15. Shinta Amalia

"Tadaima." keduanya masuk dan di sambut Carel dan Rey menyambut mereka berdua. Tas keduanya pun diserahkan ke Carel dan Rey lalu Rika yang sedang berada di dapur pun menghampiri anak-anaknya.

"Okaerinasai, kalian pulang? Langsung mandi, oke? Setelah itu makan malam." kata Rika menepuk pelan kepala kedua anaknya.

"Ha'i Okaa-sama." mereka berdua pun pergi ke kamar masing-masing. Tenn dan Riku masuk ke kamar masing-masing, Tenn langsung mengambil handuknya lalu pergi mandi.

'Hm....aku sepertinya punya ide bagus. Semoga mereka terima.' batin Tenn saat dirinya sedang mengeringkan rambutnya setelah mandi.

Namun Riku yang baru saja menutup pintu kamarnya, langsung mendapati elang penghantar pesan milik seseorang yang ia kenal.

"Shinta-san? Apa dia selesai mengembara?" Riku membuka surat dari partnernya dan membacanya dengan diterangi sinar bulan karena itu surat khusus yang tintanya hanya bisa dilihat saat ada cahaya bulan.

***
Untuk Riku,

Riku-san, aku sudah selesai mengembara dan akan kembali ke Holymizu beberapa minggu kemudian. Lalu akan aku ceritakan beberapa hal yang mungkin membuatmu menarik.

Tidak perlu membalas surat ini, kirimkan saja alamat rumahmu jika berubah dan jika tidak ya...tidak perlu.

Salam manis, Shinta Amalia.
***

"Hee? Ternyata dia sudah selesai mengembara ya, pergilah." burung elang itu pun pergi dan Riku pun pergi mandi lalu makan malam bersama. Setelah makan malam, dia mengunci pintu kamarnya lalu memakai jas lab nya sebelum pergi ke laboratorium pribadinya.

"Sekarang kita lihat hasilnya, jika benar maka ramalan itu benar-benar akan terjadi." Riku mulai berkutat dengan alat-alat praktikum di hadapannya hingga menjelang pagi.

Melihat matahari akan terbit, Riku menyudahi kegiatannya dan pergi mandi agar badannya tidak lengket karena bahan kimia tadi. Setelah mandi, dia turun ke bawah untuk sarapan.

"Ohayou Okaa-sama, Otou-sama, Tenn-nii." sapa Riku saat turun ke lantai bawah, membenarkan dasinya.

"Ohayou, kau tidak tidur semalam ya Riku?" tanya Takeshi yang tetap membaca koran pagi. Riku duduk di sebelah Tenn dan dia mengambil air putih di hadapannya.

"Aku ada pekerjaan malam tadi. Aku mau berangkat dulu, masih ada pekerjaan lain yang belum selesai, aku akan sarapan nanti, ittekimasu." Riku langsung pergi tanpa mendengarkan panggilan Rika.

"Dasar dia itu, pasti dia akan lebih sibuk lagi. Tenn-chan, kau juga lebih baik berangkat. Jadwalmu pagi ini dengan Shira-san kan, dia lumayan keras jika ada seseorang yang terlambat." Tenn pun mengangguk dan dia berangkat di antar oleh Takeshi yang kebetulan ada urusan di luar.

Sejak hari itu, Riku selalu berangkat pagi-pagi buta dan pulang larut malam bahkan sering melewatkan jam makan jika Carel tidak mengingatkannya, tak hanya itu dia juga lebih sering begadang.

Takeshi dan Rika khawatir dengan keadaan Riku, namun mereka tidak bisa melakukan apapun karena memang sudah itu yang harusnya terjadi dan mereka hanya bisa berdoa jika Riku tidak terlalu memaksakan diri.

