06. Akai Ryuu

"Ini...tidak mungkin! Korban jiwa pertama dari obat boneka, jadi obat itu sudah dibuat! Tch." Riku meletakkan kembali tab-nya secara kasar ke meja kerjanya dan langsung mengganti pakaian santainya ke pakaian formal.

Dengan terburu-buru, Riku mengambil tas dan kunci mobilnya kemudian turun ke lantai bawah. Takeshi dan Rika yang melihat Riku turun, dengan tas juga aura yang ia keluarkan, tidak bisa berkutik karena mereka tahu jika mereka menghentikan Riku sekarang maka Riku tidak segan-segan untuk mengurung diri lagi.

Hal ini menyangkut masalah 5 tahun yang lalu, Riku benar-benar terpukul saat kasus yang membuat sahabat terbaiknya, yang sudah dia anggap sebagai saudara, meninggal dan kasus yang sama terjadi lagi dengan korban yang juga tidak sedikit. Jadi, maklum saja Takeshi dan Rika tidak menghentikan Riku.

"Takeshi-kun, aku sebenarnya sedikit khawatir dengan keadaan Riku-chan. Tapi..." kata Rika saat melihat Riku keluar dengan aura tadi.

"Tapi jika kita menghentikannya, Riku akan jadi pengurung diri lagi dan kita tak ingin dia mengurung diri kembali. Aku paham, kita berdoa agar kasus ini cepat selesai dan Riku kembali tenang ya." lanjut Takeshi merangkul sang istri. Rika tersenyum tipis dan memeluk Takeshi.

Riku yang ada di garasinya pun langsung menuju mobilnya dan setelah memanaskan mobil, ia melajukan mobilnya menuju ke tempat kawasan militer dengan kecepatan sedang.

Drt..drtt...drttt...

"Nande? Aku tidak mau basa-basi, jendral."
"Hah...kau ada di mana?"
"Perjalanan ke kantor. Doushite?"
"Mau rapat?"
"Hanya dengan Akai Ryuu."
"Besok kau ada acara atau kegiatan?"
"Mengajar, tapi lusa karena tanggal merah jadi aku libur. Why?"
"Pakai bahasa inggris segala, oke lusa temui aku di bar biasa jam 6 petang."
"Wakatta, aku tutup."

Riku menutup panggilan dan fokus ke jalanan. Setelah beberapa menit, akhirnya ia tiba di kantor di mana para tentara sihir kerajaan melakukan rapat dan aktivitas lainnya termasuk latihan.

Riku keluar dari mobil dan berjalan menuju ke dalam kantor. Saat masuk ke dalam ia disambut dengan baik karena pangkatnya cukup tinggi, yaitu Mayor.

Ia pun menaiki lift dan pergi ke lantai 8 di mana ruangannya berada dan tempat ia akan melakukan rapat nantinya. Saat di dalam lift, ia menelpon salah satu bawahannya.

"Mayor, apakah ada perlu dengan saya?"
"Kau sedang dalam misi?"
"Tidak, ada yang bisa saya bantu?"
"Selidiki jejak obat boneka. Aku tunggu laporan setiap 3 hari dan lapor saat malam tiba."
"Baik, laksanakan Mayor."

Panggilan ditutup oleh Riku dan tak lama lift yang ia naiki sampai di lantai 8. Ia pun pergi ke salah satu ruangan di mana tim Akai Ryuu sudah menunggu.

"Maaf terlambat." kata Riku saat memasuki ruangan.  ( Kapten tim Akai Ryuu )

"Daijoubu Senchou, kami juga baru sampai." ucap Grycellia Hamlinty yang duduk di sebelah kiri kursi yang akan Riku duduki. ( Wakil kapten tim Akai Ryuu )

"Sou desu yo dan Shira-san juga akan datang nanti." kata Redina Reyku membersihkan pedang kesayangannya. ( member tim Akai Ryuu, ahli pedang )

"Itu benar, tapi seharusnya dia sudah sampai karena sudah 1 jam yang lalu dia bilang akan kemari." kata Fisry Glidasy yang sedang mengisi ulang pistolnya. ( member tim Akai Ryuu, penembak jarak jauh )

"Mungkin dia terjebak macet." kata Teryce Hamlinty, adik Grycellia, sambil memainkan tabnya ( member tim Akai Ryuu, ahli bela diri dan informan )

"Maaf terlambat, tadi terjebak macet." kata Shira yang baru saja datang saat Riku baru saja duduk di tempatnya. ( member tim Akai Ryuu, ahli strategi )

"See?" Riku tanpa basa-basi memulai rapat kecil itu namun berpengaruh besar untuk ke depannya.

