29. Bangkit Sepenuhnya

Pagi harinya, Shinta sedikit terkejut karena pemandangan pertama yang ia lihat saat bangun tidur adalah dada bidang Riku yang tidak terbalut sehelai kain, bahkan sampai memperlihatkan sixpack sempurna Riku.

'Kenapa aku bisa lupa kalau fisik Riku terbentuk sempurna? Astaga.' batin Shinta dengan wajah memerah.

Shinta mencoba untuk melepaskan diri dari pelukan Riku, namun bukannya semakin melonggarkan pelukan, Riku justru semakin mengeratkannya.

"Tetaplah seperti ini sebentar Shi-chan. Aku mengalami hari yang berat kemarin." gumam Riku tanpa membuka matanya.

'Hari yang berat ya? Padahal aku ingin memberitahu kabar bahagia saat sarapan nanti. Tapi mungkin aku bisa menundanya beberapa menit.' Shinta kembali mendekat dan tidak butuh waktu lama untuk dirinya terlelap kembali.

Jaka bangun beberapa saat setelahnya dan begitu melihat pemandangan romantis itu, dia tersenyum karena senyuman Shinta saat tertidur.

"Dia bahagia, yokatta." gumam Jaka dan dia memilih pergi tanpa pamit, menggunakan sihir perpindahan.

Riku merasakan ada reaksi energi sihir di sekitarnya langsung terbangun dan melihat ke sekitar. Matanya awalnya tertuju pada Shinta, namun tak berapa lama, ia melihat sebuah catatan kecil di nakasnya.

"Jaga adik ku baik-baik Riku. Selama ini dia kurang kasih sayang dari laki-laki selain diriku sebagai kakaknya, tapi sekarang dia memilikimu sebagai seorang suami, kekasih, dan ayah. Jangan kecewakan dia atau membuat dia menangis. Tertanda Jaka Amano."

Riku tersenyum lembut dan kembali menaruh catatan kecil di tempat awal kemudian mencium kening Shinta lembut. 'Aku tidak pasti, tapi mungkin aku akan berusaha.' batin Riku dan karena telah terlanjur bangun, dia pun bangkit kemudian melakukan rutinitas paginya.

Kebetulan hari ini sekolah libur dan Riku sedang tidak ada misi maupun laporan, jadi dia sedikit santai untuk hari ini. Setelah melakukan rutinitasnya, dia pun membangunkan Shinta yang masih terlelap.

Tapi niatnya terbatalkan akibat ledakan sihir dari salah satu dimensi sihir buatan Riku membuatnya kesakitan di bagian dadanya dan itu artinya ia harus pergi ke dimensi itu. Sebelumnya, ia sempat untuk memberikan sebuah pesan singkat berserta kecupan lembut kepada sang istri.

"Shi-chan aku pergi sebentar ya. Jangan mencariku karena aku mungkin tidak pulang selama beberapa waktu sampai masalahku selesai. Aku menyanyangi mu dan anak kita. Tertanda, Nanase Riku."

Riku meletakkan pesan kecil itu di atas ponsel Shinta kemudian dia pergi ke salah satu dimensi buatannya yang terjadi ledakan sihir yang hingga membuatnya merasa kesakitan.

Dia berteleport ke dimensi Pelangi Suci dan betapa terkejutnya dia begitu melihat keadaan dimensi itu. Dimensi yang awalnya indah seperti dunia impian itu kini seolah menjadi sebuah neraka.

Yang lebih mengejutkannya, pelangi suci hilang tidak ada jejak sama sekali. Tentu saja hal itu sangat membuat Riku terkejut. Dia jatuh terduduk dengan wajah tidak percaya dan air matanya jatuh tanpa perintah.

"Lihat lah siapa yang datang? Kukira kau tidak peduli lagi dengan Pelangi Suci karena kau selalu menggunakan kekuatan iblis mu." Riku menoleh ke asal suara yang ada di depannya.

"Kimi wa dare? Lalu kenapa dirimu sama dengan aku?" tanya Riku menghapus kasar sisa air matanya dan berdiri berhadapan dengan sosok yang menyerupai dirinya, namun dia berpakaian serba putih.

"Aku adalah kau, kekuatanmu lebih tepatnya. Kukira kau tidak akan peduli dengan kekuatan penyihir suci mu lagi karena hanya sisi iblis mu saja yang selalu kau tunjukkan dan latih." kata sosok putih itu, kita sebut saja dia sebagai Iku saja.

