33. Ritual Penyegelan

Malam pun tiba dan di saat para manusia tertidur dengan lelap, di sebuah tempat yang tertutup namun luas, terdapat 7 orang yang sedang melakukan sesuatu.

Mereka menggambar dua lingkaran sihir berbeda di tempat yang berdekatan dan kemudian mereka berdiri di tempat masing-masing yang sudah di atur sebelumnya.

4 orang dewasa berdiri di 4 arah mata angin sedangkan 2 pemuda berdiri ditengah lingkaran sihir yang ada di sana dengan ukuran diameter 10 meter, satu pemuda lagi berdiri sedikit jauh dengan lingkaran sihir tersendiri yang hanya berdiameter 3 meter.

Satu persatu dari orang dewasa itu menyebutkan mantra mulai dari orang dewasa yang berada di sebelah timur, lalu utara, barat, dan terakhir selatan.

Seiring dengan pengucapan mantra, lingkaran sihir itu mulai bersinar perlahan.

Setelah semuanya mengucapkan mantra, lingkaran sihir itu bersinar terang dengan warna merah darah.

Pemuda yang berada di lingkaran sihir lainnya juga ikut mengucapkan mantra yang berbeda dan cahaya merah jingga menyelimuti 4 orang dewasa yang ada di pinggiran lingkaran sihir utama.

Dua pemuda yang berada di tengah lingkaran juga ikut mengucapkan mantra dan salah satu dari mereka menggores tangannya agar darah keluar, dan tetap mengucapkan mantra yang sedikit lebih rumit.

Pemuda lainnya memperlihatkan tangannya yang tiba-tiba memunculkan sebuah tato sihir yang memiliki bentuk sama dengan lingkaran sihir yang mereka injak, kemudian mengarahkannya ke darah yang sudah sedikit tergenang di tanah.

Pengucapan mantra dilakukan berulang kali hingga darah yang ada di tanah itu menyerap ke dalam tanah.

Setelah memastikan darah yang tergenang tadi menyerap semua ke tanah, 4 orang dewasa dan satu pemuda yang terdapat tato di tangannya itu langsung mundur menjauhi lingkaran sihir utama, meninggalkan satu pemuda lainnya yang masih merapalkan mantra.

Lingkaran sihir itu semakin memancarkan sinarnya dan auranya yang cukup pekat jika di sekelilingnya tidak di pasang pelindung.

Mereka yang memperhatikan dari luar lingkaran hanya bisa berdoa saat melihat raut wajah kesakitan dari pemuda yang masih terus merapalkan mantra di tengah-tengah lingkaran sihir.

Pemuda yang masih di dalam lingkaran sihir masih berusaha menahan rasa sakit yang ia rasakan di sekujur tubuhnya, terutama pada jantung dan otaknya yang serasa akan meledak kapan saja.

"Ne...apa menurut kalian kali ini akan berhasil tanpa mengorbankan nyawanya?" tanya orang dewasa yang tadi berdiri di arah selatan, Takamasa.

"Entahlah Taka-chan, sejauh ini belum ada yang bisa bertahan walaupun sudah dibantu oleh penyalur." jawab orang dewasa yang berdiri di utara, Yoshi.

"Berdoa saja dia akan berhasil, dia bukan orang lemah seperti leluhur kita yang lainnya." balas orang dewasa yang berdiri di barat, Sousuke.

"Yah...aku berdoa demikian. Anak dan istrinya menunggu di rumah jadi, aku harap aku pulang dengan dia dengan selamat." sambung orang dewasa yang berdiri di timur, Takeshi.

"Tapi, kemungkinan selamat hanya 1% jika di lihat. Apakah Riku-sensei bisa bertahan? Dia terlihat sangat kesakitan, aku saja hampir pingsan jika tidak ada Tenn." kata pemuda yang memiliki tato di tangan, Gaku.

"Adik ku bukanlah orang yang lemah. Aku tahu itu dan dia sudah berjanji padaku dan Shinta-san untuk kembali dan hidup normal bersama." balas penyalur yang berada di lain lingkaran, Tenn.

Dan bisa ditebak jika pemuda terakhir adalah Riku. Mereka sedang melakukan ritual penyegelan yang berfungsi agar penjara dunia bawah yang menyegel Asmodeus tetap terkunci entah sampai kapan.

Riku mulai menyelimuti tangannya dengan darah miliknya yang masih mengalir dan menyatukan kedua telapak tangannya. Matanya yang awalnya terpejam kini terbuka dan memperlihatkan mata crimson yang khas milik Nanase bersinar.

"Dengan Darahku, Aku Menyegelmu Kembali, Asmodeus."

