5

Lion #1 lanjut, yg ini lanjut juga dong!!!

Kuy cek lagi!!!

Komen dan vote juga!!

Purple U
💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

______________________________________



Setelah keheningan yang cukup lama yang melanda setelah pertanyaan terakhir Shin, Aki pada akhirnya bersuara. Menjawab pertanyaan yang sebenarnya hanya iseng ditanyakan oleh pemuda dari keluarga Asuka itu.

“Aku tidak bisa menunjukan sisi itu padamu, karena pada dasarnya kau mengenalku jauh sebelum sifat itu bisa aku tunjukan kepada siapapun!

Dan lagi Miki-chan dan kau memiliki kedudukan yang berbeda, tidak bisa disamakan. Jika kau keberatan dengan itu aku akan merubahnya. Tidak masalah untuk ku” kata Aki pada akhirnya sembari merubah posisinya yang tadinya terbaring menjadi duduk kembali dan menatap punggung Shin yang sudah beranjak beberapa meter dari tempat nya tadi.

Sementara Shin, yang awalnya sudah berjalan beberapa langkah menuju pintu itu berhenti begitu mendengar perkataan Aki, ia mendengarkan dengan baik kata-kata dari mulut Aki sebelum berbalik dan membalas kalimat Aki tadi,

“Tapi masalah untuk ku! Sebenarnya aku bertanya itu hanya untuk menghilangkan rasa penasaran ku saja. aku lebih suka kau yang biasanya dari pada yang penuh senyum manis tetapi hanya topeng belaka.

Bagi ku, Aki yang aku kenal adalah yang seperti ini. Aki yang bersikap manis itu bukan Aki sahabatku. Aku tahu bedanya sikap manis mu yang tulus dan mana yang hanya topeng. Sikap manis  tulus mu hanya akan keluar dengan spontan, dan itu hanya pada beberapa orang, Miki adalah salah satunya.

Yah.., sebenarnya jika mau jujur, kau mungkin tidak sadar, terkadang sikap mu manis juga padaku walaupun hanya lewat tulisan yang biasa kau tulis di chat ataupun email mu. Tetapi aku menyukainya karena itu tulus dari hatimu. Untuk Miki-chan tentu saja aku dan dia berbeda. Ia adalah adikmu dan aku adalah sahabatmu. Benarkan?” katanya

Kedua pemuda itu saling pandang dan sesat kemudian terkekeh bersamaan, mereka merasa lucu dengan apa yang barusan mereka bicarakan. Sejak kapan mereka menjadi begitu sensitif seperti tadi, pikir keduanya. Sepertinya efek perjumpaan langsung setelah sekian lama membawa dampak yang cukup aneh bagi keduanya.

“Kita seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar dan kemudian berbaikan saja!” kata Shin

“Cih, Aku tidak sudi punya kekasih sepertimu! Lagi pula aku juga masih normal, bukan Gay, sialan!” Balas Aki sambil berdecih tidak sudi. Entah kemana rasa kantuk yang tadi dia katakan itu.

“Aku juga masih normal, baka! Itu hanya perumpamaan. Katanya kau jenius begitu saja tidak mengerti!”

“Maaf saja, aku tidak suka mengumbar ke jeniusanku!”

“Mengaku saja jika kau sebenarnya bodoh, apa susahnya!”

“Susahnya karena pada kenyataanya aku tidak bodoh seperti mu!”

Sejak dulu, hubungan mereka memang selalu seperti ini. kadang akur dan tenang, kadang bisa seperti tikus dan kucing. Perdebatan tidak penting seperti ini adalah hal yang sudah biasa bagi keduanya sejak mereka balita, meskipun saat itu kata-kata yang keluar dari mulut mereka belumlah jelas pengucapan dan tata bahasanya yang masih amburadul, tetapi perdebatan seolah sudah menjadi kebiasaan mereka.

Bahkan saat keduanya terpisahkan oleh jarak karena Aki yang harus kembali ke Negara asalnya saat itupun, keduanya masih sering berdebat entah lewat chat ataupun telepon.

