20. Perang Besar Sihir

Chapter 19....

Riku pun berlari ke pintu putih di belakangnya dan Reika-sama yang masih berada di tempatnya hanya tersenyum sembari melambaikan tangannya.

"Aku tidak akan mengulang kejadian yang sama, ini janjiku kepadamu xxxx."

Kembali ke kenyataan, tak lama Takeshi masuk dan membangunkan kedua putranya. Dia sekarang memakai baju olahraga dan Rika di belakangnya juga memakai baju olahraga.

"Ohayou Otou-sama, jam berapa ini?" tanya Riku begitu bangun, tentu dengan nada khas bangun tidur.

"Setengah 4 pagi, ayo kita mulai hari ini." Riku menatap heran Takeshi yang nampaknya bersemangat, Tenn sendiri masih setengah sadar.

"Memang kita mau ke mana?" tanya Tenn yang belum sepenuhnya bangun.

"Bukan ke mana, lebih tepatnya kita akan berbuat apa dan biar ku tebak, kita akan olahraga pagi." kata Riku membenarkan pertanyaan Tenn dan dia bangkit dari kasurnya untuk ke kamar mandi.

"Seratus poin untuk Riku! Kau juga sudah lama tidak meregangkan badan bukan? Jadi, ini adalah waktu yang tepat." Riku tersenyum singkat sebelum dia masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka dan berganti baju.

Tenn masih kebingungan dengan apa yang akan mereka lakukan nantinya dan dia mengikuti Riku untuk mencuci muka juga berganti pakaian.

Back...

Keluarga Nanase pergi ke taman kota untuk melakukan olahraga pagi, sebenarnya hal ini sudah menjadi kebiasan mereka namun setelah Tenn pergi, mereka jarang melakukannya karena sibuk dengan perkerjaan masing-masing.

"Sudah lama aku tidak menghirup udara pagi." kata Riku setelah mereka lari pagi 3 putaran taman.

Terlihat saat mereka sampai di satu lapangan luas, Riku dan Takeshi terlihat tidak kelelahan sama sekali, sedangkan Tenn terlihat sangat kelelahan bahkan sampai seperti tidak berdaya.

"Hah....hah....hah....kau....kenapa bisa kuat....berlari Riku?" tanya Tenn yang berusaha mengatur nafasnya.

Bayangkan saja, taman itu kelilingnya sekitar 1,5 km dan mereka berlari selama 3 kali putaran tanpa henti, total jarak yang ditempuh adalah 4,5 km.

"Hm? Oh aku pernah berlari 10 km tanpa istirahat dan sihir jadi sudah biasa. Lagipula saat tes fisik masuk ke tentara sihir, kau akan disuruh berlari 5 km lho." Tenn yang lemas itu tiba-tiba saja jatuh terbaring mendengar pernyataan Riku.

"Yabai, sesulit itu kah?" Riku hanya tertawa singkat mendengar keluhan kakak kembarnya.

'Itu untuk tentara biasa, untuk tentara elit dan khusus bisa 10 km lebih Tenn-nii.' batin Riku mengingat pelatihannya dulu yang terhitung berat.

"Bukan hanya lari, tapi masih ada yang lainnya. Push up, sit up, back up, pull up, dan lainnya jadi kau harus punya stamina besar." sambung Takeshi yang sedang melakukan peregangan.

"Kau mau apa Takeshi?" tanya Rika penasaran dengan apa yang akan dilakukan suaminya.

"Riku, mau sparing denganku?" Riku yang baru meminum air putih pun langsung membuang botol air itu dan pergi ke arah Takeshi.

"No magic and weapon." Riku melakukan sedikit peregangan setelah memberikan gelangnya kepada Rika.

"Gelang apa itu Okaa-sama?" tanya Tenn melihat gelang yang kini ada di tangan Rika.

Gelang putih dengan beberapa permata merah juga ada lonceng kecil yang terdengar sedikit nyaring jika sengaja di bunyikan.

"Entahlah, adikmu yang menciptakannya sendiri. Bagus bukan?" Tenn mengangguk, dia mengakui jika gelang Riku adalah gelang tercantik yang pernah dia lihat.

"Mau melihat pertarungan mereka dari dekat?" tawar Rika menyimpan gelang itu dan duduk dipinggir yang sedikit jauh dari area.

Tenn mengikuti ibunya dan duduk tepat di sebelahnya. 'Ini pertama kali setelah sekian lama aku melihat pertarungan persaudaraan terutama jika itu berhubungan dengan Riku. Apa dia akan baik-baik saja?' pikir Tenn menatap Riku yang nampak santai melakukan pemanasan.

