10. Awal?
Takeshi mendekat ke Riku, begitu juga Rika begitu kubah pelindung menghilang. Tampak mereka terlihat khawatir pada Riku yang mendapatkan luka di hampir seluruh bagian tubuhnya.
"Riku daijoubu? Kau kenapa memasang pelindung hah?! Kau ingin mati muda atau bagaimana?!" kata Takeshi khawatir dan dia langsung menggunakan sihir penyembuhan untuk Riku.
"Daijoubu Otou-sama, aku sudah menghilangkan roh jahat yang ada di tubuh Neko dan juga pelacak." kata Riku santai dan berbisik di akhir, Takeshi melihat tangan Riku yang membawa pedang dan tersenyum padanya.
"Apa Ares-sama akan mengijinkanmu memakainya?" tanya Takeshi saat melihat pedang Aresa dan setelah selesai penyembuhan, Riku berdiri dan berjalan ke Neko yang mulai sadar.
"Aku sudah meminta ijin, kalau tidak setuju pasti dia akan turun langsung. Sekarang, beritahukan rahasiamu Neko." kata Riku mendekat kearah Neko yang mulai mendapatkan kesadaran penuhnya.
"Rahasia apa yang kau maksud Riku-san?" dahi Riku berkedut dan dia mengarahkan ujung pedangnya tepat di hadapan Neko.
"Jangan berbohong atau terima kematianmu." kata Riku sinis bahkan aura yang dia keluarkan berbeda.
"Ba-baiklah se-sebenarnya Arfoni Gakuen adalah sekolah yang bertujuan untuk mendidik para pemimpin organisasi kami dan juga bawahannya." ucap Neko yang sepertinya ketakutan, Riku menghilangkan(mengembalikan) pedang Aresa dan membaca ingatan Neko.
"Naruhodo, tetapi kita tidak bisa menutup Arfoni Gakuen walau kita sudah tahu apa tujuan mereka yang asli." kata Riku setelah melihat ingatan Neko.
"Kenapa tidak bisa? Bukankah semuanya sudah jelas?" tanya Rika heran.
"Permintaan Deryn." hanya itu yang bisa Riku katakan dan kasus ini di lanjutkan oleh pihak kepolisian. Hingga karena peristiwa tidak terduga tadi, festival di tunda hingga semuanya kembali normal. Riku memilih pergi ke tempat parkir dan termenung di sana beberapa saat hingga Tsumugi datang.
"Sensei! Kenapa termenung saja? Apa masih kepikiran tentang Deryn-san?" kejut Tsumugi dan saat nama itu terdengar kembali dan Riku tersenyum, tetapi bukan tersenyum senang.
"Ya...kau tahu siapa aku yang sebenarnya kan? Ojou-sama." kata Riku menatap langit. Tsumugi ikut bersender di mobil Riku juga dan ikut menatap langit.
"Mayor pasukan utama tentara sihir kerajaan, kapten pasukan elit tentara sihir kerajaan, kapten tim elit Akai Ryuu dan letnan satu pasukan khusus rahasia tentara sihir kerajaan, Nanase Riku-san." Riku tersenyum lalu aku memandang sendu langit biru.
"Sudah lama kita tidak seperti ini kan? Yang Mulia Putri Tsumugi." Riku.
"Iya, sejak Sensei menghilang itu. Aku langsung mengikuti Ayahanda menjadi rakyat biasa sedangkan Ibunda menetap di istana." Tsumugi.
"Maaf tapi aku benar-benar terpukul, setelah aku pulang Okaa-sama langsung jatuh sakit dan aku demam berhari-hari. Aku langsung mengurung diri saat sembuh hingga umurku 17 tahun." Riku.
"Aku memahaminya, tetapi Deryn-san pasti akan marah juga sedih melihat Sensei seperti itu." Tsumugi.
"Sou desu, oh ya kau sudah berteman dengan Tenn-nii ya?" Riku.
"Tenn-nii? Maksudnya Tenn-san, sudah dia anak yang cerdas walau tidak sepintar Sensei." Tsumugi.
"Souka. Ne mampirlah ke rumah kalau kau mau, ajak Otoharu-sensei juga." Riku
"Kalau ada waktu, masalahnya Ayahanda mendirikan sebuah usaha dan aku harus membantunya." Tsumugi.
"Ya sudah, kita masuk yuk. Festival belum selesai lho." kata Riku yang kembali ceria.