“Hanya kau yang mengataiku bodoh! Aku ini cukup terkenal karena otakku yang pintar ini tahu!”

“Hem, karena aku jenius, makanya aku mengatakan kau bodoh!”

“Cih, katanya tidak suka pamer! Omong kosong!”

“Pamer itu kadang di perlukan di situasi tertentu!”

“Dan situasi apakah itu?”

Perdebatan ini tidak akan ada habisnya sebelum ada yang mengalah diantara salah satunya. Aki yang keras kepala dan Shin yang tidak mau kalah. Bukankah mereka perpaduan yang sempurna untuk memancing keributan?

“Situasi dimana aku harus meyadarkan orang bodoh sepertimu yang suka sekali berimajinasi terlalu jauh!”

“Sialan kau! Kau itu memang seperti ular! Kata-katamu penuh bisa!” kata Shin tidak mau kalah, tidak ada sejarahnya ia kalah dengan mudahnya dari Tsukishiro Aki yang cerewet, keras kepala dan menyebalkan itu pikirnya.

Aki dan kepercayaan dirinya yang tinggi memang tidak bisa di pisahkan. “Terima kasih, aku anggap itu pujian!” ucapnya dengan senyum lebarnya yang terlihat sekali itu menipu.

“Aku sedang tidak memujimu!

“Hem, sudah pulang sana! aku benar-benar butuh tidur!”

“Cih! Ini aku juga akan segera pergi! Dasar..”

“pergilah, tutup pintu dengan benar!”

“Cerewet! Aku pergi!” Kata Shin pada akhirny

Sepertinya kali ini memang ia yang harus mengalah. Ia tidak buta, ia tahu meskipun Aki membalas semua kata-katanya dengan semangat, tetapi tubuhnya tidak, ia memperatikan bahwa sejak tadi Aki beberapa kali hampir limbung walaupun masih bisa menyeimbangkan dirinya dengan baik.

“Shin…” panggil Aki saat Shin berada beberapa langkah darinya dengan pelan, rasanya tubuhnya hampir tidak bertenaga saja. Sepertinya sebelum ia melaksanakan niatnya untuk keliling Jepang, terlebih dahulu ia harus mengistirahatkan tubuhnya yang terasa remuk ini.

“Apa? Tadi kau yang menyuruhku cepat pergi!” Jawab Shin malas tetapi tetap melangkahkan kakinya kearah pintu  depan dan meninggalkan ruang tengah apartemen itu.

Lebih cepat ia pergi maka lebih cepat Aki beristirahat, begitu pikirnya. Aki itu adalah tipe orang yang tidak suka mengumbar keadaaannya.

Aki berjalan mengikuti Shin yang sudah berada di dekat rak sepatu,“Tidak ada..”

Shin yang sedang duduk di undakan dekat rak sepatu itu berkata sembari menggunakan sebelah sepatunya, “Aku pergi….” Ucapnya padahal memasang sepatu saja masih sebelah.

“Sampaikan salamku pada keluargamu!” Kata Aki pada akhirnya,

Ia cukup dekat dengan keluarga Asuka yang dulu sering kali datang berkunjung ke kediaman keluarga Tsukishiro untuk bertemu dengan Otousannya yang entah untuk urusan apa.

“Cih, begitu saja lama sekali, baiklah akan ku sampaikan nanti!”

Walaupun berdecih, nyatanya Shin tersenyum mendengar perkataan Aki. Sudah ia katakan Aki itu paling sulit mengungkapkan perasaannya secara gamblang pada orang lain. Ia sudah selesai memakai sepasang sepatunya dan sudah berada di depan pintu siap untuk meninggalkan Apartemen mewah itu dan membiarkan si pemilik untuk beristirahat, tetapi lagi-lagi niat mulianya itu harus tertunda saat suara itu kembali memanggil namanya.