"Apa kalian sudah menerima pesan dari jendral besar?" ucap Riku memulai rapatnya.

"Ya, tentang korban jiwa obat boneka itu jujur aku sedikit kesal. Aku ingin melemparnya ke luar angkasa atau tidak ke planet lain." Teryce.

"Bukan hanya kau, kami juga sama kesalnya. Apalagi korbannya kali ini adalah warga tidak bersalah, sudah cukup sebagian dari anggota tentara kerajaan dan salah satu anggota kita, jangan sampai warga tidak bersalah juga ikut terlibat." Fisry.

"Jadi, apa langkah kita selanjutnya Senchou? Aku yakin kau sendiri juga tidak akan berdiam diri setelah kesalahan kita 5 tahun lalu. Kau sendiri sudah berjanji untuk tidak mengulang kesalahan yang sama." Shira.

"Untuk masalah ini, aku sudah meminta bawahanku menyelidikinya. Sementara kita awasi saja dari jauh dan kita harus tetap berkontak selama misi ini, jangan ada yang tiba-tiba hilang kontak, aku tidak ingin kejadian dulu terulang dan menyebabkan anggota kita mati lagi." putus Riku dan mereka pun setuju.

Hening beberapa saat hingga Riku mengusulkan sesuatu. "Ne apa kalian mau mengunjungi Deryn? Dia pasti senang karena kita mengunjunginya bersama-sama." aura Riku yang awalnya serius kini berubah sendu saat mengatakan hal itu.

"Kita kunjungi dia, aku yakin bayi besar itu akan kesepian karena kita tidak mengunjunginya setelah berbulan-bulan." kata Shira menepuk pundak Riku yang ada di sampingnya.

"Bagaimana jika kita bawakan dia sake?" usul Redina dan itu mendapatkan jitakan dari Hamlinty bersaudara.

"Dia masih kecil, baka! Kita bawakan dia jus favoritnya saja dan mungkin dia ingin mendengarkan kisah kita selama ini." kata Grycellia dan mereka pun pergi bersama ke komplek pemakaman tentara.

Sebelumnya mereka mampir membeli bunga, jus nanas, camilan coklat dan sake. Saat sampai di komplek pemakaman, mereka langsung menuju ke makam yang mereka tuju.

Batu nisan tertulis nama Deryn Flancy dan foto seorang anak laki-laki yang sedang tersenyum lebar. Mereka berenam membersihkan makamnya dan berdoa sejenak.

"Ne Deryn, kali ini kami datang berenam lho. Kami juga bawakan jus dan camilan favoritmu." kata Riku meletakkan jus dan camilan yang tadi mereka beli.

"Kau tahu Deryn-kun? Sebenarnya tadi Redina-san mengusulkan untuk membawakan sake untukmu, dasar dia ini padahal kau masih di bawah umur." kata Grycellia melirik tajam ke arah Redina.

"Apa salahnya? Kita juga kalau berkumpul pasti akan ada sake bukan?" kata Redina tidak terima. Redina adalah penyuka sake dan tidak heran jika saat berkumpul akan ada banyak botol sake berserakan.

"Iya itu karena kita sudah legal! Astaga kau ini." Redina lagi-lagi mendapatkan jitakan dari Grycellia. Riku, Fisry, Teryce dan Shira hanya bisa tertawa saat melihat keduanya yang tidak pernah akur sedari dulu.

"Kalian berdua ini sangat menghibur, betulkan Senchou?" kata Teryce yang suka lelah dengan sifat kakaknya.

