99

Assalamu'alaikum~~~

Selamat malam semua...

Aku datang lagi gais seperti kata ku td siang. Bawa chapter baru!

Hehehe, makasih banget untuk yang sudah merespon chap sebelumnya dengan jejak-jejak kalian yang UWU sekali! 

Aku bahagia sekali bacanya, seneng klw tahu ternyata cerita ku banyak di tungguin😊, happy aku tuh!

Ya udh lanjut lagi yaa, maaf g bisa aku balasin satu". Dirumah ku lagi ribut dan rame mau ada acara nikahan bsk, jd nyuri" waktu aja nih bisa ny.

Langsung yaa.. lanjut scroll kebawah dan jgn lupa tinggalin jejak lagi yaa..

See u next chap!

NB: yg mau tahu lebih banyak soal PO bsa langsung DM aja yaa, soalny klw di kolom komen kadang pertanyaannya berulang, capek aku ngetiknya di ulang" terus, Okey!

Borahaeee
💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

____________________________________________________________________________

Tuan Besar Kim menatap mereka dengan penuh selidik, "Ekhem, jadi Tuan-tuan sekalian adalah tamu Mansion ini?" Tanyanya lagi untuk mencari kebohongan disana.

Sebagai orang yang paling lama hidup diantara kumpulan ketiga keluarga itu, pengalamannya sebagai pebisnis selama puluhan tahun, jelas mengajarkannya banyak hal seperti mengetahui niatan seseorang hanya dengan mengamati gerak-gerik dan tatapan matanya saja.

Jendral Park terkekeh menyadari sikap defensif Tuan Besar Kim, "Ya secara teknis begitu. Dimana Nyonya Min?" lanjutnya mengalihkan pembicaraan.

"Saya yakin Nyonya Min sedang berada di kamarnya di bangunan sebelah, Tuan. Bagaimana, jika kita berbincang sembari menunggu salah satu cucu saya mencarikan Nyonya Min untuk anda sekalian? Mungkin ditemani secangkir teh hangat akan lebih baik." Kata Tuan Besar Kim.

Dia menyadari memang ada suatu tujuan dari kedatangan ketiga tamu mereka ini, dan yakin sekali ketiganya bukan orang sembarangan, mengingat ada beberapa orang yang datang bersama mereka. Dan lagi, ia ingat sekali Jendral Wang pernah berkata jika tempat ini tidak bisa dimasuki oleh sembarangan orang yang tidak memiliki akses khusus.

"Kim Junghwan-ssi, sekarang kami benar-benar percaya bahwa paras anak itu memang seratus persen berasal dari dirimu." Kata Jendral Choi sembari memandang Tuan Besar Kim dengan pandangan penuh penilaian.

Sejak awal melihat kepala keluarga Kim itu berbicara, mereka bertiga sudah memperhatikan wajah itu dengan seksama, seolah meneliti setiap inci dari feature wajah pria tersebut. Mereka memang sudah tahu jika Taehyung itu seratus persen benar-benar menuruni gen sang Kakek dengan sempurna.

Tuan Besar Kim adalah pebisnis besar dan sangat disegani, wajahnya terpampang jelas di majalah-majalah bisnis dan terkadang televisi, namun melihat secara langsung pria itu, menimbulkan kesan yang sangat berbeda! Mereka seolah melihat Kim Taehyung dalam versi tuanya!

Bagikan pinang dibelah dua, tidak ada perbedaan mencolok kecuali tahi lalat yang berada di pucuk hidung, dibawah mata kanan serta satu dibibir bawah yang Taehyung miliki, namun tidak dimiliki oleh Tuan Besar Kim.

Tuan Besar Kim memandang penuh tanya pada Jendral Choi, "Anak itu? siapa yang kalian maksud?" katanya dengan ragu, sebenarnya ia bisa menduga yang mereka maksud adalah cucu bungsunya Kim Taehyung, hanya saja pria tua itu cukup kaget mendengar namanya disebut dengan jelas tadi. Bagaimana orang-orang yang berkata jika mereka adalah tamu ditempat ini, namun dapat mengetahui namanya bahkan sebelum dia memperkenalkan diri?! Sungguh sangat mencurigakan bukan?

Disisi lain, Dia tidak menampik jika wajah mereka, ia dan Taehyung memang bagaikan saudara kembar identik, begitu mirip!

Mungkin jika putranya, Ayah Taehyung masih hidup, mereka akan terlihat seperti kembar tiga, namun beda generasi jika dijajarkan bersama!

"Cucu bungsu mu, Kim Taehyung." Kata Jendral Jang pertama kali bersuara dengan suara beratnya yang terdengar begitu datar tanpa intonasi.