Tenn juga khawatir dengan keadaan adiknya, setiap di kelas dia melihat Riku terkadang suka terbatuk pelan bahkan wajahnya menjadi sedikit pucat. Tapi dia tidak tahu apa yang adiknya alami jadi dia hanya bisa berdoa agar Riku tidak memaksanya dirinya apapun pekerjaannya.

Hari ini sudah masuk minggu ke-tiga di mana perilaku Riku mulai berubah dan Riku hari ini walau sudah pukul 9 pagi, dia masih belum keluar kamarnya. Meski hari ini adalah hari libur, Riku akan bangun seperti biasa kecuali dia begadang dan dia akan bangun sekitar pukul 7 sampai pukul 8 pagi.

Tentu saja orang-orang rumah khawatir karena tidak biasanya Riku seperti ini. Walau Takeshi terlihat biasa saja, tapi jujur dia juga khawatir tapi dia tetap terus berpikir positif.

"Carel, apa Riku belum keluar kamar?" tanya Tenn yang datang bersama Rika. Carel yang sedari tadi berada di depan pintu kamar Riku menggeleng pelan lalu mengetuk lagi pintu kamar Riku.

"Apakah pintunya di kunci atau di segel?" tanya Rika menatap pintu kamar Riku yang masih setia tertutup.

"Saya rasa tidak tersegel." Rika memegang kenop pintu dan mencoba merasakan sihir yang tertanam di pintu Riku.

"Dia tidak menyegelnya, hanya kunci biasa." Rika mengeluarkan kunci cadangan dan membuka kamar Riku dengan kunci itu. Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah kertas dan juga seorang yang tenggelam di kertas-kertas itu.

"Astaga berantakan sekali, bagaimana dia bisa tidur di tengah-tengah tumpukan sampah ini?"komen Rika yang menata kertas-kertas itu dengan sihirnya lalu menumpuknya di sekitar meja kerja Riku.

Riku sendiri mulai terlihat jelas sedang tertidur di kasur dengan baju lab yang masih menempel padanya, bahkan kacamata pelindung masih terpasang.

"Tenn-chan, coba bangunkan Riku-chan ya, Carel siapkan air mandi, Kaa-san mau siapkan yang lainnya dulu." ucap Rika sebelum keluar dari kamar Riku menuju ke bawah.

"Ha'i. Riku, okite." Tenn menggoyangkan badan Riku dan Riku hanya bergumam, namun dia tidak sadar jika dia menggumamkan nama seseorang yang Tenn tidak kenal.

"5 menit, Shinta-san." gumamnya dan kembali tertidur. Tenn sontak saja terkejut karena Riku menyebutkan nama orang lain, terutama nama perempuan.

'Dare? Shinta-san tte dare? Jarang sekali dia menyebutkan nama wanita selain Kaa-san.' batin Tenn dan karena dia tidak ingin menambah beban pikiran, dia pun melupakannya dan kembali membangunkan Riku.

"Hora Riku, ini sudah siang lho." kata Tenn semakin kuat menggoyangkan badan Riku.

"Biarkan aku tidur dulu~omurice~donat~zzzz" Tenn langsung mendapatkan ide untuk membangunkan Riku dengan cepat.

"Kalau kau tidak bangun, omurice dan donat mu akan Tenn-nii makan semua." kata Tenn bangkit dari kasur Riku dan benar saja, Riku langsung terbangun.

"Aku bangun! Jangan makan omurice dan donat ku!" teriak Riku yang langsung bangun, merasa jika makanan favoritnya terancam.

"Mandi lalu sarapan, setelah itu bereskan kamarmu atau Okaa-sama buang semuanya nanti." kata Tenn yang sudah ada di ambang pintu.

"Mou Tenn-nii, jangan bangunkan Riku seperti tadi." keluh Riku melepaskan kacamata pelindung nya dan melemparnya tepat di kursi kerjanya.

"Salahmu sendiri tidak ingin bangun, cepat mandi sarapan dan jangan lupa bersihkan kamarmu." ucap Tenn sebelum pergi dari kamar kembarannya yang masih memasang wajah cemberut karena terjahili Tenn.

