09. Festival Sihir

Takeshi langsung pergi ke tempat yang Riku katakan dan saat masuk dia hanya melihat Carel sedang membereskan ruangan tersebut, "Di mana Riku, Carel?" tanya Takeshi saat tidak kunjung melihat anak bungsunya.

"Riku-sama masih di kamarnya Takeshi-sama, beliau minta untuk Takeshi-sama menunggu di ruang kerja." kata Carel yang sedang membersihkan meja kerja yang ada di sana.

"Wakatta, kau teruskan kerjaan mu ya." jawab Takeshi duduk di sofa yang ada di salah satu sisi ruangan dan dia mengambil satu buku acak yang ada di rak dekatnya.

"Ha'i Takeshi-sama, saya permisi." Carel pamit keluar dengan membawa satu katong sampah dan juga beberapa alat kebersihan lainnya. Selama 15 menit menunggu, Takeshi hanya membaca buku acak yang tadi dia ambil hingga selesai.

Riku datang setelah Takeshi 20 menit menunggu, dengan kata lain dia datang setelah 5 menit Takeshi selesai membaca buku, "Menunggu lama?" tanya Riku saat masuk ke ruangan tersebut.

"Tidak, kau nikmati saja makan malam mu tadi. Tou-san tidak masalah harus menunggu lama, jadi kenapa kau ingin bertemu?" Riku pergi ke kursinya dan menatap serius Takeshi yang masih bersantai di sofa.

"Mengenai 'panggilan' yang kau dapat." Takeshi tersenyum dan dia duduk di kursi yang ada di depan Riku.

"Sadar juga kau rupanya nak, oke akan Tou-san ceritakan." Takeshi menjelaskan semuanya yang dia tahu dan Riku hanya mendengarkannya dengan seksama agar tidak ada informasi yang terlewat.

Keesokan harinya, seperti biasa Riku berangkat ke sekolah dan pulang sedikit larut dari biasanya hingga hari festival sihir tiba.

Sejak pagi-pagi sekali, kediaman Nanase sudah ramai dengan berbagai aktivitas penghuninya yang sedang bersiap ke festival sihir yang di adakan di Colosseum istana yang jaraknya sedikit jauh dari kediaman Nanase.

"Takeshi! Jangan kelamaan mandinya!"

"Okaa-sama! Di mana jubahku!?!"

"Riku! Jangan terlalu lama berendam!"

"Riku! Kenapa sepatu dan dasimu ada di kamar sini?!"

"Riku! Jangan lupa sarapan dulu!"

Dan lain sebagainya. Para pelayannya saja sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah tuan mereka dan akhirnya setelah keributan tersebut terjadi, mereka pun sarapan dengan tenang.

Mereka harus berangkat pagi karena keluarga Nanase mendapatkan undangan juga dan mereka adalah satu-satunya keluarga yang mendapatkan undangan resmi langsung dari sang Ratu.

"Riku pakai jubah yang benar dong. Nah selesai." kata Tenn saat melihat Riku belum benar memakai jubahnya.

"Gomen, souka nanti berangkat bersamaku saja Tenn-nii. Sekarang kan kau sudah jadi bagian dari Nanase lagi. Boleh ya?" Riku mengeluarkan jurus andalannya, puppy eyes.

"Boleh, tapi marga Tenn belum resmi berganti. Otou-san akan mengurusnya jika tidak ada pekerjaan." kata Takeshi yang masih sibuk memakai dasinya.

"Baiklah kalau begitu, Carel jaga rumah! Tenn-nii, aku tunggu di mobil." Riku pun berlalu untuk memanaskan mobilnya.

Tenn selesai sarapan tidak lama setelah Riku pergi. Ia mengambil tasnya dan pamit lalu Tenn lalu masuk ke mobil Riku dan memakai sabuk pengaman.

"Tenn-nii pakai sabuk yang benar juga Riku sarankan untuk tutup mata." kata Riku memakai sabuk pengaman.

"Memang kau mau apa?" Riku menyergai dan memainkan perseneling dengan lincah kemudian tancap gas.

"Mengebut." Riku terus menambah kecepatannya dan setelah 5 menit akhirnya mereka tiba di Colloseum istana tepat saat jalanan mulai ramai.

"Tenn-nii daijoubu?" tanya Riku dengan tampang polosnya saat mesin mobil sudah dimatikan.

