24. Dunia Pelangi Suci

Saat jam pulang sekolah, Riku menemui Rika di kantornya untuk meminta izin. Tenn sendiri masih harus ke rumah Gaku untuk mengerjakan projek kelompok yang harus sudah di kumpulkan minggu depan.

"Permisi, Okaa-sama. Apa Okaa-sama masih di dalam?" tanya Riku begitu ia berada di depan pintu ruang kepala sekolah.

"Masuk saja Riku-chan, pintu tidak dikunci." Riku masuk dan pemandangan pertama yang ia lihat hanyalah tumpukan kertas.

'Wow aku tidak pernah melihat kertas dokumen sebanyak ini di kantor Okaa-sama.' pikir Riku dan dia pun berjalan mendekat ke arah Rika.

"Doushita no Riku-chan? Di mana Tenn-chan?" tanya Rika menyingkirkan beberapa kertas di depannya hingga bisa melihat putra bungsunya yang sedang berdiri di depannya.

"Riku hanya ingin izin untuk kerja beberapa minggu dan tolong jaga Shi-chan. Aku tidak yakin akan pulang selama aku kerja jadi tidak mungkin aku meninggalkan dia sendirian di rumah." jelas Riku.

"Lalu di mana menantu ku sekarang?" Riku hanya menunjukkan ke arah parkiran, lebih tepatnya di mobilnya.

"Menunggu di mobil, kami harus mengambil sesuatu dahulu di rumah ku dan juga ada beberapa keperluan di lab rumah yang harus Riku ambil sebelum berangkat." Rika mengangguk dan berkata 'Hati-hati' sebelum Riku pergi.

Riku langsung pergi ke tempat Shinta menunggu dan begitu sampai, mereka langsung masuk ke dalam mobil.

"Jadi aku akan tinggal di kamar mu nanti?" tanya Shinta memulai pembicaraan di mobil.

"Ya, mana mungkin di kamar tamu. Kau itu sudah jadi keluarga ku, istriku. Kau tidak perlu khawatir merasa kurang apapun oke. Aku akan berusaha untuk selalu pulang ya." Shinta meraih salah satu tangan Riku yang menganggur dan menggenggamnya.

"Kau tidak perlu merasa seperti itu, kau fokus saja dengan pekerjaanmu ya. Aku akan baik-baik saja di rumah karena ada orang tuamu dan kakak kembarmu." Riku membalas genggaman Shinta dan mereka pun kembali membelah jalanan.

Setelah mengambil keperluan, Riku pertama mengantarkan Shinta ke rumah Nanase sebelum pergi ke lab kerajaan. Di tengah jalan mereka bertemu dengan Tenn yang akan pulang setelah melakukan projek kelompok.

"Kau baru pulang, Tenn?" tanya Shinta saat Tenn baru masuk ke mobil.

"Ya, projek kami baru saja selesai dan kalian mau kemana?" jawab Tenn menyandarkan diri.

"Pulang." jawab Riku singkat.

"Bukannya rumah kalian di arah berlawanan?" heran Tenn.

"Aku ada pekerjaan jadi aku akan membawa Shi-chan ke tempat yang aman dan kurasa projek kelompok akan tertunda selama beberapa minggu. Aku tidak yakin akan menyelesaikan pekerjaan yang satu ini dengan cepat."

"Sokka, apa perlu aku beritahu teman-teman yang lain?" Riku mengangguk dan Tenn mengatakan apa yang Riku ucapkan ke grup.

Tak berselang lama mereka sampai di kediaman Nanase, mereka di sambut oleh Rey dan Carel yang baru saja pulang.

"Dou Carel? Kau menemukannya?" bisik Riku saat memberikan beberapa barangnya kepada Carel.

"Saya sudah menemukannya dan alamat serta informasi ada di flashdisk yang ada di meja kerja anda Tuan." jawab Carel yang juga ikut berbisik.

"Flashdisk yang mana? Kau tahu bukan flashdisk milikku itu seberapa banyak." kata Riku dengan wajah masam.

"Flashdisk merah maroon dengan gantungan bertuliskan 'Secret File' juga ada lonceng kecil. Ada di atas meja sebelah foto anda dengan beliau." Riku mengangguk paham setelah tahu mana flashdisk yang Carel maksudkan.

"Bukannya aku ingin merusak pembicaraan kalian, tetapi tas ini tidak akan berjalan sendiri." sindir Shinta melemparkan satu tas besar kepada Riku dan membawa tas kecil di tangannya.

"Gomen yo Shi-chan, kau mau kubelikan apa saat pulang nanti?" kata Riku menerima tas besar itu dengan mudah dan berlari menyusul Shinta.