“Shin…”

“Ada apa lagi Tuan Muda Aki yang terhormat! Jika tidak penting aku akan melemparmu dengan sepatu ku!” Jawab Shin.

Habis sudah kesabarannya lama-kelamaan, ini  sudah yang kedua kalinya Aki cerewet itu memanggil namanya saat ia sudah akan pergi, Ia bersumpah jika Aki memanggil namanya lagi untuk yang ketiga kalinya nanti, maka ia akan benar-benar melakukan perkataannya barusan! Melemparkan sepatunya ke kepala Tuan Muda Tsukishiro itu.

Sementara si pemanggil sepertinya tidak merasa bersalah sedikitpun karena membuat kesal sahabatnya untuk yang kesekian kalinya, sejak mereka bertemu tadi siang.

Dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki, pada akhirnya kalimat bernada lirih dan pelan itu terdengar menyapa telinga satu-satunya manusia di ruangan itu selain dirinya. “Terima kasih” ucapnya

Butuh beberapa saat bagi Shin untuk memproses kejadian itu!

Bukannya Aki tidak pernah mengatakan terima kasih, jarang memang, tetapi keadaan anak itu saat mengucapkan terima kasih terlihat lebih membuat terkejut dan miris secara bersamaan.

Aki terlihat antara sadar dan tidak sadar, tubuhnya masih menyender di dinding dekat rak sepatu dengan kedua tangannya lurus di kedua sisi tubuhnya, tertapi terlihat sekali betapa lemasnya ia dan Shin yakin setelah ia keluar dari Apartemen ini bisa dipasatikan Aki akan lansung jatuh pingsan atau tertidur.

Semoga saja anak itu masih sanggup berjalan kearah kamarnya, jika tidak ia pasti akan berakhir dengan tidur di lantai ditengah musim gugur yang mulai mendingin ini. Aki itu jika sudah tidak bisa menahan lelahnya. Ia bisa tidur dimana saja dan kapan saja!

“Ekhem, sama-sama! Baiklah aku pulang dulu. Sampai jumpa besok!” katan Shin setelah berhasil sadar akan keadaaan.

Sebaiknya ia berhenti menghiraukan perkataan Aki apapun itu, anak itu butuh istirahat bukannya terus berusaha untuk tetap sadar begitu.

“Hem, tutup pintunya dengan benar!” balas Aki dengan mata yang sudah hampir tertutup dan mulai melangkahkan kakinya dengan sempoyongan berusaha mempertahankan kesadarannya, setidaknya hingga sampai pada kamarnya.

Sementara Shin yang masih berdiri didepan pintu hanya bisa berdecih menyaksikan bagaimana sahabatnya berjalan menuju kamar dengan keadaan hampir seperti orang yang sedang collapse itu.

“Cih! Manisnya hanya sebentar ternyata! Pastikan kau tidak tidur di lantai Aki-kun!

Musim dingin hampir berakhir, suhu mulai mendingin kau akan berakhir diranjang rumah sakit jika tetap melakukannya! Percayalah!” katanya sebelum benar-benar keluar dari Unit Apartemen itu.

Sementara Aki? Ia sudah tidak menghiraukan perkataan Shin tadi, yang lebih penting baginya adalah sampai di kamar sebelum ia benar-benar tidak kuat menahan dirinya untuk tetap sadar.

Ahh.. kalau sudah begini sepertinya lantai yang akan menjadi tempatnya berbaring lagi seperti tiga hari yang lalu, dimana terakhir kalinya ia mendapatkan waktu tidur yang benar-benar tidur! Ucapnya dalam hati.

*****


“Yak Alien gila! Berhenti mengirim spam padaku!”

Suara terikan itu terdengar nyaring dikeheningan malam di kamar pemuda yang baru saja memasukkan suapan pertamanya dari makan malamnya yang sudah sangat terlambat itu. Ini sudah lewat tengah malam tentu saja waktu makan malam sudah terlewat sangat lama. Tetapi sepertinya si pemuda tidak peduli dengan itu, yang penting perutnya kenyang dan ia bisa tidur setelahnya.

