1

Assalamu'alaikum man teman~~~~~~~

Akyu datang membawa chap pertama dari lion #2: second captain nih..😁😁

Tolong seperti biasa ya, komen zheyeng..

Komen tentang ceritanya dulu, kudu wajib komen.. okeh!

Aku mau liat respon ny dulu cuy.. klw bagus bakalan aku terusin..

Tp klw g, mungkin kita cukup stop di Lion #1 aja ya..😅

Kuy mari... G usah lama"... Cus deh

Ohh lupa, seperti biasa

Readernim.....borahae💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

______________________________________





Flashback

Busan, 13 Oktober 2001
Park Villa’s

Busan salah satu kota metropolitan di South Korea dengan jumlah populasi terbanyak kedua setelah Seoul. Sebagai kota yang terletak di bagian tenggara negara tersebut, Busan telah menjadi pusat dari berbagai kegiatan masyarakat di sana, mulai dari ekonomi, pendidikan hingga budaya di wilayah bagian tenggara korea Selatan. Dengan lokasi wilayah yang berada di pesisir, Pelabuhan di kota itu menjadi salah satu pelabuhan tersibuk ke -9 di Dunia dan tentu saja merupakan wilayah industri terbesar di sana.

Oleh karena itulah tidak heran jika banyak dari orang-orang kaya yang tinggal di kota itu untuk mengembangkan sayap bisnis-bisnis mereka.

Salah Satunya adalah keluarga Park pemilik Gukwa Grup. Gukwa grup adalah salah satu perusahaan raksasa di Korea Selatan yang bergerak di bidang Construction dan Arsitektur yang sudah terpercaya bahkan oleh pemerintah untuk membangun gedung-gedung parlemennya.

Menjadi perusahaan besar dan berpengaruh, tentu saja artinya siap  menjadi sorotan masyarakat, bukan hanya dalam usaha mereka tetapi juga keluarga mereka sendiri. Bagaimana latar belakang mereka, siapa  saja anggota keluarga mereka, bagaimana mereka, fisik dan kecerdasan mereka.

Bisa dikatakan publik akan menyoroti semua hal dalam hidup mereka. Karena itulah kadang seorang yang berasal dari keluarga konglomerat seperti mereka kebanyakan dituntut untuk menjadi sempurna dalam segala aspek kehidupan, setitik saja noda dalam kesempurnaan itu maka akan dapat menghancurkan segala yang mereka miliki.

Itu menurut pemikiran mereka  para golongan atas dengan pemikiran kolot mereka. Tetapi, tentu saja kita tidak bisa menilai hanya dengan beberapa yang kita lihat, karena pada kenyataannya tidak semua golongan atas itu berpikiran kolot dan kuno, malah ada dari mereka yang berpikir maju  mengikuti perkembangan zaman.

Tetapi, Kali ini keluarga Konglomerat Park yang kita bahas, adalah tipe golongan atas seperti yang kita bahas pertama, tipe yang mengagungkan kesempurnaan dalam hidup mereka. Untungnya hingga saat ini, Keluarga ini belum pernah terkena cipratan hitam yang akan menimbulkan noda dalam catatan perjalanan mereka.

Tuan Park atau yang dikenal dengan Park Hyunbin adalah kepala keluarga yang sekaligus menjabat sebagai pimpinan utama dari Gukwa Grup. Kedua  orang tuanya telah meninggal tujuh tahun yang lalu setahun setelah kelahiran anak pertamanya dan mewariskan Gukwa Grup kepadanya yang merupakan Putra Sulung  dari dua bersaudara.

Tuan Park memilik seorang adik perempuan, yang saat ini sudah berkeluarga, tetapi tentu saja masih ikut andil dalam kepemilikan saham di perusahan keluarga mereka walaupun tidak sebesar milik Tuan Park.

Sebagai pengusaha besar dan memiliki reputasi, Tuan Park sengaja memilih Busan untuk tempat tinggalnya sementara bersama sang istri, sedangkan kedua anaknya tetap tinggal di Seoul dengan alasan pendidikan mereka saat ini yang tidak memungkinkan untuk pindah.

Jika kalian berpikir kepindahan itu untuk urusan bisnis maka jawabwannya 30 % benar. Keluarga Park bukanlah berasal dari Busan, Seoul adalah tanah kelahiran mereka, tetapi sebagai  salah satu kota industri terbesar dan metropolitan lainnya selain Seoul, Busan menjadi tempat yang tepat agar ia dan istrinya tinggal sementara dapat menjalankan bisnis, sekaligus untuk menyembunyikan  alasan lain kepindahan mereka sementara ke kota itu.

