32. Gabriel

Di kediaman Nanase, Tenn dan Rika sedang menjaga Izumi karena orang tuanya sedang pergi entah kemana. Tiba-tiba saja tiada angin ataupun badai, Izumi menangis keras sembari menggapai sesuatu. Tenn dan Rika panik karena tangisan Izumi kali ini lebih keras dari biasanya.

"Doushita no Izumi-chan? Tidak biasanya kau menangis sekeras ini?" kata Rika menggendong Izumi yang menangis.

"Bukannya Izumi baru tertidur tadi setelah makan dan ganti popok?" heran Tenn.

"Kaa-san tidak mengerti, Tenn-chan. Doushita no Izumi-chan? Mama dan Papa masih di luar, nanti mereka pulang." tangisan Izumi semakin keras dan baru kali ini, Izumi menangis dalam waktu yang lama.

1 jam berlalu dan Riku akhirnya pulang bersama Shinta yang tertidur. Mendengar suara tangisan bayi dari dalam membuat Shinta terbangun. "Ohayou Hime-sama, kita sudah sampai apa kau mau ku gendong sampai ke dalam?" tanya Riku saat melihat Shinta terbangun di punggungnya.

"Iie, aku bisa jalan sendiri. Kenapa Izumi menangis? Apakah dia ditinggal?" kata Shinta kebingungan dan dia pun turun dari punggung Riku.

"Iie, Okaa-sama dan Tenn-nii di rumah. Lebih baik kita melihatnya sendiri." Riku dan Shinta berlari kecil menuju ke arah suara tangisan. Begitu berada di ruang keluarga, pemandangan pertama yang mereka lihat adalah dua orang yang kebingungan menenangkan bayi yang menangis keras.

"Ah okaeri futari tomo. Izumi-chan lihat siapa yang pulang, Mama dan Papa." ucap Rika saat melihat Riku dan Shinta pulang.

"Berapa lama dia menangis?" tanya Riku yang berdiri di sebelah Tenn.

"1 jam lebih dan kami tidak tahu bagaimana cara menenangkannya." kata Tenn dengan wajah kebingungan karena sudah mencoba berbagai cara untuk membuat Izumi diam namun tidak ada yang berhasil.

Izumi tiba-tiba mengeluarkan cahaya putih yang begitu menyilaukan dan benang putih muncul dari tangan kanan Izumi kemudian mengikat Rika, Tenn, dan Shinta. Riku sendiri menyadarinya dan melompat menjauh dari cahaya putih.

"Minna!" kata Riku saat menyadari jika ketiganya terikat dengan sebuah benang putih dengan keadaan pingsan.

"Riku-kun! Daijoubu ka?" Tora yang muncul beberapa saat setelah cahaya menyilaukan itu hilang langsung menghampiri Riku, masih dengan tubuh aslinya yang 3 kali lebih besar dari tubuh harimau normal.

"Tora, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Riku mencoba menenangkan dirinya yang syok.

"Gabriel-sama marah entah karena apa dan dia menyuruh salah satu jiwa bayi untuk menyalurkan kemarahannya. Tapi tidak disangka jika jiwa bayi itu adalah anakmu. Suman na." jawab Tora yang tubuhnya perlahan mengecil seukuran harimau normal.

"Iie daijoubu, ini bukan salahmu. Aku akan coba berbicara dengan Gabriel-sama dan membujuknya-" belum juga Riku menyelesaikan kalimatnya, cahaya menyilaukan lainnya muncul tepat di hadapannya bersamaan dengan suara yang mirip dengan Michael.

"Membujukku dari apa, nak?" ucap Gabriel, salah satu malaikat agung.

"Gabriel-sama, kenapa kau begitu marah sampai meluapkannya kepada anakku?" tanya Riku mencoba mendekat ke arah Izumi karena dia memiliki firasat jika Izumi akan di bawa oleh Gabriel.

"Kenapa? Tentu saja dengan hubunganmu dengan gadis dari keturunanku. Awalnya aku masih menerimanya, tapi para iblis itu tidak memberiku pilihan lain selain memisahkan kalian dan mengambil anakmu." Riku tentu saja terkejut dan dia sontak mengeluarkan tombak perak yang diciptakan Ara dan Ata.