"Bukannya aku tidak peduli, melainkan aku sedang mencari cara agar aku bisa bangkit di waktu yang tepat." kata Riku serius. Iku awalnya hanya diam berdiri kini dia perlahan berjalan mendekat ke arah Riku.

"Kenapa tidak sekarang saja Riku? Kau pasti akan memerlukan kekuatan ini bukan untuk menyegel iblis itu?" Riku menurunkan kewaspadaannya dan itu kesalahan besar, Iku tersenyum miring dan menyerang Riku hingga dia pingsan.

Saat Riku kembali membuka mata, dia berada di tempat yang sama seperti 5 tahun yang lalu. Bahkan tangannya kini memegang pedang yang sama seperti dulu. Terdengar tawa Harukawa yang begitu membuatnya kesal kemudian tragedi lama terulang kembali.

"Tidak...." Riku ingin menggapai Deryn, namun sayang dia hanya menembusnya. Matanya membelalak tidak percaya dan begitu melihat tangannya kini berlumuran darah, Riku berteriak sangat keras dan pemandangan berubah menjadi saat di mana dia kehilangan sahabat lamanya saat di Holymizu Gakuen.

"Tidak....Natsume, Torao, Haruka, Touma....." Riku ingin mendekat ke arah sosok diri lamanya, namun ada sebuah tembok transparan yang menghalanginya.

"Bagaimana? Apakah kau mengingat rasa sakit itu Riku?" Riku mendengar suara Iku pun berusaha mencari di mana sosoknya, namun hanya pemandangan mengerikan saja yang ia lihat.

"Kenapa kau melakukan hal ini Iku?!" jerit Riku dengan segala emosinya yang tidak terkendali.

"Kenapa? Tentu saja untuk melihat bagaimana seorang Nanase Riku terpuruk. Oh dan aku memiliki tamu spesial, dia sangat baik dan kuat tapi sayang sekali rohnya sudah lemah." sekitar Riku mulai berubah dan kembali ke keadaan awal di mana ia pingsan, namun kali ini ada seseorang di sebelahnya yang juga pingsan namun terdapat luka di seluruh tubuhnya.

"Reika-sama." gumam Riku melihat tidak percaya apa yang ia lihat saat ini. Riku langsung memeriksa keadaan Reika, sosok yang ada di sebelahnya.

"Dia ternyata tahu tempat persembunyian ku selama 3 tahun ini dan tiba-tiba menyerangku. Tapi tentu roh elit sepertiku tidak mudah untuk dikalahkan." Riku menatap dengan penuh rasa emosi, entah itu marah, sedih, atau kesal.

"Iku! Kenapa kau menyakitinya!? Dia adalah sosok yang membantuku saat aku kesusahan. Kenapa?!" jerit Riku dan tanpa sadar, kekuatannya mulai membuat dirinya hilang kendali.

"Ahahahahaha kau sekarang benar-benar membangkitkannya ya? Bagus Riku, teruskan!" seru Iku kesenangan saat melihat Riku mulai hilang kendali akibat kekuatannya yang meluap.

Riku dan Iku mulai bertarung, namun karena terlalu gegabah dan dikuasai oleh emosi yang tidak terkendali. Riku terlempar cukup jauh dan terbatuk keras hingga memuntahkan darah.

"Bagaimana rasanya kehilangan untuk ke sekian kalinya? Apakah kau akan menyerah?" Riku menatap Iku dengan emosi yang masih tersulut, namun tiba-tiba dia merasakan perasaan hangat yang tiba-tiba menyelimuti dirinya.

"Onii-san/Ri-chan." Riku mulai menurunkan bahunya dan melihat ke arah belakang di mana suara itu berasal. Iku sendiri tidak percaya jika ada sosok itu di dalam Dunia Pelangi Suci dan berniat untuk menyerangnya, namun terhalang oleh rantai perak yang membuatnya melemah.

"De-Deryn. Natsume." sosok yang memanggilnya adalah roh yang menjaganya selama ini, Deryn, dan yang mengikatkan rantai perak adalah sosok teman lamanya, Natsume Minami.

"Hehe makin lama, Onii-san ternyata semakin kacau ya? Padahal Deryn sudah bilang kalau jangan terpaku dengan masa lalu, kan?" kata sosok Deryn yang kini memeluk Riku.

"Sou desu, Francy-san. Lalu Nanase-san, kami ini pergi karena keinginan kami untuk kau tetap menjalani hidup. Jangan terlalu dipikirkan lagi dan jadilah dirimu sendiri tanpa menoleh ke belakang." kata sosok Minami tersenyum dan dia mendekat ke arah Riku dengan membawa Iku yang semakin melemah.