"Berapa menit?" tanya Riku saat selesai melakukan peregangan. Takeshi menyerahkan ponselnya kepada Tenn dan mendekati Riku di area.

"15 menit sudah cukup." Tenn terlihat cemas namun tepukan pelan dari Rika menenangkannya.

"Adikmu sudah lebih kuat daripada dulu Tenn-chan. Baik secara fisik, maupun mentalnya." kata Rika dan dia berbisik di kalimat terakhir.

Riku dan Takeshi saling terdiam untuk beberapa saat sebelum mereka melesat saling menyerang satu sama lain.

Pertama Riku mencoba memukul Takeshi namun dengan mudahnya Takeshi memblokir pukulan Riku dan membalas pukulannya namun Riku langsung berpindah cepat ke belakang Takeshi.

Tenn dan Rika yang melihat keduanya berlatih pun kagum karena mereka mengimbangi satu sama lain, terutama Tenn yang kagum jika Riku tidak hanya hebat soal sihir tetapi juga fisiknya.

'Sugoi, Riku bahkan bisa mengimbangi Otou-sama. Padahal dulu dia sering kalah jika berlatih tanding fisik denganku.' pikir Tenn yang kagum.

Riku sedikit menjauh dari Takeshi sebelum dia kembali melesat untuk menyerang titik buta Takeshi. Namun merasakan aura membunuh Riku, Takeshi dengan cekatan menghindar dan menjauh.

"Hilangkan aura membunuhmu Riku, hal itu bisa menjadi pisau bermata dua untukmu." kata Takeshi memperingatkan dan pertarungan pun berlanjut.

'Fisik dan sihirnya kuat, tetapi Ri-chan punya mental yang lemah. Dia sebenarnya yang paling lemah di antara yang lainnya, tetapi tekadnya terlalu besar.' batin Rika melihat wajah Riku yang nampak bahagia walau ditutupi raut serius.

Pagi itu dihabiskan mereka untuk berlatih dan sedikit bercanda tawa. Bahkan Riku yang sudah lama tidak tertawa lepas, kini tertawa dengan lepasnya seolah dia tidak memiliki masalah satupun.

'Hanya hari ini aku bisa bersantai karena besok....aku harus pergi ke medan perang. Hah...semoga tidak terjadi hal yang buruk. Kami-sama, tolong lancarkan semuanya hingga aku akan pergi.' batin Riku melihat ke arah langit yang cerah lalu dia melihat punggung ayah, ibu, dan kakaknya di depan dengan pandangan sendu.

"Riku, ayo kita harus ke kantor untuk rapat." panggil Takeshi dari jauh karena jarak mereka sedikit jauh karena Riku sedikit melamun.

Riku mengangguk dan menyusul langkahnya. Tenn melihat perubahan raut wajah kembarannya itu sebenarnya khawatir, ditambah kerajaan sudah mengumumkan peringatan perang tingkat II.

Kerajaan memiliki 5 tingkatan peringatan perang. Mulai dari tingkat V, yang paling rendah seperti perang antar organisasi kecil dan dampaknya tidak sampai ke seluruh kerajaan.

Tingkat IV dan III adalah peringatan sedang atau siaga 3 saat perang besar. Kerajaan akan menyuruh seluruh warga untuk tetap di rumah yang sudah di jaga oleh 2 tentara sihir.

Tingkat II adalah siaga 2, setiap warga harus berlindung di bunker rumah masing-masing dengan 3 tentara sihir yang menjaga rumah mereka.

Tingkat I adalah tingkatan tertinggi dan paling berbahaya karena warga harus ke bunker kerajaan di kantor militer dan tentu dilindungi oleh semua tentara yang tidak ke medan perang.

Biasanya kerajaan akan mengirim 60% dari total semua tentara untuk ke medan perang, 40% sisanya ditugaskan untuk melindungi kerajaan dan warganya.

Peringatan tingkat I hampir tidak pernah terjadi karena belum ada peperangan yang sampai harus membunyikan peringatan tingkat I.

"Jendral Takeshi, sebaiknya anda membawa keluarga anda ke bunker kediaman anda karena peringatan perang sudah di bunyikan dan ada panggilan dari jendral besar." ucap salah satu tentara yang berjaga di kediaman Nanase.

"Rika, Tenn, masuk dulu ke dalam ya. Riku, kau bisa ikut Tou-san?" ucap Takeshi mengelus kepala kedua anaknya.

"Ha'i Otou-sama." jawab si kembar bersamaan. Rika mengajak Tenn ke dalam diikuti oleh tentara yang bertugas.