"Kau mungkin bisa memisahkan aku dengan Shi-chan, tapi mengambil anak kami....aku tidak akan menyerahkannya kepadamu walau kau dan Michael-sama adalah saudara!" ucap Riku serius bahkan sedikit mengeluarkan aura membunuh yang cukup untuk membuat musuh pingsan.

"Riku-kun abunai!(bahaya!). Jangan bertindak sembrono!" cegah Tora dengan menarik ujung baju Riku, namun Riku sudah terlanjur mengucapkan mantra.

"Wahai Kau Yang Melindungi Ku, Datanglah, Ao." tubuh Riku di selimuti oleh api biru dan muncul seekor Phoenix biru kemudian bertengger di pundak Riku.

"Beraninya kau memanfaatkan pemberian Michael, nak. Aku tidak akan segan-segan untuk membunuh anakmu." Gabriel pergi dengan membawa Izumi yang masih dalam kondisi masih menangis. Riku ingin menghentikannya namun Tora mencegah dirinya pergi menyusul Gabriel.

"Hanase Tora! Aku harus menyelamatkan anakku!" kata Riku yang berusaha lepas dari Tora.

"Dan kau kehilangan semuanya? Jangan bercanda! Gabriel-sama tidak akan membunuh seseorang jika bukan waktunya, dia hanya membawa anakmu ke Istana Langit, itu saja." kata Tora yang masih mencegah Riku pergi dengan menguatkan pelukannya.

"Tetap saja dia mengambil anakku. Istana Langit adalah tempat yang hanya di tempati oleh keturunan malaikat agung saat mereka sudah meninggal, itu artinya..." Tora menghela nafas lelah dan memukul pelan kepala Riku.

"Itte-nani o Tora?" protes Riku memegang kepalanya yang terpukul Tora.

"Tenanglah, nak. Michael-sama ada di Istana Langit sekarang, jadi dia akan membelamu. Sebaiknya kau menyembuhkan mereka karna benang itu menyerap Mana." Riku mengalihkan pandangannya ke tiga orang yang sudah pingsan dengan benang putih yang mengikat mereka.

"Antarkan aku ke Istana Langit setelah ini, Tora. Aku tidak bisa membiarkan Gabriel-sama berbuat sesuatu kepada anakku. Juga, aku tidak ingin merepotkan Michael-sama lagi." ucap Riku setelah melepaskan ikatan benang itu dan memulihkan Mana ketiganya.

"Kau ini keras kepala sekali." Riku hanya tersenyum kikuk dan kemudian melepaskan ikatan benang yang mengikat keluarganya. Tak lama setelah Riku melepaskan ikatan tersebut, Takeshi pulang dan terkejut dengan keadaan rumah.

"Riku, apa yang terjadi?" ucap Takeshi terkejut saat masuk ke dalam rumah dan melihat keadaannya cukup berantakan.

"Otou-sama, okaerinasai. Aku pamit menjemput Izumi dulu, ya. Jaga mereka selama aku pergi. Ikou Tora." kata Riku tanpa memperlihatkan ekspresi wajahnya kepada Takeshi dan dia langsung naik ke punggung Tora.

"Matte Ri-" Riku sudah naik ke punggung Tora dan bagaikan angin, mereka melesat menuju tempat yang bernama Istana Langit. Takeshi yang belum juga selesai bertanya hanya menghela napas dan memperhatikan istri, anak, dan menantunya yang pingsan.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Aku merasakan hawa kuat di sini dari kantor, ada apa sebenarnya?" gumam Takeshi melihat ke arah Riku pergi.

Selang beberapa waktu, beberapa orang datang ke kediaman Nanase, yaitu Takamasa, Sousuke, dan Yoshi. "Permisi, Nanase-san." ucap Yoshi saat mereka masuk ke dalam kediaman.

"Oh kimitachi, kenapa kalian ke sini?" kata Takeshi yang tersadar dari lamunannya dan melihat ke arah teman satu angkatannya beserta mantan pengajarnya dahulu.

"Kami merasakan hawa berbahaya dari rumah ini dan kebetulan kami sedang akan pergi ke rumahmu untuk membicarakan soal ritual. Apa yang terjadi di sini?" jawab Sousuke saat melihat ke sekeliling ruang keluarga yang sangat berantakan akibat angin kencang saat Gabriel, Tora, dan Riku pergi tadi.