"Rantai ini benar-benar membuatku lemah. Apa yang ada di rantai ini?" kata Iku mencoba melepaskan diri, namun tidak berhasil dan badannya semakin melemah.

"Tidak ada, ini hanya rantai sihir biasa. Tidak ada racun ataupun kutukan." kata Minami dengan santai.

"Lalu kenapa aku bisa MELEMAH?!" kata Iku berteriak di bagian 'melemah' dengan sedikit keras. Minami tersenyum kepada Iku kemudian tangannya yang tidak memegang rantai menunjuk ke satu arah yaitu arah Riku.

"Deryn, maafkan Onii-san ya karena tidak bisa melindungimu saat itu." kata Riku menangis di hadapan sosok Deryn, dirinya kini menunjukkan semua emosi yang selalu ia pendam.

"Deryn ingin Onii-san tetap hidup agar Onii-san bisa menepati janji Onii-san dan juga Deryn senang karena Deryn bisa bertemu kembali dengan keluarga Deryn." Riku kini bergantian menatap Minami yang ada di belakangnya.

"Natsume, gomen. Seharusnya aku tidak mengajak kalian saat itu, aku benar-benar minta maaf pada kalian." kata Riku dengan isakan kecil. Sosok Minami hanya tersenyum dan menggeleng pelan.

"Ri-chan tidak salah. Itu semua kemauan kami, jadi jangan salahkan diri dan terus maju ya." Iku mulai melemah dan Riku yang masih terduduk itu, perlahan dirinya membuat tanah disekitarnya menjadi hijau kembali.

"Tidak....tidak....bagaimana kau bisa menghilangkan ketakutan dan keraguanmu secepat itu?!" jerit Iku yang masih terikat rantai milik Minami.

"Deryn....Natsume....arigatou." satu kata berjuta arti, kedua sosok itu tersenyum lembut dan perlahan menjadi debu cahaya. Rantai yang mengikat Iku pun semakin memudar karena sosok Minami memudar.

"Jangan bersedih lagi ya Onii-san. Kami akan melihatmu dari sana." sosok Deryn menghilang terlebih dahulu dan sosok Minami perlahan mendekat dan memberikan sesuatu padanya.

"Jangan ceroboh dan ragu lagi dalam memutuskan sesuatu. Lindungi apa yang saat ini kau punya dengan kekuatan mu, oke? Oh dan ini lonceng yang aku dan yang lainnya buat untukmu sebelum kejadian itu. Jaga baik-baik, aku pergi dulu." sosok Minami kini juga menghilang dan terjatuhlah sebuah lonceng dengan rumbai putih di bawahnya.

Iku terjatuh dan karena kondisinya yang lemah, ia tidak bisa kembali bangkit. "Sial! Bagaimana bisa ada orang seperti kau?!" kata Iku dengan nada sedikit berteriak.

Riku yang tersenyum saat melihat lonceng yang terjatuh di tangannya, kini menoleh ke arah Iku yang sudah berbaring tidak berdaya. Tak berselang lama, Dunia Pelangi Suci kembali seperti semula bahkan Pelangi Suci sudah muncul kembali dengan sinar hangatnya.

"Entahlah, tapi Iku....Deryn dan Natsume benar. Aku tidak boleh takut dan terpuruk dengan masa lalu, juga aku tidak bisa terus-menerus ragu akan apa langkah yang aku ambil." Riku berdiri dan berjalan mendekat ke arah Iku.

"Kau benar-benar orang yang aneh dan juga.....istimewa menurutku. Hah.....Reika benar soal dirimu." Riku yang sudah ada di dekat Iku, ikut merebahkan diri di sebelahnya.

"Memang apa yang Reika-sama katakan kepadamu tentang aku?" tanya Riku yang kini menatap langit yang perlahan muncul sekawanan burung Phoenix dan yang lainnya.

"Jika kau adalah anak perubah takdir. Normalnya, aku tidak bisa di kendalikan olehmu karena kau sudah mengendalikan sisi iblismu. Tapi lihat sekarang, kau bahkan bisa membuatku selemah ini." Riku hanya tertawa canggung.

"Lalu soal kedua darah yang tidak mungkin menyatu. Kau mematahkannya kembali dengan cara kelahiranmu di dunia ini." Iku menoleh ke Riku yang ada di sebelahnya dan menatap intens mata crimson indah milik Riku.

