22. Kemenangan
Chapter 21...
"Kenapa kalian lama?" tanya Riku tanpa melihat orang yang ada di belakangnya.
"Salahkan saja kakakku, dia lambat sekali membawa motor." setelah orang tadi mengatakan demikian, datang lagi seseorang dari arah yang sama.
"Adik durhaka, rela sekali meninggalkan kakakmu dengan segerombolan musuh yang punya senjata dan racun mematikan sendirian." ucap orang yang baru saja tiba.
"Kau juga bawa motor seperti siput, aku tinggal saja. Calon suamiku dalam bahaya daripada kau." sarkas orang satunya yang merupakan adiknya.
"Mou ii, kalian ini kenapa selalu bertengkar di manapun jika bersama Shinta-san, Jaka-san." kakak-beradik tersebut seketika terdiam dan memalingkan muka mereka ke sembarang arah asal tidak saling bertatapan.
Back...
Harukawa menatap tidak percaya ketiga sosok di depannya saat ini. 'Bagaimana mungkin....' pikirnya.
"Tidak mungkin mereka, Dua Zamrud dari Negeri Selatan, Jaka Amano dan Shinta Amalia. Bagaimana kau mengenal dua sosok legendaris dari Negeri Selatan?" kata Harukawa tidak percaya dengan dua kakak-beradik yang nampak akrab dengan Riku.
Ya, Shinta dan Jaka merupakan duo terkenal yang berjasa untuk negeri mereka setelah perang besar saat itu. Mereka dijuluki Dua Zamrud dari Negeri Selatan dan hal itu langsung menyebar ke seluruh dunia.
Riku juga sama terkenalnya namun tidak ada yang menyangka jika ketiga sosok terkenal yang memiliki darah dingin seperti mereka bisa saling mengenal bahkan bisa bercanda tawa satu sama lain.
"Apa perlu aku menjawab kepada orang yang akan pergi ke alam neraka?" tanya Riku balik dengan nada dingin nan datar kebanggaannya.
"Kau ini tidak baik berkata seperti itu. Kau sepertinya berubah selama aku berkelana tidak menentu." ucap Shinta menyikut perut Riku yang ada di sebelahnya.
"Eh? Ta, kau tidak tahu julukan lain calon suami mu ya?" kata Jaka merangkul Riku yang masih menatap datar dan dingin Hirukawa di depannya.
"Memang apa? Bukannya hanya 'Shadow Knights' dan 'Crimson Eyes, Erin' ya? Kalaupun ada lagi, apa julukannya?" kata Shinta dengan wajah polosnya.
"Ketahuan kalau dia terlalu lama di hutan belantara sampai tidak tahu kabar terbaru. Julukannya bertambah lagi yaitu 'Ice Red Assassins', julukannya muncul 5 tahun yang lalu." jawab Jaka melihat ke arah calon adik iparnya.
Riku awalnya hanya di kenal sebagai 'Crimson Eyes, Erin'. Namun seiring berjalannya waktu serta jasa-jasa yang ia lakukan, julukan 'Shadow Knights' dan 'Ice Red Assassins' muncul dengan sendirinya.
'Ice Red Assassins' muncul tepat setelah Riku pulang ke Holymizu 5 tahun yang lalu.
"Baru tahu kalau julukannya bertambah, lalu mau kita apakan orang ini? Em siapa namanya?" kata Shinta berjongkok di depan Harukawa.
"Jawab pertanyaan ku dulu nona, kenapa kalian bisa mengenali iblis tidak memiliki hati seperti dia." Harukawa nampak akan menyentuh Shinta dan seketika dahi Riku langsung muncul perempatan kesal kemudian dia mengikat Harukawa dengan sebuah tali sihir yang cukup kuat.
"Kau sebaiknya kau tidak menyentuhnya atau kau langsung mati di sini dan saat ini ditanganku sendiri." ucap Riku dengan aura kekesalan yang sangat besar.
Jaka yang awalnya merangkul Riku saja langsung mundur. Ia tidak berani menghadapi Riku yang sedang marah karena kekuatan Riku bisa meningkat 3 kali lipat.
'Ingatkan aku untuk tidak membuat kucing ini marah atau kesal. Bisa-bisa nyawaku melayang, padahal aku belum menemukan jodoh.' pikir Jaka saat dia menjauh dari Riku beberapa langkah.
"Akan ku jawab tapi sebelumnya Riku." Riku menoleh ke arah Shinta masih dengan aura kekesalan.