Riku sendiri dengan raut wajah serius mengikuti Takeshi ke mobil dan mereka melaju ke kantor militer.

Sesampainya di kantor militer, mereka langsung ke ruang persiapan dan ke lapangan breafing untuk menerima pengarahan. Di lapangan breafing sendiri sudah ada tim elit dan juga Akai Ryuu yang sudah siap sedari tadi.

"Semua sudah ada di sini. Kalian akan kami kirim ke utara kota Reyga di mana peperangan terjadi dan tugas kalian adalah membebaskan sandera juga membantu Kerajaan Northmare. Khusus untuk Akai Ryuu, kalian cari Permata Bintang yang di jaga oleh pihak musuh. Lalu hancurkan saat itu juga." jelas Leo tegas tanpa adanya nada keceriaan yang biasanya ia buat.

"Ha'i." jawab mereka semua serentak kemudian mereka pergi memasuki mobil pengangkut untuk pergi ke wilayah transit.

Riku duduk di depan bersama Takeshi yang juga Shira, wajah dan aura Riku benar-benar berbeda dari biasanya.

'Waktuku tidak banyak, permata itu harus hancur sekarang bukan nanti. Aku akan mencarinya dan menghancurkannya.' batin Riku dan dia memfokuskan diri untuk mencari lokasi Permata Bintang.

Selama 20 menit mencari, dia akhirnya membuka matanya dan tersenyum miring. Hal itu membuat Shira dan Takeshi penasaran alasan senyuman Riku.

"Tugas kita selesai, kita pakai portal saja agar bisa sampai di wilayah transit dengan cepat." kata Riku tiba-tiba.

"Chotto-kau sudah...." Riku memberikan senyuman penuh arti pada Takeshi dan dia hanya menghela nafas.

"Buka portalnya." Riku mengangguk dan 10 meter di depan mereka sudah muncul portal milik Riku. Saat mereka masuk, mereka langsung tiba ke wilayah transit yaitu hutan lembah kutukan.

Sebelum benar-benar pergi ke medan peperangan, Takeshi mengumpulkan sejenak para tentara untuk memberikan pengarahan terakhir. Riku sendiri lebih memilih menjauh dan memanggil Tora.

"Riku-kun, kau ingin melakukan apa kali ini?" tanya Tora begitu dia muncul di hadapan Riku yang diam saja sedari turun dari kendaraan.

Dalam diam, Riku menjauh dan menggambar lingkaran sihir yang ukurannya cukup besar. Tora di belakangnya hanya diam memperhatikan karena jika dia semakin bertanya, maka Riku akan menyuruhnya kembali.

"Mayor, kita akan segera berangkat." ucap Takeshi mendekat namun Tora mengerang pelan kepada Takeshi.

"Tora-sama, kenapa anda kemari?" tanya Takeshi namun Tora hanya diam kembali memperhatikan Riku yang masih fokus membuat lingkaran sihir.

"Jendral Takeshi, bagaimana sekarang?" Takeshi diam saja dan memberikan sinyal untuk sedikit menjauh juga diam.

"Menurut mu apa yang Kapten lakukan?" tanya Fisry berbisik pada Teryce.

"Membuat lingkaran sihir kan?" tebak Teryce yang juga berbisik.

"Kalian ini sudah tahu jika Kapten membuat lingkaran sihir, kenapa masih di tanyakan?" timbrung Grycellia yang ada di sebelah mereka.

"Bukan itu yang kami maksudkan." jawab Teryce.

"Kalian bertanya lingkaran sihir apa yang Kapten buat bukan?" ucap Redina yang lebih memilih duduk membersihkan pedangnya, dia seorang pencinta pedang.

"Kau tahu?" tanya Grycellia namun Redina hanya menggeleng pelan. Pandangannya kini beralih ke Shira yang sedari tadi hanya diam di sebelahnya.

"Shira-san, kenapa kau diam sedari berangkat? Kau sakit?" tanya Grycellia khawatir kepada Shira, dia sudah menganggapnya sebagai adik sendiri.

"Oh iie, daijoubu. Aku hanya khawatir dengan Riku." jawab Shira menatap Riku yang sudah selesai membuat lingkaran sihir dan duduk di tengah-tengah lingkaran tersebut.

Perlahan mulut Riku mengucapkan mantra yang mengaktifkan lingkaran sihir itu. Takeshi dan Shira terkejut dengan warna lingkaran sihir yang berwarna merah darah menyala.

"Bukan kah itu..." gumam Shira menutup mulutnya tidak percaya.