"Lalu yang terakhir, hanya kau orang yang bisa mengubah nasib seseorang termasuk dirimu sendiri. Selain itu, kau adalah anugrah yang Kami-sama berikan agar dunia ini kembali ke tatanannya. Jadi, akan aku serahkan kekuatan penyihir suci ini. Ubah takdir Riku dan berbahagialah." sosok Iku bersinar dan sinar itu menyelimuti diri Riku.

Perlahan, dirinya merasakan ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Awalnya Riku tidak tahu apa yang membuat dirinya merasa aneh, namun saat dia mencoba kekuatannya, dia tahu apa yang berubah.

"Apakah ini saatnya aku bangkit?" Riku berfikir sejenak di rerumputan itu dan dia memutuskan sesuatu untuk di lakukan.

"Mari kita lakukan. Tapi mungkin aku harus memberitahu yang lainnya dahulu, karena aku tidak yakin bisa selesai dengan cepat." Riku mengirimkan salah satu Phoenix yang ada di sana untuk menyampaikan pesannya.

"Aku akan pulang mungkin sedikit lama lagi karena urusan mendadak. Tapi akan aku usahakan saat Shinta melahirkan, aku akan ada di sebelahnya. Tertanda, Nanase Riku."

Phoenix itu berubah menjadi bola api kecil dan menghilang dari hadapan Riku. Riku berdiri dan meregangkan badannya.

"Baiklah...aku sudah 1 jam di sini, berarti....wow....sudah 10 jam aku pergi. Hah....mungkin aku baru selesai satu bulan kemudian." Riku mulai berlatih dengan sihir barunya dan tanpa ia sadari, Reika mengamatinya dari kejauhan.

"Dia bersemangat sekali, dan beruntungnya dia adalah anak perubah takdir. Sepertinya aku tidak perlu khawatir lagi akan masa depan anak itu karena dirinya kini sudah tahu apa yang harus di lakukan kedepannya. Jaga dunia ini untukku ya, Nanase Riku-kun." Reika menghilang dari tempatnya dan merasa ada seseorang yang memanggilnya, Riku menoleh ke segala arah untuk mencari sumber suara.

"Apakah hanya perasaanku saja?" gumam Riku dan dia kembali melanjutkan latihannya yang ternyata menghabiskan waktu selama 3 hari waktu Dunia Pelangi Suci, atau nyaris 1 bulan di dunia nyata.

"Yosh! Akhirnya aku bisa menguasainya. Saatnya pulang, semoga saja Shi-chan tidak marah karena ku tinggal berapa hari ya di sana? Ah sudahlah." Riku berteleport ke depan rumah Nanase dan Rey yang baru menyiram tanaman sedikit terkejut karena Riku tiba-tiba saja muncul dengan aura yang berbeda dari biasanya.

"Okaerinasai Riku-sama." ucap Rey menunduk hormat kepada Riku. 'Riku-sama terlihat lebih berwibawa dan kuat dari sebelumnya. Apa yang satu bulan ini Riku-sama lakukan?' pikir Rey saat merasakan aura berbeda dari Riku.

"Tadaima, hubungi Carel untuk kembali dan dimana yang lainnya?" kata Riku mendekat ke Rey.

"Mereka ada di rumah sakit karena Shinta-sama akan melahirkan." Riku tanpa basa-basi menghilang lagi meninggalkan Rey yang terpaku di tempat.

"Sugoi, Riku-sama sepertinya semakin kuat." gumam Rey sebelum dia masuk ke dalam untuk menghubungi Carel yang entah pergi kemana.

Riku berteleport ke rumah sakit, lebih tepatnya di depan ruang persalinan. Takeshi, Rika, dan Tenn yang sedang menunggu di depan ruang persalinan terkejut namun sesaat Rika langsung memeluk Riku yang baru datang.

"Akhirnya kau datang nak. Shinta-chan akan melahirkan, lebih baik kau sekarang masuk menemaninya." baru saja Riku akan melangkah, seorang bidan keluar dan bertanya dimana suami Shinta.

"Saya suaminya." kata Riku dengan nada tegas namun masih lembut. Yang lainnya melihat perubahan Riku cukup terkejut karena dalam satu bulan, Riku benar-benar merubah auranya.

"Silahkan temani pasien." Riku dan bidan pun masuk ke ruang persalinan meninggalkan yang lain di luar.

𝙽𝚎𝚡𝚝....

05/11/2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top