Yah, alasan yang mempengaruhi 70 % kepindahan mereka dari ibu kota. Alasan rahasia yang akan menjadi penyebab munculnya setitik noda hitam yang akan menghancurkan segala yang mereka miliki.

Maka karenanya, mereka memilih menjauhkan diri untuk sementara dari halayak tetapi tetap dapat menjalankan bisnis tanpa kesulitan. Catat! Hanya sementara hingga alasan itu dapat mereka pastikan, apakah akan menyebabkan kehancuran atau tidak bagi mereka.

Hari ini tepat lima bulan setelah kepindahan mereka, sesosok bayi kecil yang terlihat merah dan lemah itu terlahir untuk melihat dunia pertama kalinya melalui persalinan normal yang dilakukan di Villa megah keluarga park yang berada cukup jauh dari pemukiman penduduk sekitar, dibantu oleh seorang Dokter dan perawat yang mereka bayar untuk menutup mulut tentang segala yang berkaitan dengan bayi itu, Nyonya Park melahirkan anak ketiga dari keluarga Park tanpa kesulitan yang berarti.

Lalu kenapa kehamilannya dan kelahiran sang bayi harus disembunyikan dengan rapat?! Jawabannya adalah karena sang bayi itu sendiri.

Saat usia kandungan Nyonya Park memasuki empat bulan, ia yang tidak mengetahui kondisinya sedang berbadan dua itu, bahkan tetap melakukan berbagai aktivitas yang cukup berat, membuat kondisi kandungannya terganggu.

Bahkan Dokter  kandungan yang menanganinya mengatakan jika kemungkinan besar sang bayi akan terlahir dengan keadaan yang tidak sempurna, bisa saja secara fisik atau secara mental yang tidak bisa mereka pastikan sebelum bayi itu tumbuh berkembang setidaknya sampai usia 2-3 tahun untuk memastikan perkembangan mentalnya.

Mengetahui fakta itu, tentu saja menampar keras keduanya yang sangat menjunjung tinggi nama baik keluarga. Oleh karena itulah keduanya sepakat untuk menyembunyikan kabar kehamilan itu dari publik dan hanya diketahui oleh beberapa orang, yakni adik Tuan Park, dan dokter serta perawat yang akan menangani kandungannya.

Bulan demi bulan berlalu, bayi laki-laki yang dilahirkan Nyonya Park itu tumbuh lebih lambat dari bayi-bayi lain seumurnya. Jika umumnya bayi berusia 9 bulan sudah tumbuh gigi, berceloteh dan merangkak bahkan ada yang belajar berjalan, maka Baby Park – ah, panggilan ini digunakan karena sejak kelahirannya Tuan dan Nyonya Park belum memberikan nama, ini hanya bisa tengkurap, dan hanya memiliki dua buah gigi susu yang bahkan belum tumbuh dengan sempurna dan sangat pendiam dan pemalu.

Secara fisik tidak ada yang kurang atau cacat dari diri bayi itu, kecuali fakta bahwa tubuhnya sangat mungil tidak sepanjang bayi para usianya dan pucat. Yah kulit bayi itu cukup putih dan cenderung pucat, tetapi sangat menggemaskan karena pipinya yang chubby seperti makanan khas Jepang yang terkenal itu, Mochi! Putih, kenyal dan lembut.

Tuan dan Nyonya Park sudah kembali menetap di Seoul begitu sang bayi berusaia satu bulan dan Nyonya Park dapat beraktifitas dengan normal lagi pasca melahirkan, sementara bayi mungil itu berada di Villa mereka bersama pengasuhnya, karena bagaimanapun bayi kecil itu masih belum bisa dipastikan kejelasannya.

Mungkin secara fisik dia normal tetapi melihat lambatnya perkembangan dan pertumbuhan si anak membuat keduanya takut jika kondisi mental si anaklah yang bermasalah. Keadaan sang anak dimasa depan yang belum pasti itu dapat menghancurkan citra keluarga mereka dan menghancurkan segala yang mereka punya.

Sang Putra Sulung Park GyuHwan dan Park Yoorin sang putri bahkan tidak mengetahui tentang keberadaan sang adik yang telah dilahirkan oleh sang Ibu. Tuan dan Nyonya Park benar-benar menyembunyikan bayi tak berdosa itu dari dunia.