Begitu Riku mengucapkan kalimat mantra terakhir, lingkaran sihir utama bersinar terang bahkan sampai bisa di lihat dari kejauhan.

Setelah sinar itu hilang, awalnya Riku hanya terdiam sampai tiba-tiba saja ia melemah dan hampir mencium tanah jika seseorang tidak menolongnya.

"Dasar kau ini, memaksakan diri sekali. Beruntung saja kau berhasil." ucap orang yang menolong Riku saat hampir mencium tanah, Shinta.

"Hehe....gomen ne, bisakah aku istirahat sebentar. Aku...menggunakan kekuatan iblisku secara keseluruhan untuk menyegelnya kembali. Kekuatan penyihir suciku juga sudah perlahan habis." jawab Riku lemah saat melihat istrinya yang menolongnya.

Tentu Shinta mengangguk dan Riku langsung pingsan dipangkuan Shinta. 'Kuharap kita bisa hidup normal sampai maut memisahkan kita saat tua nanti.' pikir Shinta membelai wajah damai Riku.

"Shinta/-san." panggil orang-orang yang ada di sana menghampiri keduanya. Tenn dan Takeshi sedikit khawatir saat melihat Riku memejamkan matanya.

"Dia hanya pingsan karena menggunakan seluruh kekuatannya, kalian tidak perlu khawatir. Ritual ini...berhasil." ucap Shinta yang seolah tahu apa yang ipar dan mertuanya pikirkan.

"Itu artinya..." kalimat Yoshi menggantung dan beberapa saat kemudian sorakan bahagia terdengar dari mereka.

"Yosha! Kita berhasil!" seru mereka dengan tangis bahagia karena mereka bisa melakukan ritual tanpa harus mengorbankan nyawa seseorang lagi.

Shinta yang melihat wajah riang para laki-laki hanya bisa tersenyum lega. 'Yokatta, penglihatan ku benar. Mereka berhasil melakukannya tanpa adanya korban jiwa.' pikir Shinta melihat ke arah Riku yang memejamkan matanya.

"Matte Shinta, kalau kau ada di sini...di mana Izumi dan Rika?" kata Takeshi saat menyadari sesuatu yaitu keberadaan Shinta di antara mereka.

"Ah soal itu...mereka ada di mobil. Sebaiknya kita pulang sekarang karena malam sudah semakin larut. Aku tidak ingin Izumi dan Riku sakit karena angin malam." jawab Shinta yang sedikit gugup karena ditatap tajam oleh Takeshi.

"Ah wakatta, jaa kurasa ini akan menjadi pertemuan resmi kita yang terakhir. Ritual ini sudah tidak bisa di lakukan lagi sepertinya." ucap Yoshi meregangkan tubuhnya.

"Ya, ini adalah ritual terakhir kalian karena segelnya sepertinya sudah rusak dan tidak bisa di perbaiki lagi. Kalian sekarang fokus menjaga kunci itu daripada memperkuat segel yang sudah rusak. Ritual tadi hanya mengirim rantai agar iblis itu tetap terikat." kata Shinta mencoba menggendong Riku di punggungnya, mengingat Riku sedikit ringan darinya.

"Sasuga na kimi, tidak heran kalau kau adalah salah satu dari keturunan Gabriel-sama." komentar Takamasa saat Shinta mengatakan hal yang sepertinya berkaitan dengan masa depan.

"Sebaiknya kita segera pergi atau kita mendapatkan masalah jika terus di sini." ucap Shinta saat ingin beranjak dari tempat itu.

Tapi belum juga mereka beranjak dari tempatnya, lingkaran sihir yang di gunakan untuk ritual itu tiba-tiba bersinar kembali dan membuat Shinta dan Riku terjebak di dalamnya.

"Abunai!" yang lain langsung melompat menjauh dari lingkaran sihir tapi sayang keduanya terjebak di lingkaran sihir itu dan aura pekat yang muncul membuat Riku terbangun.

Shinta sendiri langsung tidak sadarkan diri karena aura pekat yang keluar dari lingkaran sihir tersebut. Riku sadar jika lingkaran ini mengeluarkan aura yang bisa melemahkan keturunan malaikat agung dan langsung mencoba bangun dari posisinya.

"Ughh Shi-chan.....yabai...." Riku berusaha untuk bangkit menghampiri Shinta yang sudah tergeletak tidak sadarkan diri.

"Riku! Shinta! Keluar dari lingkaran itu!" teriak Takeshi berusaha masuk ke dalam lingkaran, tapi aura yang keluar membuat dirinya terdorong keluar.

Riku masih berusaha untuk berdiri dengan tenaganya yang ada, namun hal itu sia-sia karena dia sudah memakai hampir seluruh kekuatannya.

