17. Daily Life

Sedangkan di sisi lain, Riku belum tidur lagi dan sedang berbicara dengan seekor harimau putih yang merupakan temannya sekaligus penjaganya apabila sosok Ara dan sosok Ata tidak ada di sebelah Riku, namanya Tora.

"Riku-kun, iblis itu mulai berulah dan negeri utara juga barat sudah di serang. Walau ia belum keluar sepenuhnya." kata Tora yang duduk di samping Riku yang sedang mengelus kepala Hoshi.

"Tenang saja, aku sudah meneliti kekuatan iblis itu walau hanya setengahnya. Kalau pun dia terlalu bahaya jika hanya disegel, aku harus mengembalikan iblis itu ke penjara neraka, walau nyawaku taruhannya." kata Riku pelan, Tora terkejut dan langsung menegur Riku.

"Jangan bercanda! Setelah iblis itu tersegel pasti ada musuh yang bisa membahayakan dunia lagi! Ditambah perang besar itu. Kau jangan bicara yang aneh-aneh!"

"Gomen, tapi tenang Tora pasti ada cara lain untuk mengembalikan iblis itu ke penjara neraka tanpa mengorbankan nyawa." jawab Riku tenang.

"Terserah kau saja lah, Riku-kun.

Riku pun tertidur sembari memeluk Tora yang ada di sebelahnya hingga besok harinya, Riku bangun dari tidur panjangnya karena seseorang membangunkannya dan itu adalah Tenn.

"Ohayou Tenn-nii." kata Riku dengan aura mentari paginya. Tenn terpana sejenak lalu kembali seperti semula.

"Ini sudah bukan pagi lagi Riku, ini sudah siang. Lalu Riku, apa kau memakai wig?" Riku yang masih setengah sadar pun heran dan memiringkan kepalanya.

Tenn paham jika Riku masih setengah sadar langsung mengulang pertanyaannya, "Apa kau memakai wig?" Riku terdiam dan menyentuh rambutnya, setelah beberapa saat melamun, dia baru menyadarinya.

"Oh ini rambutku Tenn-nii. Maaf aku mengubahnya karena saat itu aku langsung drop jika mengingatmu Tenn-nii." kata Riku sedikit berbohong. Tenn menatap adiknya lembut dan memeluknya.

"Tak apa, aku memahaminya. Kalau begitu cuci muka lalu turun makan ya?" Riku mengangguk dan Tenn pergi dari kamar Riku.

Seusai makan siang, Riku dan Tenn kini sedang berada di halaman belakang menikmati pemandangan yang ada di sana.

Tenn pulang awal hari ini karena ada rapat untuk ujian kenaikan tingkat. Riku sebenarnya harus ikut karena dia adalah wali kelas, tetapi dengan ijin dari Rika, Riku boleh tidak mengikutinya.

"Riku."

"Doushita, Tenn-nii?"

"Tenn-nii minta maaf ya."

"Kenapa minta maaf?"

"Ya...karena meninggalkan Riku begitu saja. Aku meninggalkanmu hanya karena ego ku, hountoni gomennasai." Riku melihat kakaknya lembut, lembut sekali dan kemudian memeluknya untuk beberapa saat.

"Sudahlah Tenn-nii, jangan membahas itu lagi. Masa lalu biarlah berlalu, yang terpenting kita sudah bersama lagi dan kita akan hadapi masa depan bersama-sama." kata Riku sambil menatap lembut mata Tenn.

"Kau benar, kita akan mengahadapinya bersama, sebagai saudara." mereka pun berpelukkan kembali dan tanpa mereka ketahui, Takeshi melihatnya kemudian tersenyum bangga.

Tak lama bel berbunyi dan Carel melaporkan pada Takeshi namun terdahului oleh pertanyaan Riku.

"Siapa Carel?" tanya Riku yang baru masuk bersama Tenn.

"Nagi-sama ingin bertemu dengan anda Riku-sama." kata Carel sopan.

"Buatkan dia minuman, akan ku temui si kuning alay lebay itu." kata Riku lalu berjalan menuju ruang tamu yang di sana terdapat partnernya, Rokuya Nagi.

"Hello Riku~ Long time no see." kata Nagi riang dan itu membuat Riku sedikit kesal karena logatnya yang alay itu.