"Menyebalkan, Carel bisa tolong bereskan laboratorium? Sisanya biar aku yang bereskan." kata Riku yang akhirnya turun dari kasur dan pergi ke kamar mandi setelah meletakkan jas laboratorium di tempat baju kotor lalu mengambil handuk.

"Ha'i Riku-sama, lalu ini ada surat dari Shinta-sama yang baru saja di antarkan." Riku yang awalnya akan memegang kenop pintu kamar mandi, kini memegang surat yang Carel sodorkan.

"Hm sankyu, mari kita lihat apa yang dia bicarakan..." Riku membukanya dan membaca surat tersebut dengan bersandar di tembok.

***
Untuk Riku,

Aku akan ke rumah mu hari ini, semoga kau ada di rumah. Jangan lupa janjinya ya~(。•̀ᴗ-)✧

Oh ya sekalian ada misi nanti. Kita ke markas ya.

Salam, Shinta Amalia
***

"...." Riku terdiam setelah membaca surat itu dan Carel yang tadi baru saja dipanggil Rika pun kembali menyampaikan sesuatu kepada Riku.

"Riku-sama, Rika-sama sudah memanggil anda—" belum selesai berbicara Riku berlari ke kamar mandi dan membanting pintu.

"Mou! Dasar Shinta!" teriak Riku dari dalam dan terdengar suara air dari dalam, artinya Riku sedang mandi dengan terburu-buru.

"Ke....bawah. Saya tunggu anda di bawah." lanjut Carel yang sweatdrop melihat tingkah tuannya yang bisa berubah dalam sekejap.

"Ya ya ya! Setelah mandi aku turun." kata Riku dari dalam dan terdengar jika Riku baru saja selesai walau dia baru saja mandi, terdengar suara hair dryer dari dalam.

"Dasar wanita!" Carel pun pergi ke bawah di mana yang lainnya sudah menunggu Riku turun.

"Carel, di mana Riku? Dan kenapa dia tadi berteriak?" tanya Takeshi saat melihat Carel sudah di anak tangga bawah, tentu saja Takeshi membaca koran pagi setelah sarapan.

"Riku-sama sedang mandi dan tadi rekan Riku-sama mengirim surat kepadanya." jawab Carel apa adanya.

"Sokka? Rekan....rekan....oh...apa Shinta?" tebak Takeshi menaruh korannya di meja.

"Saya rasa benar dan—" belum juga selesai, Riku yang membanting pintunya lagi langsung memotong kalimat Carel. 'Sabar, dengan Tuan sendiri harus sabar.' batin Carel.

"Dasar, dia kira aku ini secepat cahaya atau bagaimana? Mana dia menagih janji, padahal dia yang buat janji itu sendiri." gerutu Riku sembari berjalan ke meja makan lalu mengambil roti dan selai tentu dengan menggerutu kesal.

"Riku-chan, tidak baik menggerutu kesal di depan makanan." kata Rika meletakkan gelas susu di depan Riku yang masih menggerutu.

"Bagaimana tidak kesal Okaa-sama, Shinta-san tidak berubah dari dulu. Padahal dia yang membuat janji, kenapa aku juga yang harus menunaikan janji itu!" terlihat Riku benar-benar kesal kali ini dan tak lama bel pintu berbunyi.

"Ray, dare desu ka?" tanya Tenn melihat Ray datang dengan seseorang di belakangnya.

"Riku-sama no tomodachi da, Shinta-sama desu. Douzo." jawab Ray dan dari belakang Ray muncul wanita dengan rambut coklat di kepang berdiri melambaikan tangannya setelah menunduk.

"Hisashiburi desu minna-sama." kata wanita tersebut, Shinta Amalia.

"Oh Shinta-san, hisashiburi desu. Bagaimana kabarmu?" kata Takeshi tersenyum.