"Tidak perlu, aku hanya ingin kau pulang dengan selamat. Itu saja permintaan ku saat ini." jawab Shinta menoleh ke arah Riku dengan senyuman yang hanya di perlihatkan kepada kakaknya dan suaminya.

"Baiklah, aku akan berusaha." Shinta dan Riku pun masuk ke dalam kamar Riku bersama dengan Carel di belakangnya.

Keadaan kamar Riku masih bersih dan rapi. Shinta sedikit kagum dengan dekorasi kamar Riku yang sederhana namun masih mencerminkan dirinya.

"Kau pintar memilih dekorasi ne Ri-chan." komentar Shinta menaruh tas miliknya di meja rias.

"Aku terlalu fokus dengan sekolah dan juga pekerjaanku. Semua ini Okaa-sama dan Otou-sama yang belikan." jawab Riku dan dia melihat flashdisk yang Carel maksudkan.

"Ri-chan, aku tahu jika kau akan sibuk. Tapi kumohon kau tetap menjaga diri dan kesehatan mu." kata Shinta tiba-tiba saat Riku tengah memandangi flashdisk di tangannya.

Riku menoleh ke arah Shinta yang berdiri di ambang balkon dan berjalan mendekatinya sembari memasukkan flashdisk itu di kantung celananya.

"Tenanglah Shi-chan, aku akan baik-baik saja selama ada seseorang di sebelahku. Lalu kau juga harus menjaga diri dan kesehatan mu, aku tidak ingin permata hidupku sakit." Shinta membalikkan badannya menghadap Riku dan mereka berpelukan hangat.

Pelukan itu berlangsung sedikit lama dan setelah dirasa cukup, mereka melepaskan pelukan dan Riku mencium kening Shinta sebelum pergi.

"Aku berangkat ya, ittekimasu." ucap Riku membelai pipi Shinta.

"Itterasai, jangan lupa pesanku." Riku tersenyum dan dia pun mengambil beberapa keperluannya yang kemudian ia letakkan di sebuah tas punggung hitam.

"Riku, kau mau pergi lagi?" tanya Tenn saat melihat Riku mengikat tali sepatunya.

"Sou Tenn-nii, tolong jaga istriku ya. Mungkin aku akan pulang larut atau tidak pulang selama beberapa hari." kata Riku dan disanggupi oleh Tenn.

Beberapa minggu berlalu, selama itu juga Riku selalu berangkat pagi-pagi buta dan pulang larut. Bahkan pernah sampai 3 hari tidak pulang karena ia harus menguji penawar obat boneka.

"Dan...selesai. Baiklah, percobaan ke...480 mungkin. Mari kita lakukan pengujian lagi." kata Riku yang saat ini masih bersemangat walau kantung matanya benar-benar tebal.

"Profesor Riku, sebaiknya kami saja yang mengujinya. Kau sudah sibuk berminggu-minggu bahkan sampai tidak tidur beberapa hari, sebaiknya anda istirahat." kata salah satu ilmuwan yang menjadi rekan Riku selama percobaan.

"Tidak! Untuk kali ini, aku akan melihatnya sendiri. Ayo kita ke ruang percobaan." Riku dengan diikuti oleh beberapa ilmuwan pergi berjalan ke ruang percobaan di mana kelinci percobaan berada.

"Hah...semoga tidak seperti rekan-rekannya yang lain." gumam Riku dan dia pun memberikan ramuan yang baru saja ia kerjakan itu dan menunggu reaksi kelinci percobaan di depannya kini.

Dengan rasa penasaran, Riku menunggu reaksinya. Hingga 10 menit berlalu kemudian...

"Ughh di mana aku?" hening sejenak hingga terdengar suara teriakan bahagia dari para ilmuwan.

"Yatta!" sorakan terdengar di seluruh laboratorium termasuk Riku yang kini menangis bahagia karena setelah banyak percobaan dengan banyak korban jiwa, akhirnya mereka menemukan obatnya.

"Selamat Profesor, kau berhasil menemukannya." kata salah satu ilmuwan menepuk pundak Riku untuk apresiasi.

"Ini berkat kalian juga yang sudah banyak membantu, arigatou gozaimasu minna-san." kata Riku menghapus sisa air matanya.

"Kau bisa pulang sekarang Riku-kun, tugasmu selesai dan misimu berhasil 100%." Leo yang baru datang bersama Subaru saat Riku akan masuk ke ruang percobaan.

"Jendral Besar Leo, Jendral Subaru. Arigatou gozaimasu, untuk laporan mungkin akan menyusul beberapa hari." kata Riku saat melihat kedua atasannya.