"Hah...hah...hah...kau...setiap...hah..hari..sep..perti...ini...?" Tenn terengah-engah karena terkejut, beruntung dia tidak pingsan seperti korban Riku yang lainnya saat diajak Riku mengebut terutama saat menggunakan mobilnya sendiri.

"Tidak, hanya jika jalanan akan ramai saja. Sudahlah, aku akan turun duluan untuk menemui seseorang. Tenn-nii mau kemana?" Tenn pun tenang kembali dan menunjuk ke anak-anak kelas 5-1 yang sudah berkumpul.

Mereka pun berpisah. Riku awalnya berjalan menuju tempat festival tetapi saat sampai di pertigaan, bukannya belok ke arah kiri Riku belok ke arah kanan tempat di mana hanya para tentara sihir kerajaan saja yang boleh masuk.

Setelah melewati penjagaan, Riku pun bergabung dengan tim Akai Ryuu yang sudah menunggunya di salah satu sudut taman.

"Maaf lama." kata Riku saat bertemu anggota Akai Ryu.

"Daijoubu, souka kenapa kau tidak mengawasi murid-muridmu?" jawab Grycellia yang masih santai.

"Yang lain belum sampai, baiklah kita akan bergerak sesuai rencana. Jika melenceng dari rencana awal, hubungi aku." kata Riku serius.

"Akai Ryuu, ganbare!" mereka pun berpencar dan Riku kembali ke tempat seharusnya mereka berkumpul.

Festival pun di mulai, para tamu undangan sudah duduk di tempatnya masing-masing. Nampak kursi sang Ratu belum juga diduduki oleh seseorang dan tak lama, Yang Mulia Ratu Yuriko ke-15 datang dan memulai festival sihir.

Acara pertama adalah penampilan sihir akrobat dari masing-masing sekolah undangan dan di lanjutkan dengan pertunjukkan musik dari Holymizu Gakuen.

Saat kelas Riku melakukan sihir akrobat sebagai perwakilan sekolah, para penonton terkagum-kagum dengan penampilan mereka yang lebih mengagumkan dari tahun lalu ditambah saat Riku muncul di akhir sebagai penutup.

Setelah selesai acara pembukaan, acara yang paling dinantikan adalah pertandingan sihir antar sekolah. Raut wajah Riku sangat serius saat melihat kemampuan para murid bahkan para guru Arfoni Gakuen.

"Selanjutnya penampilan sihir dari salah satu guru terbaik di Reshine Majutsu Gakuen, Nanase Riku." Riku pun turun ke lapangan dari tempatnya duduk.

"Kira-kira sihir apa yang akan ia tunjukkan? Mari kita saksikan." Riku berpikir sejenak lalu mulai beraksi.

"Wahai api dalam diriku, keluarkan amarahku, dalam wujud. Phoenix."

Dari tubuh Riku keluar api yang membara dan api itu berkumpul membentuk seekor burung yang sangat besar.

"Woah! Riku-sensei mengeluarkan phoenix, burung api langka dari dalam tubuhnya! Menakjubkan!" seru pembawa acara dan Riku menjentikkan jarinya dan kembali ke tempat duduknya.

"Anakmu luar biasa ne, Takeshi-kun Rika-chan." kata Yuriko saat melihat Riku.

"Sou tapi itu belum seberapa Yuriko-sama. Ia hanya mengeluarkan sedikit dari sihirnya." kata Takeshi yang memang kagum pada Riku.

Pertandingan sihir pun berlanjut dan kini tiba pertandingan antara kelas 1-2 Holymizu Gakuen melawan kelas 2-3 Reshine Majutsu Gakuen.( kelas Momo )

Kelas 2-3 nampak tersudut di tengah pertandingan tetapi mereka berhasil bangkit kembali dan kemenangan diraih oleh Reshine Majutsu Gakuen.

"Bagus sekali Momo-kun, tidak salah kalau kelasmu termasuk dalam salah satu kelas unggulan." kata Banri yang ada di samping Momo. Riku mendengar itu tetapi ia memilih diam dan memperhatikan.

'Semoga Ratu baik baik saja. Otou-sama, Okaa-sama, onegai lindungi Ratu.' batin Riku memperhatikan tempat Ratu Yuriko dan orang tuanya duduk lalu ia fokus kembali ke pertandingan.