"Kalian mengenal Taehyung?" tanya Nyonya Besar Kim dengan sedikit terkejut. Wanita yang sejak tadi hanya diam itu pada akhirnya bersuara begitu nama cucu bungsunya itu tersebut oleh orang asing yang tiba-tiba saja muncul di tempat ini.

Jendral Park menatap Nyonya Kim sesaat, "Mengenal? Bisa dikatakan begitu." Katanya sembari menganggukan kepala sebelum kemudian tersenyum simpul menanyakan apa tawaran secangkir teh hangat tadi masih berlaku, karena jujur saja, cuaca di pertengahan bulan desember tidak bisa dikatakan bersahabat. Dingin yang merasuki tulang seakan menerikaan jika musim dingin telah menguasai bumi.

Seperti dugaan, mereka memiliki keterkaitan dengan cucu bungsunya beserta dua sahabat dekat anak itu, pikir Tuan Besar Kim, "Tentu, silahkan duduk." Ujarnya. Pria berusia lanjut tersebut memandang kumpulan cucunya beserta para anak-anak di keluarga Park dan Jung yang masih diam dan tidak mengeluarkan suara sejak tadi.

"Mikyeong-ah, tolong buatkan tehnya, ya. Dan tolong salah satu dari kalian panggilkan Nyonya Min." Ujarnya kemudian.

Mikyeong gadis itu hanya mengngguk dan berjalan menuju dapur di ikuti oleh putri sulung Tuan Park dan si bungsu Jung Yein yang mengekori keduanya.

Hoseok mengikuti mereka untuk menghubungi Nyonya Min yang tinggal di bangunan sebelah menggunakan semacam intercome yang terpasang didekat dapur.

Sementara itu, mereka yang tersisa tampak masih betah berada di ruang keluarga bersama tamu mereka. Para anak muda tampak berdiri di sekitaran sofa, sementara para orang tua tampak duduk di seberang berhadapan dengan ketiga tamu mereka.

Tidak berapa lama kemudaian, Mikyeong dan putri sulung tuan Park datang menyajikan teh untuk mereka. Yein yang tadi mengikuti keduanya tampak sudah berdiri disisi sang kembaran, sementara Hoseok pun sudah kembali dari tugasnya memanggil Nyonya Min dan bergabung bersama mereka disana.

"Bisa hentikan semua omong kosong ini dan katakan saja siapa kalian dan ada keperluan apa?!" kata Yoongi yang sudah muak melihat keterdiaman mereka diruangan itu.

Ayolah, dia tidak bodoh untuk menyadari orang-orang ini tidak hanya berniat datang untuk berkunjung tanpa alasan, apalagi di jam tidak wajar seperti ini. Mendengar orang-orang tua yang dia perkirakan seumuran dengan kakeknya itu menyebut nama Taehyung, dan Jimin sudah menjadi petunjuk jelas bahwa mereka berkaitan dengan semua hal yang sedang terjadi pada mereka sekarang ini.

Jendral Jang menatap datar pada putra kedua keluarga Kim itu dengan intens, dia bisa melihat sedikit kesamaan sifat pemuda tersebut pada Taehyung, pemuda yang lugas dengan insting yang tajam! Mungkin yang membedakan sifat itu pada diri Taehyung hanya pada pengontrolan diri, karena Kim Taehyung tidak akan pernah menunjukan sifatnya yang seperti itu kecuali saat di perlukan dan pada situasi yang dirasa perlu.

"Cucu kedua anda benar-benar tidak bisa berbasa-basi, Tuan Besar Kim." Kata sang Jendral dengan santai sembari menyesap teh hangat yang baru saja di hidangkan oleh Mikyeong barusan.

"Maafkan dia, Tuan. Adik ku memang tipe yang tidak bisa berbasa-basi. Tapi, kami semua yang ada disini juga memiliki pertanyaan yang sama, tentang siapa anda bertiga ini, bukan begitu semuanya?"

Bukan Tuan Besar Kim yang menjawab melainkan Seokjin lah yang melakukannya. Pemuda tampan dengan pesonanya yang lembut itu berdiri tepat disebelah sofa yang diduduki sang Kakek dengan ekspresi ramahnya.

"Kim Seokjin, salah satu pebisnis muda yang sukses. Hemm, kau lebih tampan dari yang aku lihat di televisi ataupun majalah." Ujar Jendral Park mengakuinya.