"Tak apa, luangkan waktumu untuk istirahat dan juga untuk istrimu yang selalu khawatir. Untuk produksi secara besar-besaran akan diserahkan pada yang lainnya jadi kau bisa tenang." Riku tersenyum lebar saat mendengar hal itu dari Leo.

"Arigatou gozaimasu Leo-san, Subaru-san, saya permisi untuk pulang." Riku pun mengambil tas dan jasnya kemudian naik ke atas untuk mengambil mobilnya.

Saat sampai di rumah, ternyata yang lainnya baru selesai makan malam.

"Tadaima."

"Okaeri Riku/-chan/Ri-chan." Shinta seketika langsung menghampiri Riku dan memeluknya.

"Bagaimana penelitiannya?" bisik Shinta karena hanya dia yang tahu apa yang Riku perbuat berminggu-minggu ini.

"Berhasil, obat itu akan diproduksi secara besar-besaran dalam waktu dekat." Shinta langsung membawakan tas Riku ke dalam kamar kemudian menyuruhnya untuk beristirahat.

"Riku sepertinya makin sibuk akhir-akhir ini." Kata Tenn saat melihat Riku menaiki tangga bersama Shinta.

"Ya, Tou-san jarang melihatnya di kantor akhir-akhir ini." Tenn mengira kantor yang di maksud Takeshi adalah kantor yang di ReMa, padahal kantor yang maksud adalah kantor yang ada di markas tentara.

"Tenang saja, dia hanya perlu istirahat. Aku yakin dalam waktu singkat, ia bisa kembali lagi." jawab Rika yang baru datang dari dapur.

"Okaa-sama bisa kemari!" teriak Riku dari dalam kamarnya. Sebenarnya Riku bisa saja menyuruh Carel ataupun Shinta memanggilkannya tetapi Carel masih membersihkan lab Riku yang seperti di hantam badai besar.

"Kebiasaan." gumam Rika lalu ia pergi ke kamar Riku.

"Riku-chan, kau kan bisa menyuruh Carel ataupun Shinta memanggilku tidak perlu berteriak." kata Rika saat di ambang kamar Riku.

Riku yang sedang main game di atas kasur sambil rebahan pun menoleh dan duduk. Shinta sendiri sedang membantu Carel membersihkan laboratorium.

"Aku ingin bertanya, tapi sebelum itu tolong tutup pintunya dulu." Rika pun masuk dan menutup pintunya. Riku langsung menyegel pintu dan tiba-tiba mereka berdua sudah berada di tempat yang berbeda.

"Ini di mana Riku-chan? Kenapa suasananya lain?" tanya Rika yang terkejut sekaligus terpesona.

"Ini dimensi ciptaanku, namanya Dunia Pelangi Suci. Disinilah aku mengurung diriku, bersama dengan ribuan burung phoenix dan binatang sihir lainnya." jelas Riku lalu ia berdiri dan membuka pintu ruangan itu.

Riku menarik Rika untuk pergi dari ruangan itu dan tiba di sebuah tempat yang sangat indah.

Bunga warna-warni dan berbagai jenis itu tumbuh dengan baik. Danau besar dengan air yang jernih dan berkilau. Sungai yang terdapat banyak jenis ikan di sana. Pegunungan yang menjulang tinggi, dan pemanis semua itu adalah pelangi yang bersinar sangat terang.

Di sana juga terdapat berbagai hewan sihir dan juga tanaman sihir yang mungkin sudah langka bahkan sudah punah, semuanya ada di tempat itu.

Sungguh pemandangan yang memanjakan mata. Riku melihat Rika yang terpesona dengan pemandangan yang ada di hadapannya pun tersenyum dan Riku duduk di bangku rerumputan.

"Okaa-sama pasti mengenali pelangi itu kan?" tanya Riku menunjuk pelangi yang ada di sana.

"Pelangi suci milik keluarga penyihir suci, dari mana kau mendapatkannya?" kata Rika lalu ia duduk di samping Riku.

"Saat aku mengurung diriku di sini, aku juga melatih sihirku dan saat aku bermain air di danau itu. Kekuatan besarku tiba-tiba keluar dan membentuk pelangi itu, hingga sekarang pelangi itu masih ada di sini." jelas Riku memandangi pelangi itu.

"Naruhodo. Kau tahu tidak? Jika saat Kaa-san mengandung kau dan Tenn-chan ada saat di mana Kaa-san hampir menyerah untuk hidup." Riku menatap Rika bingung dan Rika mengingat kejadian saat usia kandungannya 8 bulan.

"Saat itu ada komplikasi karena kekuatan besar yang ada di kandunganku yang seharusnya dimiliki masing-masing dari kalian, tiba-tiba berpindah ke janinmu dan jika aku tidak mengambil operasi, nyawaku taruhannya."