Setelah menang dari Holymizu Gakuen, kini giliran kelas 2-3 melawan kelas 3-3 Arfoni Gakuen.

"Momo-senpai, jangan menangkan yang satu ini." kata Riku saat Momo akan bilang untuk memenangkan babak kali ini.

"Doushita Riku-kun?" tanya Momo penasaran.

"Kita lihat dulu, ada perasaan tidak nyamanku muncul jika kita menang." Momo pun menghubungi orang yang sedang di lapangan untuk menghemat tenaga.

Pertandingan pun dimulai dan benar saja perasaan Riku, saat kelas Momo akan menyerang dengan kekuatan tingkat 4, pihak lawan mengeluarkan sihir tingkat tinggi dan berakhir kekalahan bagi Reshine Majutsu Gakuen.

"Ini kekalahan pertama. Pertama kali Reshine Majutsu Gakuen kalah telak." kata komentator.

"Salah, dulu aku pernah kalah telak di pertandingan sihir. Momo-senpai aku pergi ke toilet sebentar." Riku pun pergi dari tempat duduknya.

Saat di toilet ia menyalakan kalung komunikasi dan berbicara dengan Shira yang lokasinya paling dekat dengan podium Ratu.

"Nande?"
"Bagaimana keadaannya?"
"Masih di bawah kendali, tetapi aku masih ragu karena ada beberapa gerakan mencurigakan dari balik podium Ratu."
"Lanjutkan tugasmu, aku akan kembali ke tempat pertandingan."
"Ha'i wakarimashita."

"Rahasiamu akan terbongkar hari ini juga, Arfoni Gakuen." Riku kembali ke tempat pertandingan dan menonton dengan serius.

Saat babak semifinal, perwakilan kelas 5-1 yaitu Iori, Tsumugi dan Tenn hampir saja di kalahkan oleh pihak lawan jika Riku tidak menyuruh mereka menyimpan kristal Mana dan Reshine Majutsu Gakuen pun maju ke babak final melawan Arfoni Gakuen.

Babak final pun dimulai dan Riku pun memasang wajah lebih serius lagi dari sebelumnya.

"Akhirnya! Karena skor seimbang, Reshine Majutsu Gakuen dengan Arfoni Gakuen harus bertanding kembali dan....kali ini guru mereka yang akan bertanding!" sorakkan terdengar di mana-mana.

"Heh? Sudah mulai ternyata? Baiklah senpai tachi, Riku permisi." Riku melompat dari podium tempatnya duduk ke arena dan mendarat dengan selamat dan aman.

"Yo Nanase Riku, hisashiburi da ne." kata lawan Riku yang tak lain kawan lama Riku saat masih menjadi prajurit pelatihan, Amehara Neko.

"Ternyata kau gurunya Amehara Neko, kurasa kau belum jera juga ya?" kata Riku menatap Neko datar.

"Tidak perlu basa basi, kita mulai saja~" Neko menyerang dahulu dan Riku menghindarinya dengan mudah. Beberapa serangan Neko bisa dipatahkan dengan mudah.

"Keluarkan sihirmu!" kata Neko yang mulai kesal karena Riku hanya menangkis dan menghindari sihirnya.

"Pelindung hitam." Riku mengeluarkan sihir pelindung saat Neko akan menyerangnya dari 4 arah sekaligus.

"Dasar kau ini tidak pernah belajar. Pedang iblis." di tangan Riku kini terdapat pedang yang di selimuti oleh kegelapan bahkan sebagian tangan Riku juga berubah menjadi hitam.

Pedang itu bernama 'Pedang Iblis', pedang yang sangat langka dan salah satu pedang yang sulit di taklukkan. Pedang yang di buat sejak ribuan tahun yang lalu oleh iblis dunia bawah itu kini berada di tangan Riku.

"WOAH!!! Riku-sensei mengeluarkan pedang langka! Pedang iblis!" kata komentator.

"Tidak mungkin, pedang itu. Kau itu siapa sebenarnya?!!" Riku berjalan mendekat dengan membawa pedang iblis di tangan kirinya.

"Hanya kawan lamamu saat di tempat pelatihan dan juga pengajar sihir di tempatku belajar dulu." jawab Riku dengan pandangan membunuhnya. Sihir yang dikeluarkan Neko bisa dipatahkan dengan hanya mengayunkan pedang iblis.

