05. Bersama Kakak
Setelah kejadian tidak terduga tadi, Riku langsung melajukan mobilnya pulang ke rumah dan berhenti di garasi mobilnya.
"Fyuh beruntung aku aku langsung cepat pergi. Taruh barang setelah itu...laporan misi ku sebelum ini juga belum aku kirim, kirim lewat email saja." gumam Riku saat dia masih ada di dalam mobil.
Setelah memarkirkan mobilnya dengan rapi, ia pun mengambil barang belanjaannya dan memasuki rumah.
"Tadaima." kata Riku lalu dengan inisiatif, pelayan pribadi keluarga Nanase, Reyford, membantu Riku membawa belanjaannya.
"Okaerinasai Riku-sama, biar saya bantu bawakan." kata Rey lalu membawakan sebagian belanjaan Riku.
"Arigatou Rey-kun, ini langsung bawa ke kamarku saja. Otou-sama, kalau ada yang cari aku suruh tunggu dulu. Aku ada kerjaan yang masih belum selesai." kata Riku saat akan menaiki tangga dengan membawa sebagian belanjaanya.
"Iya, tapi banyak banget belanjaan kamu. Apa aja itu?" kata Takeshi saat melihat Riku.
"Hanya buku." jawab Riku singkat lalu ia naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamarnya.
"Rika-chan, menurutmu Riku akan baik-baik saja?" tanya Takeshi setelah mendengar pintu kamar Riku ditutup.
"Daijoubu Takeshi-kun, dia anak yang kuat. Walau ia harus terbelenggu dengan takdir yang mengikatnya, ia tetap bisa hidup seperti orang normal lainnya." jawab Rika lalu tak lama bel rumah berbunyi dan Rey yang sudah kembali dari kamar Riku pun membuka pintunya.
"Tenn-sama, okaerinasai. Silahkan masuk, saya akan panggilkan tuan, nona dan tuan muda." Rey pun berjalan memanggil Takeshi, Rika dan Riku.
Saat memanggil Takeshi dan Rika tidak ada masalah, tetapi ada sedikit drama saat memanggil Riku.
"Riku-sama, ada tamu." kata Rey dari luar kamar Riku.
"Suruh tunggu 10 menit. Juga jangan ada yang masuk kamarku, aku akan membereskan kamarku dulu." kata Riku dari dalam kamar yang terkunci.
"Ha'i Riku-sama, tetapi anda yakin akan berpenampilan seperti itu?" hal itu membuat Riku membuka pintu kamarnya dan memunculkan kepalanya saja.
"Maksudmu?" tanya Riku balik dengan wajah penasaran.
"Iya, apa anda yakin dengan penampilan anda yang sekarang?" Riku memiringkan kepalanya bingung dan tiba-tiba dia mengingat sesuatu.
"Siapa tamunya?" tanya Riku lagi.
"Tuan muda Tenn-sama." Riku awalnya diam dan menutup pintunya dengan keras.
Hal itu membuat seluruh penghuni rumah yang ada di ruang tamu terkejut, sedangkan Rey sweatdrop akan kelakuan tuan mudanya satu itu yang suka sekali merusak sesuatu jika sedang terburu-buru, terutama pintu.
Takeshi, Rika dan Tenn yang terkejut pun menaiki tangga dan melihat Rey sedang terdiam di depan pintu kamar Riku.
"Rey? Riku di mana?" tanya Takeshi mendekat ke Rey.
"Sedang bersiap tuan dan tuan muda melarang ada yang masuk ke kamarnya." jawab Rey menunjukkan pintu kamar Riku.
Sedangkan di dalam kamar Riku yang...em...seperti kapal pecah..😅padahal tadinya sudah rapi bahkan sudah tertata sesuai warna, abjad dan ukuran yang sama, namun kini sudah hilang kerapian itu hanya karena satu barang.
Kini ia sedang mondar-mandir mencari cari wignya yang entah ia lempar kemana saat melepasnya tadi pagi.
"Kenapa sekarang?! Astaga, ini wig tadi aku lempar ke mana coba?!" dumel Riku sembari membuka lemari dan laci.
Lemari bajunya berantakan, meja kerjanya penuh dengan kertas, baju-baju yang awalnya tergantung dengan rapi kini berada di sofa dan kasur, tempat tidurnya berantakan, rak bukunya tak beraturan, dan yang paling parahnya entah itu karena apa, di atas AC ada selimutnya.
"Ketemu, ya ampun. Berantakan banget, lalu...itu selimut kenapa bisa ada di atas sana? Udah ah nanti aku beresin." Riku pun segera memakai wignya dan merapikan bajunya.
"Maaf lama, eh Tenn-nii?" kata Riku saat keluar kamar.
"Riku tadi kenapa kau membanting pintunya keras sekali? Kau mau menghancurkannya lagi?" tanya Takeshi mengintimidasi.
"Lagi?" tanya Rika dan Tenn bersamaan.
"Iya, bulan lalu karena sedang terburu-buru. Pintu kamarnya di banting dan hancur tak berbentuk saking kerasnya." jawab Takeshi melirik Riku dan yang dilirik hanya tersenyum polos dengan wajah tanpa dosa.