"Hilangkan auramu itu. Jika dia bermain-main denganku, tinggalku patahkan saja lehernya bukan? Kau tidak perlu khawatir denganku." Riku langsung menghilangkan aura kekesalannya dan berganti ke aura berbunga-bunga walau wajahnya masih datar.
'Aku heran bagaimana adikku bisa menaklukkan kucing ini dengan mudahnya. Semoga pasanganku nanti tidak memiliki sifat seperti itu.' batin Jaka sweatdrop melihat aksi dua pasangan tersebut.
"Baiklah, aku akan menjawabnya wahai....Haru....kawa....? Benar bukan itu namanya?" kata Shinta sedikit memiringkan kepalanya saat mengeja nama Harukawa.
"Sou namanya Minami Harukawa. Buronan kelas tinggi di Negeri Timur terutama di Kerajaan Holymizu. Bukannya dia seharusnya sudah mati 5 tahun yang lalu ya?" jawab Jaka menarik pedangnya.
"Dia di selamatkan seseorang saat itu katanya dan sepertinya pasukan bantuan dia tiba." Riku mengatakan sesaat setelah banyak pasukan musuh datang mengepung mereka.
"Tapi pasukan bantuan kita juga sudah sampai." dari kejauhan, beberapa pasukan dengan seragam tentara kerajaan tiba dan bergabung dengan Riku juga kakak-beradik itu.
"Apa kami terlambat?" tanya Takeshi begitu ia berdiri di sebelah Riku yang masih setia berada di tunggangan Tora dan tangannya memegang pedang Aresa.
"Tepat waktu." jawab Riku tersenyum miring. Sisi Harukawa sendiri, dia ternyata di tolong oleh seseorang dengan jubah hijau gelap.
"Daijoubu ka Haru?" tanya orang yang menolong Harukawa. Jika di dengar dari suaranya, orang itu merupakan pria dewasa sekitar usia 40 tahunan.
'Sepertinya aku pernah mendengar suara ini.' batin Riku dan Takeshi bersamaan bahkan mereka sampai memandang satu sama lain.
"Kau berpikiran sama?" tanya Takeshi kepada Riku dan yang ditanya hanya mengangguk.
"Apakah benar jika..." gumam Takeshi menatap interaksi Harukawa dengan pria yang menolongnya.
"Kita hanya perlu bukti nyata Otou-sama, jika benar maka semua bukti samar yang Akai Ryuu akan menjadi bukti kuat." balas Riku yang hanya bisa Takeshi yang mendengarnya.
"Ji-san? Kau bukannya—" perkataan Harukawa langsung di potong oleh pria itu.
"Aku tidak bisa membiarkanmu terluka lebih lagi sebelum 'dia' keluar." ucap pria itu tersenyum. Harukawa mengangguk patuh dan berdiri di belakang pria itu.
"Salam untuk tentara Kerajaan Holymizu, saya sangat senang bisa bertemu pasukan elit dan beberapa pasukan khusus rahasia di sini." ucap pria itu menunduk hormat.
"Bagaimana kau tahu jika di sini ada beberapa pasukan khusus rahasia dan....bagaimana kau tahu jika tentara sihir memiliki pasukan tersebut? Kimi wa dare da?" ucap Takeshi meningkatkan kewaspadaan terhadap pria tersebut.
"Kau seharusnya sudah menyadarinya bukan Jendral Takeshi, Mayor Erin? Atau haruskah ku panggil Nanase Takeshi dan Nanase Riku?" tentu semua pihak Riku terkejut termasuk dia sendiri.
Ada yang terkejut karena mendengar nama lengkap kedua sosok itu terutama bagian marga. Sisanya terkejut bagaimana orang itu bisa mengetahui nama asli Takeshi dan Riku karena mereka sengaja menyembunyikan marga mereka.
"Nanase? Bukankah mereka terkenal dengan keturunan iblis ya?"
"Bukannya keluarga itu sudah punah ya?"
"Jadi selama ini dua orang itu adalah iblis?"
Banyak lagi bisikan-bisikan yang tertuju pada keduanya. Sedangkan yang menjadi objek, hanya diam menatap curiga pria yang telah membeberkan identitas mereka.
"Kalian berhenti berbicara yang tidak-tidak soal Jendral Takeshi dan Mayor Erin. Kalian tidak tahu apapun soal keluarga mereka jadi kalian lebih baik diam." ucap Shira membela Riku dan Takeshi yang masih tertuduh.
"Kalian benar-benar menghilangkan martabat kalian sebagai tentara sihir kerajaan pasukan elit. Kalian tahu bukan jika kita tidak memandang status ataupun keturunan, tapi sekarang kalian menyinggung keduanya yang berasal dari keluarga Nanase." sambung Grycellia dengan nada tenang namun tetap tegas.
