36. Koma
Riku menatap langit dengan senyuman lebarnya, dunia akhirnya aman dari ancaman iblis dan semua manusia akhirnya bisa tersenyum tanpa ada kesedihan atau ketakutan.
"Kau berhasil, Riku-kun. Maaf kami harus pergi karena tugas kami sudah selesai." ucap Ara dan Ata yang bayangannya muncul di depan Riku.
"Un daijoubu, aku paham. Terima kasih karena sudah membantuku berkali-kali." Ara dan Ata menghilang bersamaan dengan Riku yang terjun bebas karena ia kehabisan Mana.
Takeshi yang menyadarinya langsung menangkap Riku saat akan menyentuh tanah dan membawanya ke tenda darurat untuk perawatan medis.
Riku di bawa ke salah satu tenda dan tenaga medis meminta mereka tetap menunggu di luar. Mereka menunggu sembari membantu tenaga medis yang lain mengurus beberapa orang yang terluka ataupun mengurus jasad.
"Tenn-chan, kau bisa tunggu di dekat tenda darurat dengan Izumi-chan? Kaa-san akan membantu Tou-san untuk mengurus korban." kata Rika memberikan Izumi dan Tenn menyanggupinya.
Setelah Rika pergi, Tenn duduk di bangku yang ada di depan tenda darurat di mana Riku masih di beri perawatan. Dia sesaat menatap kerumunan di depannya sebelum dia menatap keponakannya yang masih tertidur.
"Izumi... kurasa takdirmu tidak semudah anak-anak lainnya. Kau sudah kehilangan ibumu dan... kita tidak tahu bagaimana keadaan ayahmu nanti." Tenn menimang Izumi sembari menunggu.
2 jam berlalu dan akhirnya tenaga medis keluar dengan membawa brangkar Riku. Takeshi dan Rika sudah kembali menunggu sekitar 30 menit yang lalu dan dokter yang menangani Riku menyuruh Rika dan Takeshi untuk bicara di dalam tenda.
"Pasien akan di pindahkan ke rumah sakit, salah satu harap menemani pasien." kata dokter dan Tenn memutuskan untuk menemani Riku ke rumah sakit.
Izumi yang sedang bermain dengan mainannya diberikan kepada Rika karena tidak mungkin ia membawa bayi ke kamar rawat Riku.
Tenn mengikuti Riku menuju rumah sakit dan jujur saja, cukup sakit melihat kembarannya terbaring lagi di ranjang rumah sakit tetapi kali ini bukan karena asma.
Selama dalam ambulans, Tenn tidak melepaskan genggamannya dari tangan Riku. Siapa juga yang tidak khawatir melihat separuh dari jiwa mereka terbaring di ranjang rumah sakit dengan banyak alat penopang hidup terpasang di tubuhnya.
"Riku, bangunlah. Apa kau tidak ingin melihat dunia ini lagi? Lihat dunia ini lebih indah daripada sebelumnya. Ayo buka matamu Riku, apa kau tidak ingin melihat senyuman Izumi lagi?" lirih Tenn sembari menggenggam tangan Riku yang dingin karena kehilangan Mana-nya.
Sesampainya di rumah sakit, Riku sempat dibawa ke IGD karena kondisinya yang tiba-tiba saja menurun namun masih bisa tertolong dan kini sedang berada di ruang rawat inapnya. Pastinya di temani oleh Tenn yang sedari tadi tidak bisa lepas dengan Riku.
Siapa juga yang tidak khawatir jika seseorang yang kalian sayangi berada dalam kondisi diantara hidup dan mati berkali-kali. Tentu saja kalian akan berharap orang itu akan membuka matanya segera dan memandang kalian, bukan.
Tenn seketika teringat perkataan jika Riku sudah pernah mengalami kematian sebanyak 3 kali dan itu membuat Tenn mengeratkan genggamannya kepada Riku. Takut jika Riku pergi namun tidak akan kembali.
Tora sebagai pendamping Riku sejak bayi, muncul di sebelah Tenn dan dia hanya duduk diam di sana sampai Rika dan Takeshi masuk ke kamar Riku. Bagaimana dengan Izumi? Dia dititipkan kepada Shira dan Akai Ryuu.
"Otou-sama, bagaimana keadaan Riku? Dokter mengatakan apa kepada kalian?" tanya Tenn pelan namun masih terdengar jelas. Rika mendekat ke arah putra sulungnya dan memeluknya, mencoba memberikan dukungan.