"Entahlah, tapi sesaat aku bisa merasakan hawa luar biasa dari sini. Lalu...bulu angsa?" Takeshi mengambil bulu yang tergeletak di lantai dekat tempat tidur Izumi dan membolak-balikan nya.

"Aku seperti nya tahu apa yang terjadi, tapi sayang sekali kita tidak bisa berbuat apapun." kata Yoshi tiba-tiba saat melihat ke arah langit, tepat di mana Riku bersama Tora pergi mengejar Gabriel.

"Apa maksud sensei?" tanya Takamasa keheranan.

"Bulu itu adalah sayap dari salah satu malaikat agung. Apa kau tahu jika istri dan menantumu keturunan malaikat agung?" kata Yoshi menunjuk ke arah bulu yang masih ada di tangan Takeshi.

"Rika keturunan malaikat agung Michael tapi untuk Shinta aku tidak tahu." jawab Takeshi duduk di sebelah Rika yang terbaring di sofa yang tak jauh dari tempat tidur Izumi tadi, sedangkan Tenn dan Shinta di sofa lainnya yang sedikit berjauhan.

"Dia keturunan Gabriel, dia tidak menerima salah satu dari keturunannya itu memiliki darah penguasa neraka terutama Lucifer. Dia mengambil cucumu untuk di bawa ke Istana Langit dan anakmu mengejarnya bersama dengan salah satu pengawal Michael." jawab Yoshi mendekati Shinta yang masih setia memejamkan matanya.

"Bagaimana Tou-san tahu?" heran Sousuke karena dia tidak menyangka jika ayahnya bisa tahu hal-hal semacam itu.

"Aku tadi melihat mereka menuju ke Istana Langit." kata Yoshi menunjuk ke arah langit.

"Istana Langit?!" kejut Takamasa, Takeshi, dan Sousuke dengan suara sedikit keras, namun masih tidak bisa membangunkan ketiganya.

"Ah....sou da. Mereka semua pergi ke Istana Langit, doushita no?" kata Yoshi dengan santainya.

"Ah...aku tadi sempat ingin meminta tolong kepada Lucifer-sama, tapi aku lupa jika hubunganku dengannya sangat buruk setelah aku menikah dengan Rika." kata Takeshi dengan wajah yang tersenyum kikuk.

"Baka, tentu saja dia akan marah karena kau melanggar larangannya. Kita sebenarnya tidak bisa bersatu dengan kaum malaikat angung, tapi kau dengan beraninya melanggar hal sekecil itu." sindir Sousuke dengan wajah sedikit kesal.

"Sou....tapi...Michael-sama anehnya tetap membiarkan hubungan kami berjalan bahkan dia memberikan anugerah kepada anak-anak ku, tapi yang paling menyadarinya adalah Riku." jawab Takeshi yang masih mempertahankan senyum kikuk itu.

"Anugerah?" heran Sousuke dan Takamasa yang tidak mengetahuinya.

"Hm...ah sou, anugerahnya adalah kekuatan yang berlimpah juga hewan sihir. Tenn memiliki kitsune dan Riku memiliki phoenix." jelas Takeshi mengingat apa yang diberikan oleh Michael untuk kedua anaknya saat mereka baru berusia 6 bulan.

"Ah asal dari phoenix yang Riku selalu panggil adalah dari Michael-sama ternyata, yang berwarna merah menyala itu bukan?" kata Yoshi menganggukkan kepalanya berulang kali.

"Eh cigau, warnanya biru bukan merah." ucap Takeshi dan itu mengundang sejuta pertanyaan di kepala ke-empatnya.

"Lalu phoenix merah yang selalu ia panggil itu...apa?" ucap Takamasa pertama kali menyerukan keheranannya.

"Aku baru tahu jika dia punya phoenix merah." kata Takeshi dan itu membuat yang lainnya juga kebingungan.

Keadaan hening beberapa saat hingga suara lonceng berbunyi di ruang keluarga bersamaan dengan munculnya Riku, Tora, dan Izumi yang tertidur damai di gendongan Riku.

"Tadaima." ucap Riku dengan wajah yang tersenyum lembut dan nadanya yang tenang. Takeshi langsung menghampiri Riku dan membantunya turun dari Tora yang kembali ke ukuran harimau normal.