Bukan hanya Seokjin sebenarnya, dia benar-benar mengakui kerupawanan Kim bersaudara itu dengan sungguh-sungguh. Mereka jelas berasal dari bibit unggul yang tidak bisa dimiliki oleh setiap orang, sifat dan pembawaan mereka masing-masing juga memiliki daya tarik yang tidak main-main untuk membuat orang lain terpesona, dan tidak dapat menolak kehadiran mereka. Aura intimidasi lembut yang tidak bisa ditolak siapapun.

Sedikit berbeda dengan si bungsu yang memberikan aura intimidasi tajam dan menantang saat dia menunjukan diri!

Jendral Park tampak mengedarkan pandangannya pada anak-anak dari keluarga Park dan Jung juga, "Anda memiliki, cucu-cucu yang luar biasa Tuan Besar Kim. Begitu juga dengan Tuan Park dan Tuan Jung. Putra-putri kalian sungguh sangat mengagumkan." Lanjut Jendral tersebut sembari mengulas senyum.

Walaupun mereka semua sangat mengagumkan, namun apa yang ada pada diri mereka tidak melebih dari apa yang di miliki ketiga pemuda nakal yang sedang menjalani ujian akhir mereka di Bangtan Academy sana.

Mereka mungkin berasal dari darah yang sama, namun jiwa mereka sangat berbeda. Bagaikan perbandingan para binatang yang hidup di alam liar dan kebun binatang. Jiwa mereka terasah mengikuti lingkungan tumbuh kembang yang ada di sekeliling masing-masing.

"Terima Kasih Tuan atas pujiannya. Tapi itu tidak menjawab pertanyaan kami tentang siapa kalian, dan apa tujuan kalian datang kemari." Kata Tuan Park tanpa basa-basi lagi.

"Kam..."

"Tuan Besar!"


Belum sempat jawaban untuk pertanyaan yang telah berulang kali dilontarkan itu terjawab, seruan penuh kekagetan yang baru saja terdengar membuat kalimat tersebut terputus.

Semua orang di ruangan tersebut dapat melihat Nyonya Min sedang diambang pintu dengan pandangan penuh kekagetan mereka, tepatnya melihat tiga Jendral besar Lion itu.

Jendral Jang yang pertama kali bersuara, "Min Saeyoung. Lama tidak bertemu." Ujarnya masih dengan raut wajah dan intonasi suara yang sungguh datar, dan di ikuti oleh dua Jendral lain setelahnya.

"Senang melihat mu setelah sekian lama, Saeyoung-ah!" ucap Jendral Park

"Kau masih tetap secantik dulu ya... Saeyoungie!" kata Jendral Choi pada Nyonya Min.

Min Saeyoung adalah nama lengkap Nyonya Min.

Jangan heran kenapa para Jendral bisa begitu santai memanggilnya dengan akrab, Nyonya Min adalah junior ketiga Jendral saat mereka masih sekolah dulu, dan merupakan salah satu dari beberapa orang yang menjadi bagian dari lingkaran dalam kehidupan para pimpinan Lion itu secara dekat.

Sejak dulu, para Jendral tidak mudah didekati, bukan karena mereka sombong dengan posisi dan kedudukan yang dimiliki, namun itu semua untuk menjaga keamanan mereka, dan garis kepemimpinan agar tidak hancur oleh penyusup ataupun penghianatan.

LION bukanlah organisasi kecil dan biasa, mereka organisasi rahasia yang besar dan sangat luar biasa, keberlangsungan organisasi itu selama ratusan tahun harus tetap terjaga untuk melindungi negara.

Jika LION sampai jatuh, bisa dipastikan Negara mereka akan hancur lebur karena ulah orang-orang tamak dan haus kekuasaan yang selama ini diam-diam berusaha menguasai negara ini tanpa tahu malunya.

"Berhenti menggoda saya seperti itu! Kenapa anda sekalian tidak memberikan kabar jika akan berkunjung malam ini juga?! saya kira kunjungannya akan dilakukan besok pagi, karena tidak ada kabar sama sekali!" kata Nyonya Min dengan wajah seriusnya.

Wanita paruh baya itu membungkukkan tubuh dengan penuh kesopanan. Sudah lama sekali sejak dirinya melihat para Jendral itu secara langsung dan tanpa balutan seragam militer yang biasa mereka kenakan.

"Jika kami memberi kabar, kau pasti akan mempersiapkan banyak hal untuk menyambut kedatangan kami, bukan? Padahal ini hanya kunjungan biasa." kata Jendral Park dengan nada penuh ketidaksuka-an yang dibuat-buat.

Wanita bermarga Min itu cemberut mendengar jawaban dari sang Jendral, "Itu memang sudah menjadi tugas saya selaku kepala pelayan di Hwang-Gwan ini, jika anda sekalian lupa!" ujarnya.