"Nagi, kenapa kau kemari?"

"Owh untuk bertemu dengan you tentunya."

"Iya maksudku tujuannya apa?" Riku mulai kesal karena sifat Nagi yang selalu berputar-putar jika membahas sesuatu.

"Come on Riku, kita berbasa-basi sebentar saja. Lagipula sudah 3 tahun kita tidak bertemu, you not miss me?"

"Zenzen." satu kata itu berhasil menusuk hati Nagi hingga intinya.

"Hidoi yo~"

"Nagi, kau tahu aku tidak suka basa-basi jika sedang serius. Cepat katakan maksudmu mengganggu waktu istirahatku!!!" kata Riku yang mulai marah.

"Sorry, ehem aku diutus oleh Oyaji untuk memintamu meneliti bubuk kematian ini. Bubuk ini tersebar hingga hampir seluruh negeri utara dan menyebabkan setengah penduduk Northmare menjadi korbannya." kata Nagi yang langsung berubah di mode seriusnya.

"Aku bisa menerimanya, tetapi aku akan mulai menelitinya minggu depan." kata Riku tak kalah serius.

"Kenapa?"

"Aku masih dalam masa pemulihan Mana, beberapa minggu kemarin aku sempat kehilangan hampir semua Mana ku dan sekarang aku sedang memulihkannya."

"Baiklah, jika kau menemukan sesuatu hubungi nomor ini. Aku ada di apartemen dekat ReMa. Aku permisi." Nagi pun keluar meninggalkan sampel bubuk kematian dan sebuah kartu nama.

Riku mengambil kartu nama itu dan menatapnya sejenak kemudian menyimpannya di dompetnya. Ia mengambil sampel bubuk yang ada di botol tabung kaca yang lumayan besar dan menatapnya dengan teliti.

"Riku, itu apa?" kata Tenn dari belakang.

"Ini benda berbahaya Tenn-nii, sebaiknya kau tidak menyentuhkan. Jika kau menemukan hal serupa, masukkan ke dalam botol ini dan berikan kepadaku. Tetapi jangan sampai kau menyentuhnya secara langsung." jelas Riku. Tenn dengan sedikit ragu mengambil botol kaca kecil dari tangan Riku dan menyimpannya.

"Yosh, aku ada di kamar jika kalian mencariku. Kamar juga tidak aku kunci jadi kalian bisa masuk." Riku pun pergi ke kamar lagi agar mana nya pulih lebih cepat.

"Apa aku bisa ikut?" Riku mengangguk dan kemudian si kembar pun pergi ke kamar Riku.

Saat di kamar, Riku langsung merebahkan diri di kasur namun tidak tidur melainkan membalas pesan dari 3 minggu yang lalu karena sudah menumpuk.

3457 pesan dari 35 orang tidak terbaca

Riku yang melihat angkanya langsung merinding dan membuka aplikasi pesan untuk melihat siapa saja yang mengirimkan dia pesan sebanyak itu.

Paling teratas adalah Takeshi, disusul Subaru, lalu Rika, Leo, grup Akai Ryu dan masih banyak lagi dan chat terakhir adalah dari Tenn.

Riku penasaran pesan apa yang kakak kembarnya kirimkan dan dia membukanya.

Tenn-nii<3
Offline

03 Oktober 20**

|Riku, sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan denganmu tapi nampaknya kau sibuk ya? Ya sudah, lain kali saja.
01.54 PM

Riku melirik Tenn yang ada di balkon dan membalas pesan tersebut.

Hari ini

|Kau ingin bicara apa? Sekarang juga tidak apa, aku akan dengarkan.^^
02.55 PM

Tenn yang ada di balkon kamar Riku, merasakan ponselnya bergetar dan saat ia buka ternyata itu Riku yang jika dia lihat, ia sedang bermain dengan ponselnya sembari tiduran.

"Riku, kau yakin mau mendengarnya sekarang?" tanya Tenn saat masuk ke dalam.

"Hm? Oh yakin, tapi aku sambil membalas pesan-pesan ini ya. Menumpuk banget soalnya." Tenn mengangguk dan dia duduk di pinggir kasur Riku.