"Kalian pasti sudah lama di hipnotis oleh mereka jadi kalian selalu mendukung mereka." ucap salah satu tentara.
"Hey! Walaupun mereka berasal dari keluarga Nanase, mereka banyak berjasa bagi kita! Terutama Kapten yang sudah rela mempertaruhkan nyawanya di garis depan!" teriak Fisry tidak terima.
"Tetap saja mereka itu iblis! Dan iblis harus di musnahkan!" kegaduhan terdengar dari pihak Riku dan diam-diam pria yang memprovokasi tadi tersenyum licik.
Sayang, Riku dan Shinta melihat senyuman itu. Keduanya saling berpandangan dan menganggukkan kepala tanda mereka paham isi pikiran satu sama lain.
"Kalian kenapa?" tanya Jaka pelan karena dia tidak ingin terlibat dalam pertikaian di pasukan Riku.
"Dalangnya muncul sendiri ternyata bukan Riku?" ucap Shinta memunculkan tongkat lipatnya dan seketika tongkat yang awalnya kecil itu memanjang.
"Mempermudah urusan saja." balas Riku mengeluarkan pedang iblisnya. Takeshi dan Jaka hanya saling menatap sebelum mereka melihat aksi dua pasangan tersebut, mengabaikan pertikaian yang terjadi.
"Kalian hanya maju berdua saja tidak akan bisa mengalahkan kami. Pasukan!" belum juga pasukan pria itu bergerak, mereka semua tiba-tiba tumbang dan pelakunya tidak lain adalah Shinta menggunakan sihir 'Aura Putih'-nya.
"Kau sudah membongkar identitas kami, sekarang giliran mu." Riku dan Shinta merobek jubah dan topeng yang pria itu gunakan sehingga bisa terlihat siapa sosok tersebut.
Atensi pasukan Riku langsung tertuju pada pria misterius dan betapa terkejutnya mereka begitu tahu siapa pria tersebut.
"Tidak mungkin itu dia bukan?"
"Bukannya dia tadi ada di barisan ya?"
"Tega sekali dia."
Akai Ryuu tersenyum saat melihat sosok asli pria itu dan salah satu dari mereka mengambil gambar bukti secara diam-diam.
"Sudah kuduga jika kau akan mencari identitas ku secara diam-diam Mayor. Tapi perlu kau tahu jika waktumu tidak lama lagi setelah peperangan ini berakhir." ucap pria itu tersenyum licik.
"Oh ya? Bukannya waktumu yang tidak lama lagi? Sakura Haruki-san." pria itu adalah Sakura Haruki, komandan pasukan elit sekaligus teman masa kecil Takeshi.
"Tidak mungkin kau seperti ini Haruki-kun, apa yang membuatmu berubah?" tanya Takeshi yang masih tidak percaya jika itu adalah teman masa kecilnya.
"Setelah mengetahui bahwa kau ternyata keturunan iblis, aku memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut dan sepertinya....." Haruki menoleh kepada Riku yang masih diam di tengah-tengah Jaka dan Shinta.
"Anakmu sudah mengetahui segala perbuatan yang kami lakukan." Riku mengeluarkan sesuatu dari dalam jubahnya dan melemparkan benda itu kepada Haruki.
"Kau sudah terbutakan oleh cinta Haruki. Okaa-sama lebih memilih Otou-sama karena mereka saling mencintai sedangkan kau hanya terobsesi dengan ibuku." ucap Riku saat Haruki membuka isi dari benda yang Riku berikan.
"Bagaimana kau tahu jika aku cinta mati dengan Rika?" tanya Haruki menyimpan benda itu di sakunya.
"Kau tidak perlu tahu soal itu." hening melanda untuk beberapa saat.
*trang
Peperangan kembali terjadi dan lebih sengit daripada sebelumnya. Akai Ryuu dan Takeshi menghadapi Harukawa sedangkan Riku dan Duo Zamrud itu menghadapi Haruki.
Perang tersebut terjadi selama 3 hari 3 malam tanpa henti. Banyak korban jiwa dari kedua belah pihak, namun pihak Riku lebih diuntungkan.
Mereka sama-sama kelelahan dan tinggal tersisa Shinta, Riku, dan Haruki saja yang masih kuat berdiri. Sedangkan Harukawa, dia benar-benar tewas di tangan Shira.
"Mengaku kalah saja Haruki, pihakmu sudah kalah dan Harukawa juga sudah tewas." kata Riku mengacungkan pedangnya tepat di hadapan Haruki.