"Ikou ne sensei." Tsumugi berlari dahulu kemudian Riku menyusulnya, jika ada orang lain mungkin mereka akan di anggap sebagai kekasih karena memang cocok.
Festival pun di lanjutkan kembali dan Riku duduk kembali di tempatnya dan menikmati festival seperti yang seharusnya, terkadang guru yang lain menjahili Riku dengan menjadikannya kelinci percobaan atau yang kejahilan lainnya.
Tim Akai Ryuu sendiri masih mengawasi jalannya festival dengan serius karena keselamatan Ratu dan Putri di pertaruhan.
Setelah berbagai acara, pengumuman hasil lomba pun di umumkan tepat sebelum acara penutup dan pemenang dari seluruh pertandingan jatuh kepada....
Reshine Majutsu Gakuen.
Para penonton bersorak girang saat nama sekolah itu di sebutkan, Rika dan Riku turun sebagai perwakilan untuk menerima piala juga beberapa penghargaan lainnya dari Ratu langsung.
"Rasanya nostalgia ya, Riku-chan." bisik Rika saat pemotretan bersama juara lain dan Ratu.
"Ayolah Okaa-sama, itu kejadian 8 tahun yang lalu. Aku sudah tidak memikirkannya." balas Riku dan acara penutupan pun di gelar secara meriah.
Festival pun tak terasa sudah selesai dan kini semua orang yang hadir telah mulai meninggalkan tempat festival.
"Riku-kun, arigatou karena kau telah melindungi para tamu dan aku akui kau ini salah satu prajurit berbakat yang pernah kami miliki. Teruskan perjuangan ya, titip Tsumugi-chan ya. Pastikan dia aman." kata Yuriko sebelum keluarga Nanase pulang.
"Ha'i Jou-sama, akan kami usahakan untuk melindungi Hime-sama. Apa dia sudah bertemu anda?" kata Riku yang berdiri di sebelah Rika sedangkan Takeshi sedang bersama Tenn, posisi sedikit menjauh.
"Sudah, dia berkata kalau kau selalu menyelamatkan dirinya dan teman-temannya saat di sekolah. Sekali lagi arigatou." jawab Yuriko mengingat percakapannya tadi bersama Tsumugi yang merupakan putri kandungnya.
Keluarga Nanase pamit dan saat di tempat parkir, Riku menghadap ke Tenn yang ada di belakangnya. Tenn menatap heran tingkah adiknya itu dan dia memiringkan kepalanya.
"Tenn-nii, kau pulang dengan Okaa-sama. Riku ada keperluan dengan seseorang dan mungkin akan pulang saat makan malam." kata Riku saat mereka berada di parkiran.
"Wakatta, kau hati-hati Riku. Akan aku tunggu di rumah." Tenn pun pergi meninggalkan Riku, menyusul Rika dan Riku masuk ke dalam mobilnya.
"Otou-sama, kumohon jangan menyelinap ke dalam mobilku diam-diam." kata Riku saat masuk ke dalam mobilnya dan kemudian dari belakang Riku muncul lah Takeshi.
"Kau mau kemana?" tanya Takeshi yang penasaran.
"Bertemu Jendral Subaru. Otou-sama sendiri?" kata Riku sembari melepas wignya dan merapikan rambutnya.
"Menemui Jendral Besar Leo." jawab Takeshi. Riku pun menyalakan mobilnya dan melaju meninggalkan istana Holymizu.
"Riku, Tou-san akui rencanamu keren banget dan beruntung kau tidak pingsan." kata Takeshi bersemangat.
"Tentu saja, aku terpaksa menggunakan kristal Mana agar tidak pingsan." kata Riku yang masih fokus menyetir.
"Kau tahu, Yuriko-sama kagum denganmu. Kau bisa perlahan menyelesaikan kasus yang paling susah di kerajaan Holymizu." ucap Takeshi semangat. Riku hanya berdehem lalu menambah kecepatan.
"Tapi Tou-san ingatkan lagi, jangan pernah mengabaikan perintah, Riku. Tadi itu terlalu bahaya dan kau bisa saja bukan hanya pingsan, melainkan sudah singgah ke alam lain." kata Takeshi sedikit kesal karena perintahnya tadi di tolak oleh Riku.
"Sudahlah Otou-sama, aku juga tahu beberapa informasi penting tentang kasus 5 tahun yang lalu dan aku akan pastikan jika kasus ini akan tuntas hingga ke akarnya." jawab Riku serius.