"Riku-chan, setelah ini bereskan kamarmu dan turunkan selimut yang ada di atas AC. Paham?" Riku kaget saat mendengar hal itu dari Rika, pasalnya tidak ada yang masuk kamarnya dan melihat keadaan kamarnya sekarang.
Bahkan Rika sampai tahu jika selimut nya ada di atas AC kamarnya. Riku merinding seketika mendengar titah sang ibu negara yang jika sudah seperti itu, maka tidak bisa terbantahkan lagi.
"Apa benar?" Riku hanya mengangguk lalu saat Takeshi ingin membuka pintu kamar Riku, Riku reflek menyegel pintu dengan segel tingkat tinggi yang hanya Riku yang menguasainya.
"Nanti akan aku bereskan, sekarang kita ke bawah oke?" Riku menarik orang tua dan kakaknya ke lantai bawah.
'Hampir saja, kalau sampai dibuka rahasiaku akan diketahui Tenn-nii. Otou-sama ini perhatian sedikit lah dengan anakmu satu ini.' dumel dalam hati Riku walau wajahnya tersenyum lebar.
Setelah melepas rindu dengan makan siang bersama, mereka pun berkumpul di ruang keluarga.
"Tenn-nii, apa Taka-san tahu kalau Tenn-nii kemari?" tanya Riku yang sedang bermanja dengan Tenn.
"Tahu dan dia mengijinkanku, bahkan dia juga memperbolehkan menginap di sini jika mau." jawab Tenn menyisiri rambut Riku.
"Souka...Otou-sama apa Onee-san akan kemari?" kata Riku saat teringat sesuatu. Takeshi tersenyum tipis dan beberapa saat kemudian bel rumah berbunyi kembali.
Rey membukakan pintu dan ternyata yang berkunjung adalah Shira yang baru ditanya oleh Riku.
"Riku, aku datang." kata Shira saat di persilakan masuk. Riku yang awalnya merebahkan diri dengan paha Tenn sebagai bantalannya, kini langsung berdiri dan menghampiri Shira yang masih ada di ruang tamu.
"Onee-san! Ku kira kau tidak datang. Ah aku rapikan kamar dulu, yang lain di ruang keluarga." Riku langsung melesat ke kamarnya sedangkan Shira berjalan ke ruang keluarga.
"Shira-chan, hisashiburi desu ne." kata Rika saat melihat Shira.
"Rika-san, sudah sehat ternyata. Maaf tidak sempat berkunjung dulu." kata Shira sopan. Rika mengisyaratkan Shira untuk duduk di sebelahnya dan Shira pun menurutinya.
"Otou-sama, perempuan yang dipanggil 'Onee-san' oleh Riku itu siapa?" tanya Tenn saat melihat Shira yang sedang mengobrol dengan Rika.
"Dia itu temannya Riku waktu sekolah, karena Riku merasakan sebuah aura yang persis dengan auramu sebagai kakak jadi Shira di panggil kakak oleh Riku. Namanya Yumena Shira." jelas Takeshi meminum kopi yang baru saja Rika buat.
"Ano Rika-san, Takeshi-san, maaf tidak bisa melindungi Deryn saat 'itu'. Gara-gara aku, Deryn pergi dan Riku jadi berubah." kata Shira menundukkan kepalanya saat teringat dengan mendiang sahabatnya.
"Onee-san. Semua ini bukan salahmu, ini kesalahan organisasi kurang ajar itu. Kalau pun saat itu Onee-san bersama Deryn, siapa dong yang ada di hadapanku ini?" kata Riku saat turun tangga.
"Tapi.." kata Shira. Riku menghela nafas dan mendekati Shira, lalu...
Pletak!
Riku menyentil dahi Shira dan yang disentil mengaduh kesakitan.
"Ini hukumannya, karena sudah membiarkan Deryn sendiri dan juga mengurung diri. Tapi, aku senang kalau Onee-san saat itu ada di tempat lain, aku senang kalau bukan Onee-san korbannya. Walau aku masih sedih soal Deryn, tapi tak apa." kata Riku lalu ia memeluk Shira.
"Ne Tenn-nii, Onee-san, ayo ke kamarku. Aku tunjukkan sesuatu yang keren." kata Riku layaknya anak kecil dan menarik kedua sosok kakaknya menuju kamarnya.
Takeshi dan Rika tersenyum tipis melihat tingkah putranya yang tidak sesuai umur, 'Arigatou Kami-sama, kau memberikan kebahagiaan kepada Riku yang terbelenggu dengan takdirnya. Hountoni arigatou.' batin Takeshi dan Rika.
Tak terasa malam tiba dan saat makan malam awalnya hening tetapi itu terpecahkan karena pertanyaan Riku.
"Otou-sama, apa aku boleh tidak mengajar lagi?" tanya Riku tiba-tiba.
"Kenapa?" tanya Takeshi balik.
"Aku tidak ingin membahayakan sekolah." pernyataan itu membuat Tenn dan Shira kebingungan.
