04. Bertemu Yumena Shira
Riku pun mulai menanyakan materi mana yang masih belum di pahami kepada para muridnya setelah mereka mengumpulkan tugasnya.
"Jadi, apakah ada yang ingin kalian tanyakan? Tentang materi yang sudah kita pelajari sebelumnya." kata Riku setelah menata buku yang dikumpulkan.
"Sensei ada satu hal yang ingin aku tanyakan namun aku tidak yakin jika ini termasuk dalam materi." kata Tenn mengangkat tangannya.
"Tanyakan saja, sensei akan berusaha menjawabnya." kata Riku tersenyum tipis.
"Ano sensei ada yang ingin saya tanyakan." Kata Tenn mengangkat tangannya, Riku merespon dengan anggukan.
"Saat di Arfoni Gakuen, kami pernah membahas soal iblis di awal tahun pembelajaran. Katanya iblis itu datang dari neraka dan di segel di dunia bawah yang tidak ada kehidupan, apa itu benar?" kening Riku sedikit mengerut dan dia mulai menggambar sesuatu di papan tulis.
"Jadi begini Tenn-kun, iblis ini terbagi dalam dua jenis, yaitu iblis neraka dan iblis dunia bawah." Riku mengalihkan pandangannya ke murid-muridnya sebelum lanjut mengambarkan sesuatu yang rupanya cukup mengerikan walau masih setengah jadi.
"Perlu kalian ketahui kedua iblis ini berbeda walau mereka sama-sama iblis namun kenyataannya mereka berbeda. Materi ini sebenarnya akan kita bahas setelah tes tulis, namun tidak masalah jika kita membahasnya sedikit." Riku pun melanjutkan gambarannya dan menuliskan beberapa hal di luar gambar iblis tersebut.
"Untuk iblis neraka yang di segel di dunia bawah memang itu benar dan bukan dongeng yang dulu kita suka dengar dari nenek atau kakek ataupun buyut kalian, jika kalian pernah mendengar cerita soal Reika-sama yang merupakan penyihir suci, pasti kalian tahu kisahnya."
"Iblis neraka memiliki bentuk yang mengerikan dan juga suka membuat kekacauan agar mereka bisa memakan energi negatif dari manusia. Itu adalah iblis neraka yang memang habitatnya seharusnya ada di alam neraka dan tidak pernah keluar dari sana."
"Lalu iblis dunia bawah, fisik mereka sama persis dengan kita para manusia. Mereka juga lebih suka memakan makanan manusia daripada energi negatif manusia, tapi yang membedakannya adalah warna matanya yaitu merah darah yang menyala." nampak murid-muridnya sedikit ketakutan saat Riku menjelaskan ciri-ciri iblis dunia bawah dan Riku melanjutkan penjelasannya.
"Tapi kalian tenang saja, mereka sudah dikabarkan menghilang akibat serangan iblis neraka dahulu saat di dunia bawah." jelas Riku panjang lebar sembari menunjuk ke papan tulis.
"Baiklah, untuk materi ini hanya dasarnya saja dulu yang harus sensei jelaskan dan untuk selebihnya setelah tes tulis berlangsung minggu depan. Ada yang ingin ditanyakan lagi?" beberapa murid mengangkat tangannya untuk menanyakan materi dan Riku menjelaskan materi-materi yang ditanyakan hingga bel pulang berbunyi.
"Baiklah, yang ingin mendapatkan kelas tambahan dari sensei bisa menetap di kelas ini. Sensei akan menemui Takeshi-sensei dahulu sebelum kelas tambahan di mulai." Riku pun pergi ke ruang kepala sekolah dan kini ia berada tepat di depan pintu ruangan tersebut dan tanpa ragu, ia masuk ke dalam ruangan itu setelah mengetuk pintu.
"Apa kepala sekolah memanggilku?" ucap Riku saat masuk ke ruangan itu.
"Duduk, lalu ada yang ingin bertemu denganmu Riku." ucap Takeshi serius.
"Dare?" Takeshi menunjuk ke sudut ruangan dan dari kegelapan muncul seseorang yang membuat hidupnya tetap berarti walau dia harus kehilangan salah satu sahabatnya, Deryn Flancy.
"Riku." Riku membelalakkan matanya dan berlari memeluk sosok tersebut sembari menangis senang.
"Onee-san, kau kemana saja selama ini?! Shinpai dayo." ucap Riku di sela pelukannya.
Orang itu adalah partner, sahabat sekaligus sosok kakak perempuan bagi Riku ketika ia sedang membutuhkan sesosok kakak, namanya Yumena Shira.
"Gomennasai ne Riku, aku mengurung diriku karena tidak berhasil melindungi Deryn. Hounto ni gomennasai Riku." ucap Shira menyembunyikan wajahnya di pelukan itu. Riku melepas pelukannya dan menggeleng pelan.