'Nampaknya dia menemukan titik terang, hah...apa boleh buat jika sudak seperti ini.' Takeshi menepuk kepala Riku pelan dan tersenyum, "Ganbatte na Riku." satu kalimat itu membuat senyum Riku mengembang dan cahaya harapan di mata Riku bersinar terang.
"Ha'i." Riku dan Takeshi melanjutkan perjalanan ke bar yang biasa menjadi tempat berkumpul para tentara sihir kerajaan jika sedang ada di luar markas.
Mereka pun turun di bar langganan mereka dan saat masuk mereka disambut meriah oleh orang yang akan mereka temui.
"Riku-kun! Takeshi-san! Kami sudah menunggu kalian!" kata Leo dengan bsemangat membara. Sunohara Leo, Jendral Besar Pasukan tentara sihir kerajaan.
"Gomen, tadi ada kejadian yang tidak diinginkan Jendral Besar Leo." kata Takeshi hormat.
"Anakku tidak apa kan?! Momo-chan tidak apa kan?!" tanya Leo khawatir.
"Daijoubu, Riku melindungi kami." kata Takeshi dan Riku hanya tersenyum. Tak lama ada seseorang lagi yang masuk ke dalam bar.
"Kau? Kenapa kemari?" tanya Leo saat melihat siapa yang datang.
"Hanya melepas penat Ayah, lagipula kenapa Ayah di sini? Bersama Riku-kun juga Takeshi-sensei." kalau kalian menebak itu Momo, ya itu dia.
"Senpai, kenapa kau tidak bersama Yuki-senpai?" tanya Riku.
"Dia, pulang. Katanya ada keperluan, lalu kenapa kau di sini Riku-kun?" tanya Momo balik.
"Dia ada perlu denganku." Subaru Hastyne, jendral pasukan elit dan pasukan utama Tentara sihir kerajaan.
"Jendral kita bicara di sana." Riku menunjuk ke suatu sudut di bar tersebut dan menyeret Subaru seperti kucing.
"Hidoi yo Riku-kun, jangan menyeretku seperti kucing dong." protes Subaru yang diseret layaknya kucing.
"Harusnya yang protes itu aku Jendral, kenapa kau memanggilku di saat aku sedang tidak ingin ada pekerjaan?!" kata Riku sedikit kesal dengan kelakuan atasannya.
"Gomen tapi tidak ada yang bisa mengerjakan kasus ini selain kau. Ini sampel bubuk magnetis yang aku temukan di bangunan tua dekat ReMa." kata Subaru serius lalu memberikan tabung kecil dengan bubuk biru berkilau yang merupakan bubuk magnetis.
"Aku harus menelitinya dan kalian menggrebek markas mereka?" tanya Riku memastikan.
"Itu benar, Jendral Besar saja masih kesusahan untuk meneliti itu benar bubuk magnetis atau bukan. Ilmuwan terhebat di seluruh dunia yang ada di sini saja masih susah untuk membedakan bubuk magnetis dengan bubuk lainnya. Tapi aku yakin kau bisa menyelesaikan ini dengan mudah." jelas Subaru memberikan tabung itu pada Riku.
"Urusan markasnya, serahkan saja pada pasukan utama dan kau fokus meneliti saja." sambung Subaru.
"Baiklah, tapi aku hanya akan menelitinya jika tidak bekerja saja. Aku akan menelitinya dan memberikan laporan secepatnya." Riku pergi meninggalkan Subaru yang memesan minuman kepada pelayan.
"Otou-sama, Riku pulang duluan. Ada pekerjaan menunggu di rumah." kata Riku saat melewati meja di mana Ayahnya, Jendral Besar dan Seniornya berbicara.
"Baiklah, bilang ke Kaa-san dan Tenn kalau Tou-san akan pulang besok." Riku mengangguk lalu keluar dari bar dan pulang ke rumah dengan kecepatan sedikit tinggi karena jalanan mulai sepi walau masih ada beberapa kendaraan yang melintas.
"Tadaima." ucapnya setelah tiba di rumah.
"Okaeri, Riku-chan kenapa baru pulang?" tanya Rika yang sedang ada di dapur.
"Hanya ada sedikit masalah Okaa-sama, Tenn-nii mana?" kata Riku lalu menyerahkan tas dan barang lainnya kepada Carel.
"Di kamar, kau memberikan tugas proyek kepada kelasmu. Kau mau makan malam di mana?" kata Rika.