Takeshi menghela nafas panjang sebelum memberitahu Tenn apa yang terjadi kepada Riku. "Dia menggunakan seluruh kekuatannya dan seharusnya dengan keadaan normalnya, dia tidak bisa terselamatkan. Tapi dia lain karena ada sesuatu di dalam tubuhnya yang membuat Riku terlindungi, kami semua tidak tahu apa itu tapi berkatnya, Riku bisa menghindari kematian." Takeshi mengelus kepala Riku dan kembali melanjutkan penjelasannya.
"Tapi karena dia menggunakan kekuatannya secara keseluruhan tanpa adanya sisa, Riku dinyatakan... " Takeshi sebenarnya tidak kuat untuk mengatakannya karena melihat raut wajah Tenn yang begitu putus asa karena mendengar kondisi kembarannya.
"... koma."
Rika mengeratkan pelukan kepada Tenn yang nampak terkaku saat mendengar berita tentang keadaan Riku. Jika saja ia tidak duduk di kursinya, dia pasti sudah merosot ke bawah. Tenn langsung lemas saat mendengar beritanya.
"Uso... Riku.... koma...." Tenn langsung menyembunyikan wajahnya dan menangis keras. Dia tidak pernah menyangka akan melihat Riku dalam kondisi ini.
Rika hanya bisa diam sembari mengelus punggung Tenn, dia juga tidak menyangka akan melihat Riku dalam kondisi seperti ini untuk kedua kalinya. Pertama kalinya adalah saat setelah kelahiran Riku, karena komplikasi kekuatan. Dua kekuatan besar dalam satu tubuh membuat Riku sempat akan dinyatakan meninggal dan berujung koma.
Takeshi tahu resiko yang Riku alami dan dia sudah bersiap untuk kemungkinan terburuknya. Tapi tetap saja dia merasa sakit karena salah satu anaknya terbaring di ranjang rumah sakit, lagi.
"Kalian benar-benar tidak tahu apa penyebab Riku-kun masih ada di sini?" pertanyaan Tora langsung mencuri atensi seluruh ruangan kepadanya yang dengan tenangnya duduk di dekat ranjang Riku.
"Tora-sama, kau tahu penyebabnya?" tanya Rika yang jaraknya tidak jauh dengan Tora.
"Tentu saja karena akulah yang membuatnya seperti itu." mereka terkejut dan memasang wajah penasaran seolah bertanya, 'Apa yang terjadi dengan Riku.' kepada Tora.
"5 tahun yang lalu, kalian tahu jika dia mengurungkan diri setelah kematian Deryn-shounen bukan? Dia berlatih di dunia pelangi suci selama bertahun-tahun dan saat.... mungkin sekitar 3 hari sebelum dia memutuskan untuk keluar kamarnya, dia sempat bertemu dengan bawahan Asmodeus di dunia pelangi suci."
"Dan... Takeshi-shounen, kau merasakan ada hawa aneh bukan dari kamar Riku saat itu?" Takeshi mengangguk dan Tora juga ikut mengangguk.
"Itu adalah reaksi energi dari pertarungan keduanya. Bawahan Asmodeus kalah, tetapi Riku juga ikut tumbang. Aku menyelamatkannya untuk ketiga kalinya dari kematian dan aku mengantisipasi hal serupa terjadi saat dia mengembalikan Asmodeus, aku memberikan Kristal Pelindung Jiwa milikku padanya."
"Kristal Pelindung Jiwa?" beo ketiganya dengan kompak sembari memiringkan kepala mereka.
"Iya, karena aku memiliki 9 nyawa dan masing-masing nyawa memiliki Kristal Pelindung Jiwa yang diberi khusus oleh Michael-sama, aku memberikan 3 Kristal Pelindung Jiwa ku yang sudah tidak terpakai padanya." jelas Tora panjang lebar. Jeda sesaat kemudian Tora kembali melanjutkan penjelasannya.
"Tetapi kini ketiga Kristal Pelindung Jiwaitu hancur dan seharusnya Riku-kun tidak bisa bertahan. Namun, karena keinginannya yang sangat kuat untuk tetap hidup membuatnya bangkit walau harus dibantu oleh kalian." tentu saja mereka kebingungan, Tora hanya menjelaskan secara setengah-setengah dan itu membuat mereka selalu penasaran.
"Walaupun keinginan untuk hidup kuat, Riku masih perlu dukungan dari orang-orang di sekitarnya atau dia lebih memilih pergi bersama teman-temannya yang sudah tiada." ketiga Nanase itu saling menatap dan mereka secara serentak menganggukkan kepala mereka.
"Kami hanya perlu membujuknya kembali bukan?" tanya Rika memastikan.
"Sou desu, kalian hanya perlu membujuknya kembali saja. Dia akan mendengarkannya. Aku akan di sini untuk menjaganya jika kalian harus melakukan kegiatan kalian." kata Tora berjalan ke arah sofa dan dia tidur di sana.