"Em....Riku, mungkin ini sedikit menyinggung mu tapi ada yang ingin aku tanyakan soal Deryn Flancy." tangan Riku berhenti mengetik dan dia menaruh ponselnya di nakas lantas mengambil foto yang ada di sebelah ponselnya.

"Memang menyinggung kalau boleh jujur, tapi ya mau bagaimana lagi. Aku tidak boleh terlarut dalam depresi dan kesedihan bukan?" Tenn dapat melihat kesedihan di mata Riku dan dia inisiatif memeluknya.

"Tak apa, kau bisa lepaskan jika kau ingin menangis." Riku membalas pelukan Tenn dan dia pun menangislah keras di pelukannya.

'Se berharga itu ya bagimu Riku.' Tenn masih terus memeluk Riku selama dia menangis dan beberapa menit berlalu, tangisan Riku berhenti.

"Gomen Tenn-nii, aku selalu terlalu sensitif jika soal Deryn. Bagaimanapun dia itu berharga bagiku, saat mendengar kalau dia menginggal aku langsung drop." kata Riku menghapus sisa air matanya.

"Daijoubu, jika memang dia itu berharga bagimu maka ikhlas kan saja. Kau tidak lupa bukan kalau manusia akan kembali semuanya?" Riku mengangguk.

"Deryn itu dulu saat di sekolah, dia anak yang suka berbuat onar dan sering di skors. Sering menjahili guru dan murid, sering merusak fasilitas sekolah, jarang mengerjakan tugas, yah...ciri-ciri anak yang tidak baik sih."

"Tapi di balik itu semua, dia itu anak yang pintar dan juga berbakat. Deryn memiliki masa lalu yang kelam menurutku, orang tuanya cerai dan dia mengikuti ayahnya. Ayahnya itu seorang pemabuk berat dan juga tukang judi, Deryn terpaksa kerja paruh waktu agar dia tidak di jadikan samsak oleh ayahnya."

"Ibunya sendiri mengurus adiknya, namun 10 tahun yang lalu adik dan ibunya kecelakaan dan meninggal di tempat. Deryn semakin terpuruk dan dia terpaksa sekolah di ReMa karena amanah mendiang ibunya. Ayahnya memang akan membiayainya sekolah, namun ayahnya meninggal 3 hari setelah dia masuk ke sekolah dan dia tinggal dengan pamannya." jelas Riku panjang lebar sembari memandangi foto Deryn.

"Penyebab perilakunya yang onar itu apa?" tanya Tenn yang masih bingung penyebab perilaku buruk mendiang Deryn.

"Hanya ingin diperhatikan, pamannya terlalu fokus dengan pekerjaannya dan tidak ada waktu luang untuk Deryn. Maka dari itu, di sekolah dia berbuat onar agar dapat perhatian dari semua orang. Namun pandangan guru dan murid lain terhadap Deryn begitu buruk dan ia dicap sebagai anak pembuat onar." jawab Riku meletakkan foto itu di nakasnya.

Riku merebahkan dirinya dan menatap langit-langit kamarnya.

"Dia menghargaiku sebagai seorang kakak dan...dialah penyelamat hidupku saat diambang kematian. Sosok sahabat, adik, rekan dan juga rival yang tiada duanya." Tenn mengerti perasaan adiknya karena dia dulu juga pernah memiliki teman seperti itu dan juga meninggal dunia akibat penyakit yang di derita.

"Kau punya teman yang hebat ya Riku." Riku hanya berdehem dan tertidur tanpa di sadari karena terlalu lelah.

Tenn melihat ke arah adiknya dan tersenyum saat melihatnya tertidur. Tenn langsung menyelimuti nya dan sebelum beranjak dari tempat nya, ia sempat mencium kening Riku sejenak.

"Aku tidak tahu apapun yang kau lakukan selama 10 tahun, tapi sepertinya kau mengalami hari-hari yang berat ya." gumam Tenn sebelum keluar dari kamar Riku.

"Tenn, di mana Riku?" tanya Takeshi saat melihat Tenn keluar dari kamar Riku.

"Tertidur, dia sepertinya setiap akan tidur selalu mengingat sosok Deryn Flancy ya?" Takeshi mengajak Tenn untuk keluar ke suatu tempat dan tempat itu adalah bar yang biasa ia dan Riku kunjungi.