"Aku sudah makan malam, lalu aku ada hal yang harus aku kerjakan. Carel, pastikan tidak ada yang masuk ke dalam kamarku." Riku pun menaiki tangga menuju kamarnya.
"Okaa-sama! Otou-sama akan pulang besok, ada pekerjaan katanya!" kata Riku sedikit berteriak karena ia berada di kamarnya.
"Dasar, ayah anak sama saja." gumam Rika saat mendengar suara anak bungsunya yang mungkin menggelegar satu rumah dan dia melanjutkan kegiatannya.
"Lelahnya, tapi saatnya bekerja." Riku melepas jubah gurunya dan wignya yang tadi ia pasang saat di mobil, berjaga jika ada Tenn di bawah. Ia mengikat rambutnya dan mengenakan jas putih lalu pergi ke sebuah ruangan rahasia yang merupakan laboratoriumnya.
Kamar Riku sekilas memang normal, namun di beberapa titik tersembunyi terdapat tombol yang jika di tekan akan memunculkan sesuatu. Seperti yang Riku tekan untuk membuka pintu ke laboratorium rahasianya, tombol itu berada di bawah meja kerjanya yang tak jauh dari pintu masuk lab.
Riku menyalakan lampu dan mulai bekerja. Ia menuangkan sedikit bubuk tersebut ke sebuah wadah yang berisi zat-zat yang tidak mungkin tercampur.
"Tercampur tetapi masih ada yang tidak tercampur. 11% ini bubuk magnetis, next." Riku melakukan penelitian itu hingga pukul 1 pagi dan tertidur di meja kerjanya saat menuliskan laporan penelitiannya.
Pukul 5 pagi, Riku bangun dari tidurnya dan langsung bersiap untuk mengajar lagi. Ia pun memakai lagi wignya dan karena matanya sedikit merah, ia meneteskan obat tetes mata.
"Lega, aku hari ini pakai kacamata saja. Kalau aku paksain bisa bisa buram lagi penglihatanku nanti." gumam Riku lalu ia memakai kacamatanya.
Tok..tok..tok..
"Riku, ayo berangkat. Kelas ada jam pagi lho." panggil Tenn dari luar.
"Baiklah, tunggu sebentar." Riku menyambar ponsel dan tasnya kemudian keluar kamar.
"Kenapa kau memakai kacamata hari ini? Mata mu sakit atau bagaimana?" tanya Tenn yang ada di samping Riku saat menuruni tangga.
"Sedikit lelah jadi aku pakaikan kacamata." kata Riku bohong dan Tenn percaya. 'Mana mungkin aku bilang jika aku lupa memakai kacamata saat meneliti. Mati aku kalau Okaa-sama tahu.' batin Riku.
"Ohayou Okaa-sama." sapa mereka berdua saat tiba di ruang makan.
"Ohayou, kalian sarapan lalu berangkat ya. Kaa-san harus berangkat pagi dan Riku-chan, Kaa-san ingatkan kalau nanti sebelum pulang akan ada rapat guru-guru. Kaa-san berangkat ya, ittekimasu." jelas Rika yang ternyata sudah siap dengan seragam dan tasnya pun sudah ada di kursi ruang makan.
"Ha'i, itterasai Okaa-sama." Rika mencium kedua kening anaknya dan baru berangkat. Mereka berdua sarapan dengan tenang dan kemudian baru berangkat.
"Carel, kau bantu aku menyelidiki penyebaran bubuk magnetisnya. Saat aku pulang kau sudah harus ada di kamarku untuk laporan, paham." bisik Riku saat akan berangkat.
"Riku ikou, kita akan terlambat nanti." panggil Tenn dari garasi.
"Ha'i! Ingat perintahku tadi, ittekimasu." Riku pun pergi ke garasi dan mereka berangkat ke sekolah bersama.
Seluruh sekolah sudah tahu hubungan antara Tenn dan Riku, walau marga Tenn masih belum diganti menjadi Nanase lagi karena Takeshi, Rika bahkan Riku sibuk jadi belum ada waktu untuk mengurusnya.
Sesampainya di sekolah, para murid perempuan menyapa keduanya dan di respon baik. "Kau ke kelas saja langsung, ada hal yang harus aku urus dahulu." kata Riku saat meraka berada di lorong. Tenn berbelok ke kelas 5-1 sedangkan Riku ke perpustakaan.
𝙽𝚎𝚡𝚝...
14/05/2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top