"Aku tidak akan menyerah begitu saja!" Haruki seperti akan melakukan sesuatu namun sudah dibuat pingsan oleh Tora yang diam-diam memberikan mantra penenang.
"Hanya untuk memberikan mantra penenang kenapa harus menunggu 3 hari 3 malam?" keluh Tora setelah menggunakan mantra penenang.
"Gomen na Tora soshite....arigatou gozaimasu, kurasa kau akan pergi ya?" kata Riku tersenyum tipis begitu melihat tubuh Tora perlahan menghilang.
"Seharusnya aku yang berterima kasih kepadamu Riku-kun. Lalu jangan sampai aku bertemu denganmu di alam lain dalam waktu singkat ya? Akan aku jaga Deryn-shounen itu untuk kalian. Sayonara." Tora benar-benar menghilang bersamaan dengan munculnya sinar matahari yang menerangi.
"Apakah kita menang?" tanya salah satu prajurit kemudian Riku menyalakan sinyal kembang api yang berarti kemenangan telah di raih dan misi berhasil.
Semua orang yang melihat sinyal kembang api itu bersorak kegirangan. Leo dan Subaru yang masih mengurus beberapa hal di tenda medis tersenyum begitu melihat sinyal kembang api.
"Misi besar kita berhasil Jendral Besar." ucap Subaru menoleh ke arah Leo yang masih menatap langit di mana sinyal kembang api itu muncul.
"Sudah saatnya aku pensiun Subaru-kun, mau kah kau menggantikan posisiku?" kata Leo menatap pin tentara miliknya dan juga melepaskan topinya.
"Kurasa ada yang lebih layak daripada aku Nii-san." Leo tertawa kecil saat mendengar panggilan Subaru kepadanya.
"Kau bukan adik kecilku yang selalu mengekor kemana pun lagi Subaru-kun. Kau sudah menjadi seorang pria dewasa yang bahkan sudah memiliki cucu." Subaru dan Leo tertawa bersama.
"Riku, kau akan menepati janjimu bukan?" tanya Shinta saat mereka dalam perjalanan pulang ke kerajaan.
"Apakah aku pernah ingkar janji?" sontak Shinta menggelengkan kepalanya dan mengalungkan tangannya di leher Riku.
"Lalu kapan kita bisa melangsungkan pernikahan kita?" kata Shinta yang jarak wajahnya dengan Riku tinggal beberapa centimeter.
"Itu kejutan." Shinta awalnya cemberut namun tak berselang lama dia kembali tersenyum secerah matahari yang sedang bersinar.
"Aku percaya padamu." Riku memeluk Shinta erat dan Takeshi yang ada di dekat mereka hanya bisa berpura-pura tidak melihat adegan itu.
'Anak ku sudah dewasa, aku merasa kalah karena baru seperti itu saat usia ku 25 tahun sedangkan anak ku baru 18 tahun sudah menemukan pasangan hidup. Aku merasa kalah romantis daripada anak ku sendiri.' keluh Takeshi saat mengenang masa mudanya ketika ia dan Rika saling jatuh cinta.
Jaka sendiri meratapi nasibnya yang selalu gagal dalam urusan percintaan. 'Kenapa aku selalu gagal dalam percintaan? Padahal aku yang lebih tahu dan kenapa Shinta yang tidak tahu-menahu soal percintaan dapat jodohnya duluan?' pikirnya meratapi nasibnya.
Pasukan tentara yang pergi ke medan perang kembali dengan bangga karena telah membawa kemenangan bagi kerajaan dan juga sudah membunuh sekaligus membawa dalang dari semua peristiwa janggal yang terjadi di Holymizu selama beberapa tahun.
Riku dan Takeshi langsung pulang ke rumah setelah memenjarakan Haruki di penjara tingkat tinggi dan men-kremasi jasad Harukawa. Saat tiba, mereka langsung di sambut pelukan oleh dua orang yang setia menunggu mereka pulang.
"Okaeri futari tomo." ucap Rika dan Tenn bersamaan saat mereka memeluk Takeshi dan Riku.
Awalnya yang di peluk masih kebingungan, namun mereka langsung saja membalas pelukan mereka, "Tadaima." ucap mereka berdua bersamaan.
Suasana hangat menyelimuti keluarga kecil Nanase dan mereka memutuskan untuk pesta kecil-kecilan untuk merayakan kemenangan juga kepulangan mereka dengan selamat.
𝙽𝚎𝚡𝚝...
26/09/2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top