"Ya, Deryn sampai tertawa keras. Kalian berdua ini tidak ingat umur atau bagaimana?" mereka tertawa dan penjaga pemakaman hanya tersenyum saat melihat Akai Ryuu tertawa di depan salah satu makam. Hal itu sudah biasa baginya dan itu seperti hiburan tersendiri.

Mereka berada di sana hingga matahari akan tenggelam. Mereka membereskan kekacauan yang mereka buat sebelum pergi.

"Tak terasa ya sudah mau malam saja, kami akan kemari lain kali Deryn. Jangan menangis ya bayi besar, mata ne." ucap Riku mengelus batu nisan itu dan menyusul anggotanya yang sudah menunggunya.

"Apa bayi besar kita akan merengek seperti dulu ya, jika kita tinggal?" tanya Shira mengingat tingkah mendiang Deryn yang tidak sesuai umur.

"Ahahhaha kurasa." keenamnya pulang untuk beristirahat. Riku sampai rumah dalam keadaan lelah dan melewatkan makan malam.

"Apa dia baru saja minum? Wajahnya merah dan aku mencium bau alkohol." tanya Rika saat melihat wajah Riku yang sedikit memerah semasa Riku menaiki tangga.

"Mungkin, petugas pemakaman bilang jika Akai Ryuu mengunjungi makam Deryn-kun. Mereka katanya juga membawa sake." jawab Takeshi yang sedang mengelap piring cucian.

"Padahal dia baru 18 tahun lho, ini pasti kerjaannya Redina-chan. Aku akan melihat keadaannya." Rika mengelap tangannya yang basah dan pergi ke kamar Riku dengan membawa segelas air.

Rika membuka pintunya perlahan dan yang dia lihat hanyalah Riku yang sudah terlelap tanpa mengganti pakaiannya juga wajah yang memerah akibat kebanyakan minum. Riku tahan dengan alkohol, hanya saja jarang minum jika tidak di paksa oleh Redina.

"Ayah dan anak sama saja." gumam Rika saat melihat keadaan Riku, mengingatkan dia pada Takeshi yang dulunya juga suka seperti ini.

Setelah menggantikan pakaian Riku dan membenarkan posisi tidur Riku, Rika keluar dan menyusul Takeshi yang sudah tidur duluan.

Keesokkan harinya Riku bangun lebih pagi karena hari ini ia harus mengajar lagi, walau besok ia libur kembali tetapi bagi Riku, setiap hari bukanlah hari libur. Saat bangun, kepala Riku sedikit pusing dan dia meminum air yang tadi malam Rika bawakan.

"Astaga Redina-san, dia tahu aku akan mengajar hari ini tapi dia memaksaku minum. Hah..." Riku duduk sebentar agar pusingnya menghilang lalu dia pergi mandi agar bau alkohol yang masih menempel itu hilang terutama di mulutnya.

"Huft...hari ini aku ada kelas siang saja tapi aku terpaksa berangkat pagi karena ada hal yang harus aku kerjakan. Besok jadwalku hanya bertemu dengan jendral, kurasa tak apa aku tidur lebih lama." gumam Riku saat memakai wignya.

Setelah memastikan wignya terpasang dan tubuhnya sudah tidak ada bau alkohol, terutama mulutnya, dia pun mengambil tas dan kunci mobilnya.

Ping..

Riku melirik ke ponselnya dan membuka pesan masuk yang baru saja ia terima. "He? Carel sudah selesai ternyata. Temui aku di bar jam 6 petang."

Riku pun mematikan ponselnya kemudian turun ke lantai bawah. Hari ini Riku berencana untuk menaiki mobil karena tempat yang ia kunjungi sedikit jauh dari sekolah.

Saat Riku menuruni tangga, nampak Takamasa dan Tenn sedang berbicara dengan Takeshi sedangkan Rika berkutat dengan peralatan memasak.

"Taka-san kenapa kau kemari?" tanya Riku saat di tangga bawah.

"Riku-kun, karena aku harus pergi lagi dan aku tidak yakin meninggalkan Tenn-kun sendirian jadi aku mengembalikan Tenn-kun kepada kalian." kata Takamasa tanpa basa-basi.