"Kita ada di mana Otou-sama?" tanya Tenn saat merasa asing dengan bar tersebut.

"Sebenarnya Tou-san ingin mengajak Riku juga namun dia tidur, jadi hanya kau dan Tou-san saja. Ini adalah tempat yang sering Tou-san dan Riku kunjungi, di sini tempat dengan sejuta kenangan Deryn. Oi Ossan seperti biasa dan tolong berikan anak ini jus saja." kata Takeshi saat mereka berdua ada di dalam bar.

"Takeshi-kun, kenapa kau tidak bersama Riku-kun kali ini?" tanya penjaga bar itu.

"Dia tidur, kali ini aku juga bawa anakku namanya Tenn." jawab Takeshi duduk di salah satu kursi.

"Tenn-kun ka? Kau sama tampannya seperti Riku-kun dan ini pesanan kalian." Tenn menerima jus itu dan meminumnya sedikit demi sedikit.

Dari luar, terdengar suara ribut yang tidak asing bagi Takeshi dan penjaga bar. Akai Ryuu yang suka ribut tidak jelas dan beberapa anggotanya memilih diam daripada berdebat dengan orang yang selalu bisa mengelak.

"Hoi! Kau curang! Harusnya aku duluan baru kau, kuso Redina!"

"Iie kau saja yang lama, Kapten selalu bilang untuk memanfaatkan kesempatan bukan?"

"Tapi jangan mengambil kesempatan ku juga dong. Ne Grycellia, apa kau sudah menghubungi Kapten?"

"Sudah, dia katanya di jalan."

"Ossan! Pesan satu paket seperti biasa!"

"Jangan kebanyakan minum baka!"

"Kalian ini ribut sekali, aku heran kenapa Kapten kalian bisa tahan dengan kalian." sontak keributan itu berhenti saat Takeshi angkat suara.

"Kalian tumben kemari bersama? Apa ada sesuatu yang harus di runding?" tanya Takeshi saat Akai Ryu sudah duduk di tempat mereka.

"Bisa di bilang seperti itu. Lagipula kami harus mengunjungi makam Deryn-kun lagi hari ini." bel yang ada di pintu berbunyi menandakan ada orang masuk dan itu adalah Riku yang menyamar menjadi Rikle.

"Kalian ini mengganggu waktu tidur orang saja, kita bisa rundingkan besok bukan jika hanya soal apa yang Grycellia-san bilang di telepon." kata Riku saat melihat anggota timnya.

"Ossan aku minta jus saja hari ini, aku sedang tidak ada selera minum." Riku pun duduk di sebelah Tenn yang tidak menyadari jika disebelahnya adalah Riku.

"Oi Kapten, kau tidak lupa bukan jika kita akan ke makam Deryn-kun?" kata Teryce yang kebetulan berada di kursi belakang Riku.

"Aku ingat, hanya saja kepalaku pusing. Di mana Shira-san?" kata Riku meminum jus yang ada di hadapannya sekarang.

"Shira-san bilang jika dia harus pergi ke negeri selatan untuk membantu temannya. Misi individual dari jendral besar." jawab Grycellia.

"Naruhodo." hening sejenak hingga seseorang masuk ke bar dan orang itu adalah Rika.

"Takeshi, Tenn-chan. Kenapa kalian tidak ijin ketika keluar?" bulu kuduk Takeshi dan Tenn berdiri saat mendengar kalimat itu dari Rika yang memasang aura menyeramkan.

Riku pura-pura tidak melihatnya dan asik dengan minuman di hadapannya, membiarkan kakak kembarnya dan ayahnya di tangkap oleh singa betina di keluarga mereka.

"Ayo pulang sekarang." Tenn dan Takeshi langsung di seret Rika untuk pulang, tentu Rika membayarkan minuman Tenn dan Takeshi sebelum pergi.

"Riku-chan. Jangan lupa sebelum makan malam pulang ya." kata Rika saat sudah membawa Tenn dan Takeshi keluar.

"Ha'i Okaa-sama." jawab Riku tanpa menoleh dan dari luar terdengar suara kesakitan dari Takeshi dan Tenn.

'Okaa-sama kowaii.' batin Riku meminum jusnya hingga tersisa seperempat.

𝙽𝚎𝚡𝚝...

17/06/2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top