Di tempat lain, atau lebih tepatnya di dunia lain, Riku sedang memandang sebuah danau yang sangat jernih ditemani oleh banyak sekali hewan di sekitarnya.
Dia awalnya hanya termenung menatap danau hingga suara seseorang memecahkan lamunannya.
"Onii-san?"
Riku pov
Mendengar suara yang tidak asing di telingaku, aku menoleh ke arah suara dan terkejut saat melihat Deryn berdiri tak jauh dari tempatku.
"Deryn apa yang—" saat aku akan berdiri, ada seseorang memeluk ku dari belakang.
"Ri-chan, syukurlah kau tidak menyusul kami. Maaf aku pergi terlebih dahulu ya." suara ini...
"Shi-chan!" aku membalas pelukan Shinta dan tentu saja aku menangis. Bagaimana tidak? Shinta, satu-satunya wanita yang berhasil membuatku memiliki kebahagiaan layaknya sebuah keluarga harmonis. Tetapi kini hanya tinggal aku dan Izumi....
"Onii-san cengeng. Padahal di depan yang lainnya kau tahan untuk tidak menangis." aku melepaskan pelukanku dan menatap Deryn dengan wajah malas.
"Hei, kau tahu bukan reputasiku bisa terancam karena menangis." kata ku menghapus jejak air mataku. Tentu saja aku gengsi jika menangis di depan orang banyak, hancur harga diriku.
"Aku rela kalau itu dirimu." kami saling menatap sebelum tertawa bersama. Shinta juga ikut tertawa karena tingkah kami yang tidak sesuai dengan umur, ya... hanya diriku sebenarnya.
"Dasar, kau ini sudah punya anak satu masih saja seperti ini." kata Shinta menepuk pundakku. Aku berhenti tertawa sebentar dan kembali memeluknya, aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi saat perang tadi.
"Sudahlah, tidak perlu merasa bersalah. Takdir tidak ada yang menyangka bukan? Yang perlu kau lakukan hanyalah tetap hidup, terutama demi Izumi. Dia masih memerlukan seorang ayah dan kau sebagai ayahnya harus memenuhi tugasnya." jujur aku ingin sekali melihat Izumi sekali lagi, tapi...
"Aku tahu Shi-chan. Tapi, aku sudah lelah dengan masalah tanpa ujung yang selalu aku terima. Memang itu adalah takdirku, hanya saja aku sudah lelah dengan takdirku sendiri." aku mengatakan hal itu dengan menunduk.
Hening untuk beberapa saat sebelum aku menerima sebuah tangan di kepalaku. Sentuhannya hangat dan aku merasa tidak asing dengan sentuhannya.
Aku melihat ke atas dan hal pertama yang aku lihat adalah Reika-sama, Ara-sama, dan Ata-sama.
"Riku-kun, aku paham lelahmu itu. Aku juga merasakannya dan aku sama di posisimu saat ini. Aku sudah berkeluarga, suamiku meninggal saat kelahiran anak ketiga kami karena kecelakaan, dan berat untukku mengurus tiga anak yang masih bayi saat itu." jelasnya tersenyum kepadaku.
"Aku tidak memiliki kerabat setelah aku mengunci Asmode.... us, ke alam bawah. Tapi aku bersyukur bisa bertahan sampai anak-anakku memiliki pasangan sendiri." mendengar penjelasan Reika-sama dan setelah kupikirkan kembali, aku ingin melihat Izumi tumbuh sampai melihatnya menggandeng pasangannya.
"Izumi membutuhkanmu, Ri-chan. Aku akan membantu dari sini, maaf tidak bisa menemani kalian. Kalau kau mau, kau bisa menikah lagi untuk bisa jadi ibu kedua Izumi." dengan cepat aku menggeleng dan menggenggam erat tangan Shinta.
"Menikah hanya sekali seumur hidup dan aku sudah menikah denganmu, Shi-chan. Tidak ada wanita lain yang bisa menggantikan tahtamu di hatiku, kau adalah ratu bagiku dan Izumi." Shinta nampak senang saat aku mengatakan hal itu.
Tapi memang benar jika tidak ada wanita lain selain Shinta yang bisa membuatku jatuh cinta sampai bisa ke jenjang pernikahan dan bahkan kami sudah memiliki satu anak.
"Kau yakin? Bagaimana dengan Yumena-san?" aku menggeleng lagi, astaga bagaimana bisa Shinta membandingkan dirinya dengan Shira.
"Dia kakak ku, aku dan dia tidak ada hal yang spesial kecuali kakak beradik. Kau pasti selama ini cemburu ya, saat aku bersama dengan Onee-san?" aku mengambil kesempatan untuk menggodanya, setidaknya untuk terakhir kali sebelum kami benar-benar terpisah.