"Iie daijoubu, yang terpenting Onee-san baik-baik saja itu sudah cukup bagiku." kata Riku dan mereka berdua kembali berpelukan melepas kerinduan satu sama lain.
Takeshi yang melihat itu tersenyum senang karena melihat mata Riku perlahan menampakkan cahaya kembali setelah bertahun-tahun.
"Berkunjunglah ke rumah kalau kau mau, Onee-san. Pintu rumah akan terbuka lebar untuk mu, ngomong-ngomong bagaimana kau tahu kalau aku di sini?" tanya Riku heran.
"Dari Taka-san, kebetulan dia juga yang memintaku untuk menemuimu." Riku memiringkan kepalanya bingung.
"Kenapa?" tanya Riku polos.
"Katanya agar kau jadi tidak sedih lagi. Dia juga bilang kalau kau sudah sering keluar masuk rumah sakit karena drop ya?" jawab Shira mencubit hidung Riku.
"Itu karena dia terlalu memaksakan diri dan ditambah sedang banyak pikiran, alhasil dia keluar masuk rumah sakit. Bahkan 4 hari yang lalu ia baru saja keluar rumah sakit dan kemarin ia sempat pingsan." kata Takeshi lalu melirik Riku.
"He? Naruhodo, sudahlah tak perlu khawatir lagi. Semua akan baik-baik saja, sekarang Onee-san ada di sini." ucap Shira menguatkan Riku.
"Wakatta, kalau begitu aku pergi dulu. Ada yang meminta kelas tambahkan padaku, sampai jumpa Onee-san." Riku pun keluar ruangan dan menuju ke kelas untuk kelas tambahan yang muridnya pinta.
"Dia anak yang kuat ya." gumam Shira dan di setujui oleh Takeshi. Shira pun tak lama pamit pulang karena sudah senja dan Takeshi juga pulang tak lama setelah Shira.
Riku sendiri masih berada di sekolah hingga malam karena banyak yang meminta pelajaran tambahan padanya. Ia baru sampai di rumah saat orang tuanya baru akan makan malam dan tanpa menyapa, karena terlalu lelah, ia langsung ke kamarnya.
Hening, itulah yang terjadi saat makan malam dan Rika merasanada yang berbeda karena ada yang kurang.
"Takeshi-kun, di mana Riku-chan?" tanya Rika kepada Takeshi.
"Dia tadi makan malam di luar lalu pergi tidur saat sampai rumah. Mungkin dia lelah, biarkan dulu. Dia juga dalam masa pemulihan, kau jangan khawatir padanya." kata Takeshi menenangkan istrinya.
"Ya, kurasa kau benar. Lalu apa aku boleh kembali kerja?" Takeshi terkejut dan menggelengkan kepalanya kuat.
"Dame! Kau baru sadar kemarin setelah 5 tahun tertidur! Big no!" kata Takeshi heboh sembari memberikan tanda silang besar menggunakan tangannya.
"Aku hanya bercanda, lagipula besok Riku liburkan?" Takeshi pun duduk dan mengangguk.
"Iya, besok sekolah libur. Ada apa?" kata Takeshi heran.
"Tidak hanya saja, aku ingin dia gunakan waktu itu untuk istirahat." jawab Rika.
"Kumohon kata-kata itu kau gunakan juga untuk dirimu sendiri, bukan hanya pada kami." ucap Takeshi.
Keesokan paginya, Riku akhirnya terbangun dari tidurnya dan langsung mencuci mukanya. Saat melihat ke cermin, ia baru sadar kalau wignya belum ia lepas.
"Lupa, kemarin aku langsung tidur. Lepas ah, gerah. Lagipula hari ini sama besok libur, ihi lucky." gumam Riku lalu melepas wignya dan mengikat rambutnya yang panjangnya hampir sepunggung.
Saat turun dari lantai atas, ia melihat Takeshi sedang berbicara dengan seseorang. Takeshi merasakan kehadiran seseorang dan mengode Riku untuk turun.
"Riku, kau mungkin belum kenal. Ini Sakura Haruki, teman Takamasa dan juga dia komandan pasukan elit. Haruki, ini anakku namanya Nanase Riku." kata Takeshi memperkenalkan orang di hadapannya.
"Nanase Riku desu, pengajar sihir di ReMa dan kapten tim Akai Ryu. Yoroshiku." kata Riku sopan.
"Kau Erin?" tanya Haruki.
"Ha'i, saya Erin tapi itu nama samaran saya." jawab Riku.
"Souka, Takeshi-kun kau punya anak yang luar biasa ternyata. Kalau boleh tahu tingkat apa?" Riku menoleh ke ayahnya dan ayahnya menggangguk.
"Sebenarnya jarang saya memberitahukannya karena bisa menyebabkan saya diburu, tetapi para tentara sihir pasti tahu kalau saya sudah tingkat leluhur." Haruki terkejut, pasalnya rata-rata tentara sihir kerajaan hanya tingkat 4 atau tidak tingkat 5 dan yang tingkat tinggi hanya sedikit, sedangkan yang tingkat profesor bisa di hitung dengan jari.