“Aku sedang makan malam yang sangat terlambat!” ucapnya lagi, setelah mendapatkan balasan dari lawan bicaranya di telepon itu.

“Apa peduliku, yang paling penting sekarang adalah perutku kenyang dan aku bisa bekerja dengan senang!”

“Kau baik-baik saja disana? Mereka memperlakukanmu dengan baik?”

“Apa yang harus kau khawatirkan tentangku? Tidak ada orang  jahat disekelilingku disini! Percayalah bahkan aku sangat amat aman disini”

“Bagaimana dengan Kelinci Bengal itu? Aku tidak bisa menghubunginya sejak kemarin!”

“Hah! Drama aneh apa yang sedang kita mainkan sekarang ini? siapa sih penulis naskahnya?

“Cih, kau memang aneh!”

“Baiklah! Katakan pada Kelinci itu untuk menghubungiku!”

“Tentu saja aku perlu memastikan bahwa kalian baik-baik saja disana!! Misi memang penting tetapi kalian lebih penting dari misi manapun!”

“Tidak tahu, memang sudah sifatku begini!”

“Pastikan kau makan dengan teratur sesuai jam makan Tae!”

“Itu bukan masalah untuk ku! Jika aku terlambat, setidaknya aku akan tetap makan karena rasa lapar jam berapapun itu! tetapi Jika itu kau dan Kookie? Cih, bahkan hingga dua hari pun jika tidak diingatkan dan dibiasakan kalian juga pasti tidak akan makan!!!!”

“Hem, Baiklah! Sampai jumpa!”

Begitu percakapan singkat lewat sambungan telepon itu berakhir, Jimin  yang tertunda proses memakan makan malamnya yang sudah terlalu terlambat itu pada akhirnya kembali melanjutkan makannya sembari menghidupkan televisi yang ada didalam kamarnya itu,

mencari-cari chanel yang mungkin bisa menjadi temannya selama proses makan yang sepertinya akan berlangsung cukup lama itu, melihat dari banyaknya makanan yang berada di atas meja rendah berbentuk bundar yang sengaja ia letakan didalam kamar sebagai meja serba guna.

Keadaan sudah berubah lagi, jika biasanya selama tiga belas tahun belakangan ia selalu ditemani dengan para teman-teman sekelas dan kedua sahabatnya hampir setiap saat, apalagi diwaktu makan seperti ini, ia jadi merasa kesepian sekarang.

Mengedarkan pandangan keseluruh ruangan yang merupakan kamarnya, hanya keheningan dan suara TV didepannya saja yang menemani. Berbeda jauh saat ia masih di asrama, tidak ada suasana tenang kecuali jika mencarinya ditengah hutan sekitaran sekolah mereka.

Jimin merasa aneh dengan dirinya  sendiri saat ini. Ia akan menjadi sangat berbeda setiap kali  kembali ke tempat ini! sangat sulit baginya untuk tersenyum dengan tulus dan membuka diri bahkan pada teman-temannya disini.

Sifat lamanya selalu kembali muncul kepermukaan dan mengambil alih setiap kali ia datang ke negara ini. Negara yang menjadi rumahnya sejak ia kecil hingga berusia tujuh tahun, Negara tempat ia pertama kali bertemu dengan Papa dan Mamanya, tempat pertama kali ia mempunyai seorang yang bisa ia sebut teman. Dan tempat keluarga asuhnya berada.

“Hah.. Apa aku harus pergi ke psikiater lagi? Tetapi Hwanie mengatakan itu hanya sikap defensive ku yang muncul karena memori masa kecilku sebagai bentuk perlindungan diri..” kata Jimin pada dirinya sendiri dengan lirih.

Mungkin kedatangan nya kali akan menjadi akan memakan waktu yang cukup lama dari sebelum-sebelumnya. Berharap saja sifat lamanya tidak akan menjadi permanen karena terlalu lama ia berada di tempat ini.

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top