Sungguh, dia memang berencana untuk memberikan setidaknya penyambutan dan jamuan yang layak mereka dapatkan, dan dalam keadaan yang lebih baik dari pada saat ini, dimana dirinya yang masih menggunakan gaun tidur yang hanya dilapisi kardigan hitam semi formalnya saja untuk menyambut!

"Ha...ha...ha... sudahlah, Youngie. Kami hanya akan sebentar disini." Kata Jendral Choi sembari tertawa melihat ekspresi masam sang kepala pelayan Min.

Min Saeyoung memang selalu begitu, begitu kekeh dengan aturan ke-pelayanan yang sudah diajarkan padanya sejak kecil. Sebenarnya para Jendral sangat menyayangkan keputusan wanita itu, yang lebih memilih menggantikan posisi sang Ibu yang sebelumnya merupakan kepala pelayan di mansion besar ini, dari pada menjadi bagaian dari satuan lapangan dengan kemampuannya yang tidak bisa diremehkan tersebut.

Namun, mereka tidak bisa memaksa! LION tidak pernah memaksa pada anggotanya untuk memilih jalan profesi yang mereka kehendaki. LION hanya menuntut kesetiaan dalam setiap tarikan nafas yang dimiliki oleh para anggotanya.

"Ekhem!"

Dehaman yang cukup keras itu berasal dari Yoongi yang sudah memasang wajah penuh kekesalan, karena sejak tadi tidak kunjung mendapatkan jawaban dari orang-orang tua itu tentang siapa mereka dan apa keperluan mereka kesini.

"Maaf mengganggu, tapi kami menunggu sedikit penjelasan tentang siapa para kakek tua ini!" kata Yoongi lagi dengan ketus.

Nyonya Min terlihat menatap ketiga Jendral seolah meminta persetujuan sebelum dia memberikan jawaban. Sebuah anggukan singkat dia dapatkan dari ketiganya sebagai tanda persetujuan. Tentu saja, kedatangan mereka ke Hwang-Gwan memang sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari, jadi Nyonya Min tidak perlu berpikir keras untuk memperkenalkan siapa mereka kepada keluarga Kim, Park dan Jung lagi.

Melangkah mundur satu kali, Nyonya Min menatap ketiga keluarga itu senyum sopan nya yang biasa. "Biarkan saya memperkenalkan mereka kepada kalian. Mereka adalah Tuan Besar Jang, Choi dan Park!" katanya memberi jeda sesaat sebelum kembali melanjutkan kalimatnya barusan.

"Mereka adalah pemilik rumah ini, jauh sebelum diwarisi oleh para Tuan Muda Taehyung, Jimin dan Jungkook."

"MWO!?"



Suara teriakan penuh keterkejutan itu menggema secara bersamaan sekali lagi. Mereka tentu saja tidak menyangka jika tiga pria tua yang tiba-tiba saja datang ditengah malam ke Mansion besar yang saat ini menjadi tempat persembunyian mereka merupakan pemiliki tempat ini dahulu.

Belum sempat mereka pulih dari kekagetan yang melanda, kabar yang mereka dengar dari salah seorang di belakang ketiga pria itu kembali membuat terkejut saat nama seseorang yang mereka kenal baru-baru ini tersebut dalam kalimat itu.

"Tuan Besar, Jendral Wang sudah tiba."

Mendapat laporan tentang kedatangan sang Jendral dari satuan militer Korea itu membuat para Jendral besar LION berubah ekspresi  seketika menjadi serius. Ketiganya menatap intens semua orang yang ada dihadapan mereka tanpa basa-basi seperti tadi.

"Karena Jendral Wang sudah datang. Jadi mari kita mulai saja membicarakan tujuan kami datang ketempat ini sekaran juga!" ujar Jendral Jang

Keluarga Kim, Park, dan Jung terkejut melihat perubahan aura yang dikeluarkan oleh ketiganya secara tiba-tiba. Mereka jelas bukan orang sembarangan, jika sampai mengenal seorang Jendral satuan Militer sekelas Jendral Wang jelas orang-orang ini terlibat dengan hal-hal yang berkaitan pada sesuatu yang berbahaya, pikir semua orang disana dalam hati.

Sepertinya akan ada  lebih banyak kejutan untuk mereka malam ini, Jendral Wang,  Kim Taehyung, Park Jimin, Jeon Jungkook dan ketiga Tuan Besar yang di perkenalkan oleh Nyonya Min tadi jelas akan memiliki keterkaitan satu sama lainnya.
Entah kejutan apa lagi yang akan muncul kepermukaan kali ini, yang pasti ini tidak akan berakhir dengan cepat.

TBC




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top