"Si-siapa yang cemburu?! Aku cuma tidak suka kau memberikan perhatian yang sama ke Yumena-san." jawaban Shinta membuatku tertawa, dia terlalu lucu dan imut.
"Itu sama saja Amalia-san, tapi kau tenang saja karena Onii-san itu laki-laki yang setia pada satu wanita. Kalau dia tidak setia, pasti sudah ku hantui mimpinya." kami tertawa bersama dan melupakan apa yang terjadi.
"Ah aku lupa bertanya, bagaimana kau akan kembali nanti?" pertanyaan Shinta membuatku terdiam sesaat sebelum aku menoleh ke arah Reika-sama dan dua penjaga ku.
"Kau masih belum waktunya di tempat kami, Riku-kun. Kau masih harus kembali dan meneruskan hidupmu." aku menunduk dan menatap adik juga istriku yang tersenyum kepadaku.
"Kami akan sering-sering berkunjung, datang saja ke makam kami. Kau kan bisa melihat kami bukan?" aku sedikit terhibur karena perkataan Shinta, tapi tetap saja aku tidak siap.
"Kau boleh kembali ketika kau siap, sementara itu kau bisa di sini. Ingat, hanya sementara atau aku akan menyuruh Tora-kun menyeretmu." aku mengangguk pelan dan Deryn tiba-tiba saja menarik tanganku untuk ke danau.
"Karena masih ada waktu, ayo bermain." melihat senyuman Deryn membuatku ikut tersenyum dan kami berdua bermain di danau bersama, terkadang aku menjahili Shinta juga.
Kami bertiga bermain selama waktu yang ada, Reika-sama dan dua penjaga ku mengawasi dari pinggir danau. Entah sudah berapa jam kami bermain, atau mungkin berapa hari, kami tidak peduli dengan waktu yang berjalan.
Kami benar-benar menghabiskan waktu yang tersisa bersama hingga aku mendengar suara yang cukup ku kenal. Sepertinya sudah waktu ku kembali, sangat cepat berlalu.
"Papa." kami bertiga sontak terdiam dan untuk beberapa saat setelah keheningan, kami mendengar suara yang sama.
"Papa!" itu suara Izumi, aku melihat ke seluruh arah dan melihat bayangan Izumi sedang berada di dekatku, menepuk pipiku pelan dengan tangan mungilnya.
"Itu keponakan ku ya? Kawaii yo, siapa namanya tadi?" Deryn terlihat antusias saat melihat bayangan Izumi.
"Namanya Izumi, Ri-chan yang memberikan nama itu. Dia anak yang manis bukan?" komentar Shinta dan jika aku melihat kembali tatapannya, dia merasa rindu dan bersalah dalam waktu yang bersamaan.
"Tenang saja, aku dan Izumi akan sering berkunjung. Kau bisa bermain dengan dia selama kami berkunjung." aku memeluk Shinta, untuk terakhir kalinya. Kemudian berbalik kepada Deryn dan kali ini, aku benar-benar memeluknya untuk terakhir kali.
"Jaga keponakan ku, aku akan mengawasi kalian." Deryn selalu bisa membuatku tersenyum bahkan di momen terakhir ku ini. Aku melihat Reika-sama dan dia mengangguk pelan.
"Temui mereka, mereka pasti merindukanmu." aku mengangguk dan sebelum pergi, aku ingin memeluknya kembali.
"Terima kasih sudah memberikan banyak momen indah saat kita bersama, Reika-sama. Hountoni arigatou, Reika-sama." ucapku sebelum aku berjalan ke arah pintu putih di lapangan bunga.
Aku membuka pintunya dan sebelum masuk, aku berbalik sebentar dan melambaikan tanganku kepada mereka. Aku akan menyimpan memori ini baik-baik.
"Sayonara! Sampai bertemu saat waktunya!" aku melihat mereka juga melambaikan tangan kemudian aku masuk ke dalam pintu. Hal pertama yang kulihat hanyalah gelap kemudian saat membuka mataku, silau menyapa dan wajah pertama yang aku lihat adalah wajah tersenyum Izumi.
Riku Pov end
𝙽𝚎𝚡𝚝...
Heiyo apa kabar readers ku tersayang??
Ini update an pertama di tahun 2023 dan update kali ini akan menjadi sebuah pijakan baru bagi book milik Amy.
Nah...
Aduh, lupa mau bilang apa. Tapi yang pasti tetap stay di sini karena mau tamat lho...
Ada beberapa hal yang Amy ubah jadi jangan lupa tetep stay ya. Jaa ne readers-san tachi~
02/01/2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top