"Jujur saat itu akan menyerah dengan hidupku, tapi Takeshi-kun selalu memberiku semangat tiada henti dan itu membuatku bisa bertahan." Rika menjeda dan menatap pelangi yang ada di sana.

"Saat kelahiran Tenn-chan, hujan yang saat itu turun sedikit mereda dan saat kau lahir, pelangi suci muncul secerah ini."

"Bagi orang awam, pelangi itu hanyalah pelangi biasa. Tetapi tidak bagi kami, itu adalah pelangi suci yang hanya dimiliki oleh orang-orang reinkarnasi Reika-sama." Rika menatap lagi pelangi itu kemudian melanjutkan ceritanya.

"Pelangi suci sebelumnya saja tidak pernah secerah ini kecuali saat kelahiran Reika-sama dan dirimu." jelas Rika.

"Lalu bagaimana dengan kekuatan iblisku?" tanya Riku.

"Tetap ada, walau tidak sekuat Tenn-chan." jawab Rika mengelus kepala Riku.

"Jadi, aku unggul di kekuatan penyihir suci sedangkan Tenn-nii di kekuatan iblisnya. Begitukan?" Rika mengangguk.

"Tapi, Tenn-chan tidak akan bisa mencabut pedang iblis dan pedang kehancuran." timpal Rika menghentikan aksi tangannya.

"Kenapa bisa?"

"Kedua pedang itu memiliki roh yang akan memilih pemiliknya dan roh itu memilihmu. Walau kau tidak bisa menjadi raja iblis selanjutnya, tapi kau masih menjadi pangeran iblis." jelas Rika.

"Naruhodo. Jadi benar, jika Tenn-nii tidak bisa menggunakan pedang sihir. Ne Okaa-sama, iblis itu sudah hampir keluar dan dalam waktu dekat pasti dia akan mengacaukan dunia. Apa aku bisa mengembalikannya ke alam neraka?" Rika menatap Riku dan memeluknya hangat dalam waktu yang cukup lama.

"Kau pasti bisa karena hanya kau yang bisa. Lalu Kaa-san sudah mencari cara mengembalikan iblis itu ke neraka tanpa mengorbankan siapapun." Riku menatap Rika penuh harap dan Rika pun menjelaskannya.

"Kombinasikan kekuatan iblis dan penyihir suci, lalu gunakan pedang iblis, pedang kehancuran dan pelangi suci dalam waktu yang bersamaan saat pintu dimensi ke alam neraka terbuka." jelas Rika.

"Serumit itu kah?"

"Tapi kau akan dibantu Tenn-chan untuk membuka pintu dimensi itu karena tidak mungkin kau membukanya sendirian karena untuk membukanya butuh Mana yang besar juga hanya bisa dibuka oleh iblis dari neraka dan dari dunia bawah saja."

"Kami sebagai orang tua akan membantu kalian semampu kami dan Kaa-san yakin jika Reika-sama akan membantumu." Riku pun mengangguk dan mereka kembali ke kamar Riku yang kini sudah rapi dan bersih.

"Tadaima Carel, Shi-chan." kata Riku saat kembali.

"Okaerinasai Riku-sama, Rika-sama, apa ada yang bisa saya bantu?" kata Carel sopan.

"Kenapa kau mengatakan itu Riku-chan? Kita kan tidak berpindah tempat." Riku menggeleng.

"Kita sudah pergi jauh dan perbedaan waktu dunia ini dengan dimensi tadi itu jauh. 10 menit di sini sama dengan 1 menit di sana, dan kita sudah pergi 3 menit." jelas Riku, Rika pun paham dan pergi untuk membersihkan ruang makan.

"Carel, persiapkan pedang-pedangku. Kita akan berperang dalam waktu dekat, iblis itu sudah lepas dan mulai berulah." Riku pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Carel menunduk hormat dan mulai membuka lemari rahasia dibelakang lemari baju Riku dimana Riku menyimpan semua pedang sihirnya.

"Ri-chan, apakah aku bisa membantumu dalam mengalahkan iblis itu?" Riku yang awalnya ingin masuk ke kamar mandi pun langsung berbalik untuk menghadap ke istrinya.

"Kau bisa membantuku dengan cara berdoa ke Kami-sama dan Reika-sama, lalu...membantu menyalurkan Mana jika aku kekurangan Mana. Tapi jangan sampai Mana mu sendiri habis, oke?" Shinta merasakan perasaan hangat dari belaikan tangan Riku di pipinya langsung mengangguk.

Riku tersenyum dan dia pun mandi kemudian istirahat. Shinta sendiri membersihkan tempat tidur Riku kemudian menunggunya.

𝙽𝚎𝚡𝚝...

08/10/2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top