Bayi itu hanya dirawat oleh seorang Ahjumma yang bekerja di Villa mereka di Busan dan tentunya diharuskan menutup mulut rapat-rapat mengenai keberadaan sang bayi. Hanya sesekali adik dari Tuan Park, Park Hyemi atau yang sekarang sudah menjadi Tsukishiro Hyemi setelah pernikahannya dengan laki-laki berkebangsaan Jepang Tsukishiro Yuhito datang mengunjungi keponakan mungilnya  yang sangat menggemaskan itu.

Hyemi yang sudah menikah sekitar dua tahun lalu itu memang sangat menyukai anak kecil, terlebih karena sampai saat ini ia dan sang suami belum memiliki anak. Tidak ada yang salah dengan dirinya maupun sang suami, hanya saja mungkin tuhan belum memberikan kepercayaan kepada mereka untuk memiliki seorang anak.

Tidak seperti sang kakak, Hyemi sangat menyesalkan keputusan kakak dan kakak iparnya dengan menyembunyikan putra ketiga mereka itu dari publik, bagaimanapun anak itu berhak untuk hidup dengan bebas bukan dengan sembunyikan seperti sebuah aib.

Sejak pertama kali ia datang untuk menjenguk sang kakak Ipar dan keponakannya yang baru lahir itu, ia sudah jatuh hati pada mata sipit dan pipi chubby nan menggemaskan miliki sang bayi. Bahkan Sang Suami yang selalu berada disisinya itu pun sangat menyayangi bayi mungil itu sejak pertama kali melihatnya.

Ingin sekali ia membawa bayi  itu untuk tinggal bersamanya, dari pada membiarkan sang bayi terkesan ditelantarkan oleh kedua orang tuanya. Mungkin tidak sepenuhnya menelantarkan karena mereka masih memenuhi segala kebutuhan si bayi dan menyediakan pengasuh untuknya, tetapi tetap saja seorang anak membutuhkan kasih sayang.

Sayangnya Sang Kakak melarang dengan alasan bahwa bayi itu adalah putra nya dan dia masih berharap jika anak itu akan tumbuh dengan normal seperti anak pada umumnya. Hyemi pikir mungkin jauh dilubuk hati sang kakak, rasa sayang seorang ayah pada anaknya pastilah ada. Hanya saja egonya terlalu besar untuk menerima keadaan sang anak sebagimana adanya.

Baby Park, adalah sebutan yang Hyemi berikan untuk bayi itu. Bayi  polos itu bahkan belum memiliki nama sampai usianya menginjak sembilan bulan sekarang ini, Tuan dan Nyonya Park terlalu egois bahkan untuk memberikan nama pada bayi itu, sebenarnya Hyemi mempunyai nama yang sangat bagus untuk anak itu, nama yang pertama kali terlintas begitu matanya memandang sang bayi.

Bayi itu adalah gambaran dari keindahan alami jika Hyemi boleh mengatakan, Rambut hitam lebat, mata Sipit yang sama dengan miliki sang kakak, jika sang kakak memiliki bola mata berwarna hitam yang besar maka sang anak memiliki bola mata berwarna coklat dan jernih sepeti kakak Iparnya lengkap dengan bulu mata panjang yang tebal, bibir tebal yang tampak kemerahan karena kulit pucatnya, serta hidung mungil yang menggemaskan.

Jika kedua Kakaknya lebih banyak mirip salah satu dari kedua orang tua mereka, maka Bayi itu adalah perpaduan keduanya dalam proporsi yang pas, tidak kurang ataupun lebih.

*****

Waktu terus berjalan, hari demi hari, minggu demi minggu berganti menjadi bulan tidak ada perubahan yang berarti dari si Baby Park, hingga saat usianya menginjak 3 tahun. bayi itu memang sudah bisa berjalan walaupun masih tertatih, berbicarapun masih belum lancar hanya kata-kata tidak jelas keluar, selain itu Balita mungil itu sangat pendiam jarang bersuara. Anak itu bahkan hanya akan berceloteh ria dengan bahasanya yang masih amburadul saat sang Bibi, Hyemi dan pamannya ,Yuhito berkunjung.

Baby Park itu selalu menempel pada keduanya jika mereka datang berkunjung, biasanya sebulan dua kali keduanya pasti datang berkunjung dibanding orang tua si bayi yang bahkan terkadang dalam setahun bisa dihitung jari berapa kali keduanya datang.

