaminya.

"Jangan banyak khawatir," bisik Dean sambil membelai rambut istrinya. "Aku akan menjaga kalian …."

Hati Tessa terasa hangat. Dia sangat mengasihi suaminya. "Iya, Mas …."

Wanita itu menutup mata dan tersenyum bahagia. Tidak berapa lama dengkuran lembut keluar dari bibir Tessa.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top