"Hei nak, terima kasih kau sudah mengeluarkan ku dari penjara terkutuk itu." suara berat yang terdengar begitu pekat auranya memasuki gendang telinga mereka yang ada di sana.

Tentu saja orang-orang yang ada di sana terkejut bukan main. Terutama saat melihat siapa sosok tersebut yang baru saja keluar dari lingkaran sihir itu.

Riku sendiri langsung melihat ke arah suara yang ada tepat di belakangnya. Mata hijau yang bersinar terang serta wujudnya yang besar dan mengerikan, di tambah dua tanduk di kepalanya membuat Riku langsung menatap tajam ke arahnya.

"Kau...Asmodeus...bagaimana kau bisa keluar dari penjara itu? Bukankah..." kata Riku menatap tajam mata yang menatapnya yaitu milik iblis dosa iri hati, Asmodeus.

"Tentu saja aku sudah lama keluar dari sana, tapi aku tidak bisa menemukan kunci ke permukaan dan hanya menunggu waktu di reruntuhan." Riku tentu saja terkejut karena apa yang dia tidak harapkan benar-benar terjadi bahkan tepat di depan matanya sendiri.

"Tidak kusangka jika kau itu kunci ya? Pantas saja gerbang sedikit terbuka, tapi yang muncul hanya mantra segel yang langsung mengikatku. Kau tahu nak? Itu segel yang kuat, lebih kuat dari anak bernama Reika itu." kata Asmodeus yang masih terus menatap Riku seolah dia adalah mangsanya setelah sekian lama.

"Tentu saja lebih kuat, aku mencoba memperkuat mantra itu selama bertahun-tahun tapi....kenapa kau masih bisa lolos?" jawab Riku dengan berani, seolah-olah tatapan Asmodeus yang seolah ingin memakannya itu bukanlah ancaman.

"Tentu saja karena kekuatan segel itu jika mulai melemah akan langsung berpindah kepadaku." jawab Asmodeus dengan tawa diakhir.

Takeshi ingin menghampiri Riku, tapi Riku memberikan isyarat untuk membawa Shinta menjauh dan biarkan dia yang hadapi Asmodeus.

Sesaat, Takeshi tidak ingin menurutinya. Namun, melihat mata kesungguhan dari Riku dan keadaan Shinta yang masih tidak sadarkan diri, Takeshi terpaksa menurutinya.

"Tanaman Sulur."

Takeshi memunculkan tanaman yang merambat untuk membawa Shinta mendekat ke arahnya kemudian menggendongnya sebelum pergi bersama yang lain. Asmodeus sadar dan ingin mengejar Shinta yang di bawa, namun Riku menghadangnya.

"Hei nak, kenapa kau menghalangi ku?" tanya Asmodeus saat Riku menghalangi dirinya dari mengejar Shinta juga yang lainnya.

"Aku tidak akan biarkan kau menyentuh keluarga dan temanku, terutama istri dan anakku." Riku mengeluarkan aura yang kuat, siapa sangka jika aura pekat tadi bisa membuatnya kuat kembali.

"Kau...Nanase ya? Tidak sangka jika keluarga pecundang itu masih bertahan hingga sekarang." kata Asmodeus tersenyum licik.

"Pecundang kau bilang?" tanya Riku yang masih setia mengeluarkan aura pekatnya.

"Tentu saja pecundang. Kekuatan mereka yang tidak seberapa itu dan terus saja lari dari tanggung jawab mereka sebagai iblis kemudian melarikan diri dan membentuk dunia baru, bahkan klan baru. Dasar sampah."

"Oh...tidak hanya itu. Beraninya mereka memiliki apa yang di namakan manusia itu hati nurani. Kalian hanya menjadi sampah di alam neraka dan pantas saja Lucifer langsung mengusir kalian." jelas Asmodeus dengan nada yang sedikit kesal.

"Aku tidak peduli bagaimana masa lalu keluarga ku dan yang paling penting sekarang adalah....mengusir kalian dari sini." kata Riku mulai mengeluarkan pedang Ares dan memanggil Ao.

"Coba saja jika kau berani, nak. Gerbang neraka tidak akan bisa terbuka jika kau tidak tahu caranya mengusir Cerberus dan juga tidak tahu apa kuncinya." kata Asmodeus yang ingin bersiap melawan Riku, namun terhenti karena kedatangan 3 sosok lainnya.

"Jangan remehkan dia Asmodeus. Dia itu anak kesayangan Lucifer." ucap Leviathan yang datang bersama Beelzebub dan Satan.

"Oh kalian datang. Terlambat, aku sudah bebas dahulu sebelum kalian menemukan kuncinya." kata Asmodeus seolah mendramatisir keadaan.