Sibuk? Mereka memang sibuk, tetapi tidak sesibuk itu hingga dapat melupakan si balita menggemaskan itu dan hanya mengunjunginya sesekali. Itu pun hanya beberapa jam saja, mereka hanya akan bertanya bagaimana perkembangan bayi itu pada dokter dan psikolog anak untuk memasktikan apakah prediksi dokter kandungan dulu benar terjadi atau tidak.

Menurut sang Dokter bayi itu sehat secara fisik hanya saja memang pertumbuhannya sedikit lebih lambat dari anak seumurannya dan mudah sakit karena imun tubuhnya, tetapi tidak ada masalah dengan itu, hal itu biasa terjadi setiap anak memiliki pertumbuhan yang berbeda. Dokter itu bahkan berkata pada beberapa kasus anak-anak yang pertumbuhannya lambat seperti Baby Park, setelah dewasa mereka tumbuh seperti anak lainya tidak ada bedanya.

Bisa saja saat usia balitanya bayi itu sangat mungil, tetapi saat memasuki masa pubertas biasanya pertumbuhannya berubah, bisa saja jika nanti ia tumbuh tinggi jauh dari prediksi tubuh mungilnya saat balita.

Sedangkan untuk sang Psikolog, ia berkata jika bayi itu belum menunjukan tanda-tanda cacat mental atau tidak. Anak itu memang cukup lambat merespon tetapi itu wajar untuk anak usia balita karena mereka masih  belum bisa mencerna perkataan dengan baik. Dan lagi cukup sulit membuat analisis tentang anak itu, bayi itu sangat sulit di dekati jika bukan oleh orang yang dia kehendaki, ditambah lagi sikap pendiamnya.

Mereka tidak tahu saja jika bayi itu sangat cerdas,  dia  sudah mengerti setiap apa yang dia lihat dan dengar, dia mengerti jika kedua orang dewasa yang selalu datang enam bulan sekali itu adalah ayah dan ibunya, mengerti jika pasangan yang rutin mengunjunginya itu adalah bibi dan pamannya.

Hanya saja seperti kebanyakan bayi, mereka akan menunjukan respon  yang berbeda dengan orang yang dekat dengan mereka secara emosional. Sama seperti baby Park. Yang bisa mendekatinya hanya Min Ahjumma si pengasuh, Seijin sang bodyguard yang bertugas memastikan keamanan bayi itu (bodyguard pribadi miliki sang Imo sejak sebelum dia menikah dan  sekarang ditugaskan menjaga bayi itu sejak ia berusia setahun), kemudian Imo dan Samchon kesayangannya yang memberikan kasih sayang seperti orang tua untuknya. 

******


10 Oktober 2004
Busan, Park’s Villa

“hihihi… Jummah, kejal.. kejal..!”

“Baby, jangan lari-lari seperti itu, nanti terjatuh!”

“No..no..no.. Bi lali, Jummah kejal!!!”

“Awas ya! Jika tertangkap nanti, Baby akan Ahjumma poppo!”

“Hihihihi, idak ica!..”

Suara tawa menggema di seluruh Villa besar milik keluarga Park yang terletak dikawasan berbukitan lepas pantai kota Busan itu, suara tawa jernih khas anak-anak yang sangat menggemaskan.

Balita itu! Baby Park, terlihat berlarian mengelilingi ruang tengah dengan kaki-kaki mungilnya yang lucu, berusaha menghindar dari sang pengasuh yang sedang berusaha menangkapnnya.

Sebenarnya bayi itu termasuk bayi yang aktif hanya saja setiap kali berhadapan dengan orang lain ia akan berubah menjadi bayi pendiam dan pasif. Seolah ia tidak ingin menunjukan dirinyanya pada orang lain. Kadang Ahjummanya merasa bahwa Balita ini sangat misterius.

Kaki mungil itu masih terus berlarian tidak kenal lelah untuk menghindari sang pengasuh yang sudah kelelahan mengejar anak itu, hingga tiba-tiba sebuah tangan besar dan berotot meraih tubuh gempal penuh lemak itu kedalam pelukannya.