Pedang iblis memiliki sifat pembalik dan juga menyerap sihir, tergantung kemauan pemiliknya. Namun saat jarak mereka sudah dekat, Neko mulai bertingkah aneh. Riku refleks mundur dan kekuatan jahat terlihat di sekeliling Neko.

'Gawat! Ini seperti efek obat boneka 5 tahun yang lalu, aku harus melindungi orang yang ada di sini terutama Yang Mulia Ratu.' batin Riku dan dia mengeluarkan sihir pelindung terkuat.

"Pelindung Malaikat Putih."

Riku menggunakan pelindung untuk melindungi para tamu dan juga Ratu. Riku mencoba menebasnya dengan pedang iblis yang ada di tangannya tetapi itu tidak menimbulkan efek apapun.

Malah yang terjadi adalah sebaliknya, Neko semakin kuat dan tidak terkendali. Riku berulangkali mendapatkan serangan dari Neko yang kini sudah diluar kendali.

"Tch ternyata pedang iblis akan memberinya kekuatan. Kalau pedang iblis memberinya kekuatan, pasti pedang malaikat juga. Aku tahu, pedang pertamaku tapi aku harus menghemat Mana...."

Neko masih menyerang Riku brutal dan serangannya tidak bisa ditebak karena Neko sendiri sudah kehilangan kesadarannya. Riku hanya bisa menghindar jika ingin menghemat Mana.

"Baiklah, kalau terdesak akan ku gunakan kristal Mana." putus Riku.

Riku masih menghindari beberapa serangannya tetapi tak jarang dia mengeluarkan sihir untuk bertahan dan menyerang walau nanti Neko akan menyerapnya juga.

"Riku! Jangan gegabah! Dia itu salah satu pengonsumsi obat boneka! Menjauhlah darinya Riku!" seru Shira dari luar kubah.

Riku mengetahuinya dan bukannya menghindar, namun Riku terus bertahan hingga menemukan cara menghilangkan efeknya.

"Riku! Ini perintah! Keluar dari kubah sekarang!" seru Takeshi yang ada di sebelah Shira.

"Gomen tapi untuk yang ini aku menolak mundur! Kalian lindungi penonton, tamu dan Ratu Yuriko! Aku bisa menghadapinya!" jawab Riku yang masih terus-terusan menghindar serangan brutal Neko.

Selama 15 menit, Riku berusaha meminimalkan penggunaan Mana. Karena Neko makin liar, Riku pun langsung mengeluarkan kristal merah yang merupakan kristal Mana.

"Dewa kehancuran, pinjamkan kekuatanmu, pinjaman pusakamu. Pedang kehancuran, Aresa."

Pedang pun muncul di hadapan Riku dan itu pedang sihir pertamanya, Pedang kehancuran, 'Aresa'. Pedang yang menghancurkan semua hukum alam.

Pedang Aresa merupakan satu pedang yang tidak sengaja tercipta dan pedang ini akan melawan hukum alam yang ada.

Walau sebenarnya tidak ada satu benda pun yang bisa menghancurkan hukum alam, tetapi kabarnya pedang ini diciptakan oleh dewa kehancuran dan peperangan, Ares.

"Aku akan menghilangkan kejahatan yang ada di dalam dirimu Neko-kun, bersiaplah." Riku melesat ke arah Neko dan menusukkan pedang itu tepat di jantungnya.

Neko perlahan menjadi manusia kembali dan aku menghilangkan pelindung yang Riku pasang tadi.

'Ternyata ada pengendali dan aku menghancurkannya tadi. Aku mulai tahu titik terang kasus ini.' Riku manaruh pedangnya di sebelahnya dan menyembuhkan Neko.

'Ada juga alat pelacak di jantungnya dan ukurannya tidak masuk akal. Alat itu seukuran sel dan bisa melarut dalam tubuh. Aku akan diskusikan ini kepada yang lainnya.' batin Riku saat menyembuhkan Neko.

𝙽𝚎𝚡𝚝...

Minna yaho~

Akhirnya setelah 2 minggu-an(?) Amy akhirnya up juga dan chap nya agak panjang ya? Ga papa biar kalian puas, ehe( ̄∇ ̄)

Oke mata ne minna, semoga bisa up cepet kek dulu.

12/05/2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top