"Sihir terlarang milik bangsa iblis bawah, Zombies. Sihir yang hilang setelah pertarungan antara Reika-sama dengan iblis neraka. Bagaimana bisa Riku mengaktifkannya?" sambung Takeshi menatap serius Riku yang mulai dikelilingi oleh mayat bergerak.

"Riku! Berhenti! Kau tidak bisa membahayakan dirimu sendiri!" teriak Shira mencoba mencegah Riku bertindak lebih jauh lagi.

"Percuma kalau kau menghentikannya sekarang Ojou-san, Riku-kun sudah mencapai 3/4 tahapan dari sihir ini. Jika kau paksa dia berhenti, nyawanya yang menjadi taruhannya." Shira terduduk lemas sembari menutup mulutnya.

Takeshi memilih diam karena dia tahu jika Riku akan baik-baik saja, bagaimanapun mereka adalah keturunan iblis bawah. Sihir Zombies ini tidak akan mengurangi usia atau kekuatan mereka, bahkan bisa menjadi sumber tenaga mereka.

Sihir Zombies adalah sihir pengendalian mayat yang bisa menguras banyak Mana dan tenaga kecuali bagi para bangsa iblis bawah yang bisa menjadi sumber kekuatan. Para mayat hidup itu akan menjadi sebuah pasukan besar dan dikendalikan oleh siapapun yang mengaktifkan sihirnya.

Selang beberapa saat, Riku membuka matanya dan berdiri dengan dikelilingi oleh banyak mayat hidup. Tanpa adanya rasa takut dia berjalan di tengah kerumunan mayat-mayat hidup itu, mendekat ke arah mereka yang sudah menunggu dia.

"Kita bergerak sesuai rencana." ucap Takeshi begitu Riku berada di dekatnya.

"Kalian pergi ke medan perang untuk mengalihkan perhatian musuh dan pancing seseorang untuk mencoba keluar." perintah Riku kepada pasukan mayat hidup di belakangnya yang langsung pergi.

"Riku kau akan jadi kambing hitam jika seperti ini." kata Shira memegang kedua pundak Riku dan menatapnya khawatir.

Riku tidak menjawab dan melepas jubah tentaranya, menggantikannya dengan sebuah jubah hitam dengan simbol api merah di bawah dan memakai sebuah topeng rubah berwarna merah gelap.

"Itu tujuan ku, kalian lakukan misi seperti biasa. Aku sudah tahu tujuan ku di sini apa. Bawakan kemenangan untuk kerajaan." Riku pergi begitu saja menjauh dari para tentara sihir yang masih terdiam.

"Itu artinya Mayor Erin mengkhianati kita?"

"Tapi dia mengatakan untuk bawa kemenangan."

"Tetapi dia mengabaikan misi. Mengabaikan misi artinya mengkhianati kerajaan."

Masih banyak lagi bisikan-bisikan yang menilai jika Riku adalah pengkhianat. Takeshi mengepalkan tangannya hingga berdarah kemudian mengeluarkan aura membunuh yang sangat kuat bahkan Riku yang jaraknya sudah jauh itu merasakannya.

"Otou-sama? Kau marah dengan siapa sampai aura membunuhnya terasa sejauh ini?" gumam Riku berhenti sejenak dan menghadap ke arah aura berasal.

"Riku-kun, aku mendapatkan semua serpihannya." Tora menjatuhkan kantung yang ia gigit kemudian nampak beberapa serpihan permata merah yang ternyata adalah Permata Bintang.

"Arigatou ne, kau ingin kembali atau ikut denganku?" kata Riku mengantongi kantung tersebut dan berjalan pelan.

"Aku tentu ikut denganmu. Tugasku akan segera berakhir jadi aku ingin menghabiskan waktu sebelum aku pergi." Riku melirik ke arah harimau di belakangnya itu dan langsung memeluknya erat.

"Tora, kau teman terbaik yang pernah aku miliki. Aku berharap kita bisa bertemu suatu hari nanti." ucap Riku memeluk Tora erat dan ada sedikit air mata keluar di ujung matanya.

"Jika takdir berkata demikian, kita pasti akan bertemu Riku-kun." Riku melepas pelukannya dan kembali melanjutkan perjalanan.

𝙽𝚎𝚡𝚝...

Yey akhirnya up juga╥﹏╥

Buat yang masih nungguin makasih banget lho ya, serius aku seneng banget masih ada yang stay nungguin ╥﹏╥

Hountoni arigatou gozaimasu!

Jaa ne minna^^

15/09/2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top