“Dapat! Baby, kenapa kau nakal sekali, Hem? Lihat! Min Ahjumma mu sudah lelah, baby!” Kata Seijin, asisten sekaligus bodyguard sang Imo yang saat ini bertugas menjaga sang balita

Seolah mengerti apa yang dikatakan oleh Seijin Ahjushinya, ia menolehkan kepala kearah sang pengasuh yang tampak ngos-ngosan sehabis berlarian mengejarnya. Kedua mata indah itu tiba-tiba saja berkaca-kaca, air mata bahkan sudah menggenang dipelupuk mata sipitnya itu.

“Jumma? Bi, sorry…. Hiks!” katanya dengan suarah lirih yang berujung isakan menggemaskan

Min Ahjumma tahu, bayi kecilnya ini mempunyai hati yang lembut dan penyayang! Itu terlihat jelas baginya yang selalu bersama balita mungil itu selama 24 jam setiap harinya. Dia harap semua tidak akan berubah dari bayi kecilnya itu saat ia sudah mengerti semuanya kelak, Ia akan memastikannya! Kelak jika sesuatu terjadi pada bayi itu, ia berjanji akan tetap berada di sisinya sekalipun harus kehilangan pekerjaan, pikirnya!

“Tidak apa-apa Baby! Ahjumma tidak apa-apa. Jangan menangis, nanti kau tidak  tampan lagi, arrachi?” kata Min Ahjumma lembut sembari mengelus wajah menggemaskan itu

“Eung! Mawo Jumma, Bi salange”

“Nde, Ahjumma nado saranghae…!”

“Chaa.. sekarang sudah sore, Baby harus mandi dan berdandan yang rapi! Appa dan Eommamu akan datang hari ini!” kata Seijin

“Eoh? Ppa? Oma?”

Raut wajah bayi itu berubah! Raut wajahnya senangnya telah berganti terlihat enggan dan sedih, dan perubahaan itu tertangkap oleh mata kedua orang dewasa yang berada disana!

“Wae? Baby tidak senang Appa dan Eomma datang mengunjungi Baby mochi ini?”

“Ish, Juchiiiii!! Bi oci anya!!!!”

“Hahaha, kau lucu sekali. Tidak apa-apa Baby! Hanya sebentar, mereka pasti tidak akan lama! Lagi pula memangnya tidak merindukan Eommamu? katanya kangen?!”

“lindu Oma, pi Oma cama Ppa tindal Bi agi…”

“Bukan tindal sayang! Tinggal…” kata Min Ahjumma menimpali

“Itcu macud na…”

“Baiklah.. baiklah.. sekarang Baby mandi saja dengan Ahjumma, setelah itu kita tunggu orang tuamu… Cha! Jangan cemberut, ingat!”

“de.. de.. de.. Bi cenyum.. iyat… iiiiiiiiiii” kata sang anak dengan menunjukan cengiran lebar yang menunjukan gigi susunya yang baru bahkan belum tumbuh semua itu.

Walau masih berbicara dengan logat cadelnya yang masih kental itu, tetapi balita yang akan berusia empat tahun tiga hari lagi itu dapat dengan mudah memahami apa yang dikatakan padanya.

Lihat saja sekarang bahkan ia menyahuti semua perkataan kedua orang dewasa didepannya dengan sangat baik, feedback nya pun menyambung dengan apa yang ditanyakan. 

“Terserahmu saja sayang…. Kajja…!

“Jjaaaaaa…. Go.. go..go.!

Seijin yang melihat interaksi lucu itu tersenyum lembut memandang keduanya yang berlalu dari ruang tengah menuju kamar sang balita. Ia tida bias mengelak jika perlahan-lahan rasa sayangnya pada bocah itu telah terpupuk dengan subur.

Melihat bagaimana nasib anak itu, yang terkurung didalam villa ini, tersembunyi dari khalayak ramai membuat hati kecilnya sakit. Ia harap Tuan Park dan Istrinya menyadari bahwa mereka memiliki berlian diantara berlian di hidup mereka.

Bayi itu tidak salah apapun, dan berdasarkan pengamatannya selama tiga tahun ini, bayi itu sangat sehat! Tidak menunjukan kecacatan apapun baik itu secara fisik maupun mental. Yah.. kecuali prilaku aneh anak itu setiap kali kedua orang tuanya beserta dokter dan psikolog datang untuk pengecekan perkembangan rutinnya.

“Aku harap kau mendapatkan kebahagian Tuan muda!, jika memang bukan dikeluarga ini, semoga kau akan mendapatkanya di bagian lain dari hidupmu kelak!”

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top