"Okaeri, kau ini asal pergi saja. Jangan seperti itu lagi, kau membuatku khawatir Riku." omel Takeshi saat Riku turun sepenuhnya dari Tora dan berjalan ke ranjang bayi, meletakkan Izumi yang tertidur.

"Sumimasen Otou-sama, Izumi...adalah seseorang yang berharga bagi kami dan jika ada yang merebutnya dari kami....maka, dia berurusan denganku." kata Riku dengan nada lembut dan tenang kemudian dia melihat kondisi Shinta yang masih memejamkan matanya.

"Lalu, kenapa kalian semua ada di sini? Apakah kita harus menjalankan ritual sekarang?" kata Riku setelah menyalurkan Mana terhadap Shinta sesaat.

"Ah mengenai itu, ya kita harus cepat melakukannya atau para iblis neraka akan mengacaukan dunia permukaan. Bahkan aku merasakan 3 iblis penguasa neraka muncul di permukaan tadi." Riku tentu saja terkejut karena Yoshi, merasakan hawa kuat dari tiga iblis yang masuk ke gakuen.

"Ah kami juga merasakannya walau sesaat. Apa kau juga merasakannya, Riku?" Riku hanya terdiam tanpa suara, wajahnya tertutup poninya yang sudah mulai panjang.

'Mereka...merasakannya juga. Yabai, kesalahan jika memang ritual itu mundur dari waktu aslinya. Gomennasai ne Lucifer, aku harus tetap menyegel Asmodeus untuk beberapa tahun sepertinya.' batin Riku menundukkan kepalanya dan tiba-tiba dia mendengar suara yang familiar di kepalanya.

"Biarkan dia lolos di tangan manusia-manusia itu, nak. Kau tinggal mengirimnya kembali kemari saat waktunya sudah tiba."

Di tempat lain, lebih tepatnya di Istana Langit, terdapat dua sosok malaikat agung yang sedang mengawasi sesuatu. Dua sosok malaikat agung itu adalah Michael dan Gabriel yang sedang mengawasi Riku dan keluarga Nanase yang lainnya.

"Mou kenapa aku tidak bisa membuat anak itu di sini saja?" keluh Gabriel yang kepalanya berasap karena pukulan seseorang.

"Kau ingin mengubah jalur takdir atau bagaimana? Mau bagaimana pun anak Riku-kun nanti juga sama hebatnya dengan ayah dan ibunya, bukan?" jawab Michael yang tersenyum saat melihat Riku tersenyum lembut kepada anak dan istrinya. Tangan Michael seperti sedang menyingkirkan debu yang menempel.

"Tapi berani sekali Nanase melanggar hal terlarang itu, sudah jelas sekali di larang tapi tetap saja di lakukan." protes Gabriel.

"Takdir sudah menuliskan semuanya Gabriel, kita tidak bisa melakukan apapun. Bahkan jika suatu saat Riku-kun ataupun Shinta-chan meninggal, maka kita tidak bisa melakukan apapun selain menjemputnya." jelas Michael menatap sendu Riku dari kejauhan.

"Michael-sama, Asmodeus sebentar lagi akan bisa keluar dari penjara dunia bawah, apa yang harus kita perbuat?" lapor Ata dan Ara yang baru saja kembali dari dunia bawah.

"Biarkan mereka yang mengurusnya, aku sudah meminta Lucifer untuk membuka kan pintu penjara di alam neraka. Dia ingin menghukum Asmodeus yang terlalu ingin ke dunia permukaan." tentu saja hal itu membuat Gabriel dan dua pelayan setianya terkejut karena setahu mereka, Michael sangatlah membenci Lucifer.

"Apa yang membuatmu berubah Michael?" tanya Gabriel yang masih dengan wajah terkejutnya.

"Mungkin karena takdir." Michael terus memperhatikan Riku dan keluarga Nanase yang mulai memancarkan kehangatan keluarga yang sesungguhnya.

'Atau.....karena satu penyihir yang benar-benar bisa merubah apapun menjadi nyata.' pikir Michael menatap Riku yang tersenyum lebar di bawah sana.

Gabriel dan dua pelayannya saling berbagi pandangan namun mereka sama-sama menganggat bahu mereka karena tidak tahu apa yang di pikirkan oleh Michael.

𝙽𝚎𝚡𝚝...

03/12/2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top