Tapi anak ini dia tingkat leluhur, tingkatan tertinggi dari penyihir di usianya yang muda ini, pasti dia anak yang istimewa. Itulah yang Haruki pikirkan tentang Riku.
"Itu benar?" tanya Haruki memastikan.
"Sou desu, saat 9 tahun dia sudah tingkat profesor dan 2 tahun setelah itu dia naik tingkat." jelas Takeshi merangkul anaknya.
"Awalnya kami tidak percaya, tetapi melihat ada sesuatu yang istimewa dari Riku-chan. Kami yakin kalau dia sudah setingkat itu." kata Rika yang baru datang dengan membawakan nampan berisi minuman.
"Okaa-sama, mintalah bantuan Rey-kun atau setidaknya panggil Riku untuk membawakan ini." kata Riku lalu membantu Rika menyediakan minuman.
"Kudengar rumor kalau dia ini itu pasukan khusus rahasia tentara sihir kerajaan, apa betul?" tanya Haruki.
"Itu benar Sakura-san, dia bergabung ke tentara sihir kerajaan setelah lulus pada umur 10 tahun dan masuk ke pasukan khusus rahasia saat 12 tahun." jelas Rika duduk di sebelah Takeshi.
"Otou-sama, Okaa-sama, aku ingin keluar sebentar. Apa boleh?" tanya Riku bangkit dari duduknya.
"Dengan penampilan itu?" tanya Rika dan Riku mengangguk.
"Dengan identitas Rikle Frency?" tanya Takeshi dan lagi Riku hanya mengangguk.
"Baiklah, tetapi sebelum makan siang sudah harus di rumah." kata Rika.
"Ha'i wakatta yo Okaa-sama, padahal hanya keluar sebentar. Jaa ittekimasu." Riku pun keluar rumah dan pergi ke garasi.
"Itterasai." ucap ketiga orang yang ada di sana.
Riku menaiki mobilnya yang merupakan hadiah ulang tahunnya yang ke-17. Riku pun melajukan mobilnya menuju ke toko buku langganannya.
Dengan mulus ia memarkirkan mobilnya dan menguncinya. Saat masuk ke dalam toko tersebut, ia disambut oleh penjaga toko.
Riku pun pergi ke bagian buku novel dan mengambil beberapa buku tentang tentara kerajaan dan setelah itu ia pergi ke bagian buku sihir.
Ia mengambil beberapa buku tentang sihir tingkat profesor, tingkat leluhur, sihir dasar dan juga buku sejarah sihir.
Jika di total ada 45 buku yang ia ambil. 10 buku novel sejarah, 10 buku sihir tingkat profesor, 10 buku sihir dasar, 10 buku sihir tingkat leluhur dan 5 buku sejarah sihir.
"Rikle-kun, banyak sekali kau beli buku?" heran penjaga toko.
"Hihi buku yang di rumah sudah ku baca semua, ini aku pakai ATM saja." kata Riku lalu menyodorkan ATM kepada penjaga toko.
Setelah membayar, ia pun keluar dari toko. Saat akan meletakkan buku yang ia beli di bagasi belakang mobil, ada yang tidak sengaja menyenggolnya dan menyebabkan beberapa buku jatuh.
"Sumimasen, daijoubu?" tanya orang yang menyenggolnya.
"Ha'i daijoubu. Arigatou..." kata Riku terjeda saat melihat orang yang menyenggolnya. 'Kami-sama! Apa tidak cukup kami bertemu di sekolah?!' batin Riku berteriak dengan wajah tenang.
"Kujou Tenn desu, anata?" kata orang yang menyenggol Riku yang ternyata itu adalah Tenn.
"Rikle Frency desu, kalau begitu saya permisi." kata Riku lalu memasukkan buku di bagasi dan masuk ke mobilnya.
"Tunggu." Riku berhenti seketika karena Tenn memanggilnya. 'What again?!!!' batin Riku berteriak.
"Ah kurasa aku pernah melihatmu di suatu tempat. Apa kau mengenal Nanase Riku?" tanya Tenn.
"Tidak, maaf tidak kita baru saja bertemu hari ini. Lalu siapa juga yang tidak mengenali guru terhebat ReMa. Saya permisi." Riku pun masuk ke dalam mobilnya dan langsung tancap gas.
"Dia benar sih jika Riku pasti di kenal satu kota. Tapi rasanya dia seperti Riku. Ah lebih baik aku mengunjunginya di rumah." dengan berjalan kaki ia berjalan menuju rumah Riku yang dulunya adalah rumahnya juga.
𝙽𝚎𝚡𝚝...
Hiya gomen agak telat dari sebelumnya dan agak pendek daripada chap sebelumnya. Mata ne minna
10/04/2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top