"Ha'i, kabar saya baik. Riku-san, hisashiburi desu ne. Ara apa anda Tenn-san? Senang bertemu dengan anda, perkenalkan saya Shinta Amalia desu, Riku-san no tomodachi da. Yoroshiku." ucap Shinta ramah. Tenn mengangguk dan menyuruhnya duduk, ikut sarapan bersama mereka.

"Ah arigatou, tapi saya sudah sarapan dan saya kemari dengan tujuan menagih janji kepada Riku-san dan juga membicarakan sesuatu bersamanya." yang mempunyai nama langsung berdiri dari kursinya lalu berhadapan dengan Shinta.

"Maaf Shinta-san, bukannya aku ingin mengingkari janji kita hanya saja ini bukan waktu yang tepat untuk melakukan pernikahan. Situasi saat ini sulit dan aku tidak yakin jika ramalan tersebut salah, aku sudah memberitahunya kepadamu semuanya bukan." kata Riku ketika jarak mereka hanya beberapa centimeter.

Semuanya yang ada di sana terkejut dengan salah satu kata yang keluar dari mulut Riku dan langsung teriak. "Pernikahan!!?"

Riku dan Shinta langsung menutup telinga mereka karena terlalu keras. 'Sudah kuduga mereka akan seperti ini. Hah....lagipula ini juga salahku tidak bilang ke mereka.' batin Riku dan dia menempuk tangannya tiga kali untuk mendapatkan perhatian.

"Oke, pertama maaf karena tidak memberitahu kalian tentang rencana ini karena situasi dan ya, restu dari kakak Shinta-san sudah terurus tinggal restu dari kalian. Lalu kami mau pamit pergi dulu karena ada misi, ittekimasu." jelas Riku dan dia pergi disusul Shinta di belakangnya, "Kami permisi minna-sama." Shinta berlari kecil menyusul Riku yang sudah mendahuluinya.

"Astaga, rencana kita ternyata sudah Riku lakukan ya Takeshi." ucap Rika ketika suara mobil Riku mulai menjauh.

"Sou desu, sepertinya Tenn di dahului. Kapan kau mau mencari calon Tenn? Adik mu saja sudah mendapatkannya." kata Takeshi menggoda Tenn.

"Mou Otou-sama, bukan waktunya membahas hal itu. Lagipula Tenn belum ada niatan menikah ataupun mencari pacar." kata Tenn dengan wajah cemberut dan balasan Takeshi hanya tertawa, dia nampak puas menjahili anak sulungnya.

"Nanti kalau keburu tua lho Tenn-chan, atau mau kami jodohkan saja?" ucap Rika yang duduk di sebelah Takeshi setelah membuatkan kopi untuk Takeshi.

"Iie, Tenn akan cari sendiri." Tenn menghabiskan tehnya dan dia pamit untuk mengerjakan tugas yang diberikan.

"Kira-kira, impian kita bisa terpenuhi Takeshi?" kata Rika pelan. Takeshi melirik ke arah Rika di sebelahnya dan merangkulnya.

"Kita tidak tahu bagaimana masa depan nantinya Rika, kita berdoa saja kepada Kami-sama agar impian ini terjadi dan Riku bisa hidup seperti orang normal." kata Takeshi mengelus kepala Rika sebagai isyarat untuk tetap tenang.

"Reika-sama, Kami-sama, kami mohon berikan yang terbaik untuk anak-anak kami." kata Rika menangkup kedua tangannya di depan dada, berdoa.

𝙽𝚎𝚡𝚝....

Yaho! Amy balik akhirnya ╥﹏╥

Maaf tiba-tiba ga up soalnya habis PAS juga dan kebetulan kemarin dah selesai jadi bisa lanjutin. Untuk book sebelah tunggu saja soalnya masih dalam proses juga.

Jaa ne~

10/06/2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top