"Aku tahu dan tidak di sangka jika dia itu kuncinya. Sebaiknya tadi kita membawanya pergi saja bukan?" ucap Satan melihat Riku yang masih waspada di sisi seberang.

"Sudahlah, sebaiknya kita mundur dahulu karena Lucifer akan membukakan gerbang beberapa hari lagi. Sampai jumpa nak." ucap Beelzebub melambaikan tangannya tanpa perpisahan sementara.

"Matte!" keempat iblis itu pergi begitu saja entah kemana, meninggalkan Riku sendirian. Untuk beberapa saat, Riku hanya terdiam memandangi tanah.

Tapi matanya tidak sengaja melihat ke arah sesuatu yang menurutnya menarik. Ia mengambilnya dan tersenyum saat melihat barang 'itu'.

"Ini kesempatan terakhir ku. Pasti...aku akan melindungi kalian....pasti." Riku berjalan menjauh dari lokasi ke tempat mereka yang sudah menunggu.

Di tempat lain, keempat iblis tadi menunggu waktu gerbang antara dunia permukaan dengan dunia neraka di buka oleh Lucifer.

"Hei, apa maksud kalian tadi dengan anak Nanase itu kesayangannya Lucifer? Dia hanya sampah, kenapa dia menjadi kesayangannya Lucifer?" kata Asmodeus saat mengingat perkataan Leviathan tadi.

"Bukan hanya Lucifer, tapi juga malaikat sialan Michael. Lucifer memberikan sepertiga dari kekuatannya dan juga Aka, Michael memberikan Ao dan juga 3 penjaga kepercayaannya. Sebaiknya kita langsung kembali tanpa memancing masalah dengannya atau kita sendiri akan tamat." jelas Satan.

Tiba-tiba lingkaran sihir muncul di bawah Asmodeus dan terdengar suara permohonan dari lingkaran sihir tersebut.

"Wahai Iblis, Ku Mohon Pinjamkan Kekuatanmu untuk Memusnahkan Nanase."

"Heh...mencari masalah saja mereka ini. Dasar manusia serakah." komentar Beelzebub saat mendengar permohonan itu.

"Mungkin kita bisa bermain sedikit, kita kendalikan saja mereka dan dia ingin memusnahkan Nanase bukan? Akan ku tolong." kata Asmodeus dengan wajah liciknya yang sudah ia simpan beribu tahun lamanya.

"Kau mencari masalah Asmodeus. Kali ini aku tidak ikut karena kau bisa saja berurusan dengan Nanase yang tadi." kata Leviathan mengangkat tangannya seolah tidak ikut campur.

"Sama." sambung Satan dan Beelzebub bersamaan.

"Aku tidak peduli jika kalian tidak ingin ikut campur, aku punya dendam tersendiri pada Nanase. Sampai jumpa di alam neraka nanti." Asmodeus langsung menghilang dari tempatnya menuju ke tempat asal lingkaran sihir yang tiba-tiba muncul.

"Dendam Asmodeus hanya karena Nanase sebenarnya lebih di perhatian oleh Lucifer bukan?" tanya Beelzebub dan diangguki oleh dua iblis lainnya.

"Biarkan saja dia. Kita lebih baik cari aman atau penjara milik Lucifer menanti kita dan kita tidak bisa keluar selama 10.000 tahun." merasa setuju dengan pendapat Satan, Beelzebub dan Leviathan memilih menunggu sembari mengamati apa yang Nanase dan Asmoro lakukan.

𝙽𝚎𝚡𝚝...

All: Amy/-san....kau lupa untuk up ya_-

Hehe gomen, aku terlalu fokus dengan tes ku sampai lupa untuk pencet tombol publish.ehe.gomen ne

Mao: bagaimana hasilnya?

Lumayan....tapi di bandingkan semester kemarin....oke lah ada peningkatan.

Riku: padahal kau sambil nonton anime lho_- kok bisa...

Kiseki da( ̄∇ ̄)

Bbb: em....amy....kau tak nak lanjutkan project kau yang lain ke?

Tengah aku lanjut pun, selesai kan book ni dulu lepas tu baru project tu.

Iori: berapa project yang Amy-san siapkan?

Banyak, jangan tanya jumlahnya karena aku malas menghitung_-

Kaizo: sampai berapa lama kitorang tunggu ni?

Tak lama dah, taun depan kot...

All: itu lama!

Ergh tak lah kan sudah bulan Desember kan ini. Tunggu aja.

Ritsu: jangan tinggal nonton anime, goals tahun depan jangan ditelantarin

Erghh oke...sore jaa....mata ne minna-san^^

12/12/2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top