"Maksudnya?" tanya Shira penasaran. Riku menunduk dan menatap Takeshi.
"Shira, nanti kita bicara di ruanganku. Tenn kau bisa temani Riku sebentar kan?" kata Takeshi dan Tenn mengangguk.
"Makasete." Rika, Takeshi dan Shira pun pergi ke ruang kerja Takeshi dan menguncinya sedangkan si kembar, mereka berbicara di kamar Riku.
Riku Pov
Hah...kurasa akhirnya Shira akan menyadari sesuatu dan...gomen ne Tenn-nii, aku harus berbohong kepadamu.
Setelah kami masuk ke kamarku, aku langsung pergi ke balkon kamarku yang mengahadap langsung ke pegunungan.
"Riku, kau ini kenapa termenung saja?" tanya Tenn-nii, aku menoleh ke arahnya lalu menatap kembali pegunungan yang ada jauh dihadapanku.
"Tidak, oh dan Tenn-nii apa kau tahu kalau aku itu pengajar di ReMa?" kataku. Tenn-nii pun berdiri di sampingku dan menatap ke depan.
"Tidak, aku sendiri awalnya terkejut saat kau berada di kelas dengan pakaian guru. Tapi, kenapa Riku?" aku menatap Tenn-nii heran, apa maksudnya bertanya kenapa padaku.
"Kenapa apanya?" tanya ku balik karena tidak tahu maksud darinya, aku bukanlah orang yang bisa membaca pikiran orang.
"Kenapa kau tidak pernah memberitahuku kalau kau sekolah di ReMa saat 8 tahun?" aku memahami pertanyaan Tenn-nii dan aku duduk di pembatas balkon.
Aku hanya tersenyum menatap pemandangan di hadapanku dan menikmati angin semilir sebelum menjawab pertanyaan Tenn-nii.
Aku sudah menduga kalau Tenn-nii akan bertanya demikian dan aku yakin ada banyak pertanyaan yang masih ada di dalam dirinya.
"Aku sekolah di sana 2 hari setelah kau pergi dengan Taka-san. Itupun aku masuk menggunakan beasiswa yang cukup hingga 5 tahun, tapi aku hanya 2 tahun di sana. Sisa beasiswa nya aku berikan untuk orang lain." jelasku yang tidak lepas dari pemandangan di hadapanku.
"Lalu tahun lainnya kau ke mana?" aku terkejut saat mendengar pertanyaan itu, lalu aku menarik nafas dalam dalam.
"Aku pergi ke berbagai negara untuk meningkatkan kemampuanku. Lalu karena kejadian 5 tahun yang lalu, aku pun kembali ke sini dan mengurung diri hingga 2 tahun lalu saat umurku 16 tahun aku mulai keluar rumah dan tahun kemarin aku mulai menjadi pengajar. Sekian." jelasku secara singkat dan ada sedikit kebohongan karena bukan waktunya Tenn-nii tahu masalahnya.
Kulihat Tenn-nii hanya diam dan dia pamit pulang karena sudah malam, tidak jadi menginap. Jujur aku ingin menghabiskan banyak waktu dengannya, tapi ada banyak hal yang menungguku.
"Aku pulang dulu Riku, aku akan kemari lagi jika ada waktu. Kau jaga dirimu." ucapnya saat akan keluar dari kamarku.
"Un Tenn-nii juga jaga diri, hati-hati saat di jalan." jawabku melambaikan tangan, pintu tertutup saat Tenn-nii sudah keluar dan aku turun dari pembatas balkon.
"Deryn, gomen." gumamku lirih, lalu masuk ke dalam kamarku kembali dan menutup pintu sebelum aku beranjak tidur.
Author Pov
Riku pun tidur saat setelah Tenn pergi dan bangun saat pukul 8 pagi. Beruntung ia masih libur dan ia tidak akan terburu-buru.
"Astaga aku lupa lepas wig, sebaiknya aku tidak memakainya hari ini. Gerah juga pakai wig." gumam Riku lalu melepas wignya dan mengikat rambutnya.
"Aku senang kalau aku bisa berguna bagi banyak orang. Tapi...dengan aku berlama-lama di ReMa, identitasku sebagai pasukan khusus rahasia tentara sihir kerajaan dan kapten tim Akai Ryu akan terbongkar. Juga tentang jati diriku yang sebenarnya pasti akan terbongkar juga." Riku menatap dirinya di cermin dan menyentuh kaca cermin.
"Kami-sama, apa yang harus diri ini perbuat? Aku tahu kalau kau tidak akan memberikan ujian yang di atas di batas kemampuan manusia itu sendiri, tapi perasaan bimbang ini terkadang sering membuat ujian itu menjadi sulit." Riku pun berganti pakaian dan saat akan keluar kamar, tab Riku berbunyi.
Riku mengambil tab-nya kemudian membuka pesan masuk itu dan Riku membelalakkan matanya saat membuka pesan itu karena terlalu terkejut akan isi pesannya.
𝙽𝚎𝚡𝚝....
Asik nih double up. Lumayan bisa nemenin kalian buat ngisi waktu. Hehehe
Mata ne minna~
11/04/2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top