"Baiklah, tapi Tenn-nii tidak bisa satu kamar denganku. Ada kamar kosong di sebelah kamar Otou-sama dan Okaa-sama, kau bisa pakai kamar itu." kata Riku lalu ia mengambil roti yang sudah di siapkan.

"Riku-chan, makan dulu baru berangkat. Minum air putih dulu." kata Rika yang baru akan memberikan air putih.

"Gomen Okaa-sama, aku ada pekerjaan pagi ini dan aku sudah minum air yang ada di nakas. Ittekimasu!" kata Riku lalu ia pergi ke garasi dan melajukan mobilnya.

"Riku-kun selalu sibuk ya, Takeshi? Kalau begitu aku pergi dahulu, kalau aku sudah kembali aku akan berkunjung." Takamasa pun pamit pergi.

"Tenn, maaf ya ini sudah jadi keputusan Riku. Oh ya, kamu ada kelas pagi tidak?" tanya Takeshi setelah Takamasa pergi.

"Iie daijoubu Otou-sama, lalu aku hanya ada kelas siang. Lalu bukannya Riku hanya mengajar di kelas siang hari ini, kenapa pagi-pagi sekali dia berangkat?" tanya Tenn heran.

"Ada pekerjaan lain yang tidak bisa dia tinggalkan. Ayo sarapan dulu, lalu lihat kamarmu." kata Rika menata sarapan.

'Mungkin aku harus bertanya nanti saja pada Riku. Mungkin malam nanti atau besok.' batin Tenn dan telepon rumah berdering.

"Halo dengan kediaman Nanase."
"Otou-sama, aku pulang terlambat nanti. Jadi jangan cari ya. Salam buat yang lain."

"Lha, kenapa tidak bilang dari tadi? Mungkin buru-buru." gumam Takeshi lalu ia pergi ke meja makan.

"Siapa yang telepon, Otou-sama?" tanya Tenn yang duduk di sebelah Rika.

"Riku, dia bilang akan pulang terlambat. Sudah ayo sarapan, setelah ini kau di rumah bersama Rey tidak apa kan? Otou-san ada pekerjaan dan Okaa-san juga harus ke sekolah pagi-pagi." Tenn mengangguk dan mereka sarapan dengan tenang.

Sedangkan Riku, ia pergi ke pinggiran kota Fleryca sendirian. Saat di perbatasan, ia sempat dimintai keterangan oleh penjaga perbatasan.

"Maaf ada perlu apa anda keluar dari perbatasan." kata salah satu penjaga. Riku melepas wignya dan menunjukkan kartu identitasnya yang asli. Riku mempunyai banyak kartu identitas untuk memperlancar misinya.

"Mayor, silahkan lewat. Buka pintunya!" gerbang pun terbuka dan mobil Riku pun melewati perbatasan.

"Huh repot banget. Tapi tak apa, sekarang fokus ke misi." gumam Riku. Mau tahu kenapa Riku pergi ke pinggiran kota?

Itu karena misi individu yang ia dapatkan sebagai bagian dari pasukan khusus rahasia tentara sihir kerajaan. Misinya adalah menyelidiki tentang gerakan mencurigakan di perbatasan kota Fleryca.

Walau hanya menyelidiki, misi ini berpengaruh besar terhadapi kota Fleryca, baik secara keamanan maupun ekonomi.

Riku memarkirkan mobilnya di dekat gerbang penjaga dan mengaktifkan mode penyamaran. "Saatnya misi." Riku pun dengan menggunakan jubah hitam mulai memeriksa setiap wilayah dengan teliti.

3 jam pun berlalu dan kini Riku sudah berada di titik awalnya atau di mana ia memarkirkan mobilnya. "Sementara belum ada yang mencurigakan tapi untuk berjaga jaga, aku pasang penyadap juga kamera." gumam Riku setelah ia meletakkan alat penyadap dan kamera pengintai di beberapa tempat.

"Yosh saatnya kembali. Aku harus berangkat sekarang, bisa-bisa aku terlambat." Riku pun masuk ke mobilnya dan mulai melaju ke Reshine Majutsu Gakuen.

𝙽𝚎𝚡𝚝...

Hiya maaf up malem malem. Semoga kalian enjoy dengan chap ini, mata ne.

12/04/2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top