96

Assalamu'alaikum~~~~
Masih penasaran??

Ketawa dululah akunya...
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

Yuk, lanjut aja dehh..

Jgn lupa yahh jejak jarinya...

See u next chap!

Borahaeee
💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

__________________________________________________________________________________________________________________


"Anak itu sadar sebulan setelah insiden itu terjadi, namun keadaannya sungguh jauh dari kata baik. Taehyung berhenti berbicara, tidak ada lagi suara rengekan manjanya meminta perhatian, tidak ada lagi senyum kotaknya yang lucu, semunya berubah!

Tatapan mata anak itu menjadi lebih kelam. Aku ingat bagaimana dia terus memandang pintu masuk dengan penuh harap, berharap para hyung nya akan muncul dari balik pintu itu.

Namun, itu tidak pernah terjadi! Seberapa keras pun aku dan istriku memaksa Seokjin dan adik-adiknya untuk mengunjungi Taehyung di rumah sakit, mereka selalu menolak dan berkata tidak ingin menemui orang yang telah membunuh orang tua mereka. Mereka menyalahkan Taehyung atas insiden itu!" jelasnya dengan pelan.

Tuan Besar Kim kembali melanjutkan, "Aku berada di posisi yang serba salah, aku paham mereka hanya belum bisa menerima kepergian orang tua mereka.

Ku pikir seiring dengan berjalannya waktu mereka akan melupakannya dan kembali bangkit seperti dulu, namun aku salah! Mereka memang kembali berusaha bangkit dari keterpurukan, tetapi mereka meninggalkan Taehyung di belakang!

Mereka ber-empat bergandengan tangan saling menguatkan dan kembali menatap hidup. Namun, Kim Taehyungie ku terlupakan, lebih tepatnya sengaja di lupakan! Di buang seolah dia bukanlah apa-apa.

Taehyung kecil ku tidak bisa berbuat apapun, dia hanya bisa memandang sendu semua hal itu. Dan aku tidak bisa membiarkan mental anak hancur perlahan, karena itu aku dan nenek mereka membawa Taehyung bersama kami ke Daegu.

Berharap dengan adanya suasanya yang berbeda akan membuat semuanya lebih baik." katanya sambil menggelengkan kepala mengingat bagaimana pada akhirnya dia dan sang istri memutuskan membawa si bungsu pergi jauh ke Daegu untuk tinggal bersama mereka, tanpa mempertimbangkan keinginan hati anak itu sendiri.

"Namun hasilnya tetap sama, Kim Taehyung bocah yang periang dan manja itu telah pergi! Jiwa bocah itu seolah mati bersama kedua orang tuanya.

Hingga suatu hari pertemuan dengan seorang pria entah bagaimana berhasil membuat cucu kecilku kembali walau sedikit. Dia sudah mulai mengeluarkan suaranya kembali.

Mereka semakin dekat bahkan pria itu mengenalkan istrinya pada cucu ku. Mereka adalah pasangan muda yang telah kehilangan anak dan tidak pernah bisa memilikinya lagi karena Rahim sang istri telah diangkat."

Tuan Besar Kim mengingat jelas bagaimana sore itu Cho Kyuhyun datang ke Mansion Kim di Daegu bersama sang Istri Cho Heera. Mereka berdua lebih muda beberapa tahun dari putra dan menantunya.

Tuan Besar Kim manatap Mikyeong dalam dan tersenyum teduh, "Mereka sangat menyayangi cucu kecil ku itu, dan aku bisa melihat bagaimana Taehyung mulai kembali membuka diri bersama mereka, seakan-akan anak itu menemukan kembali apa yang hilang darinya.

Pasangan itu meminta izin pada ku untuk menjadikan Taehyung bagian dari keluarga mereka secara resmi dimata hukum. Awalnya aku keberatan, namun Halmeoni mu berkata jangan menggunakan ego ku untuk memutuskan, tetapi gunakan mata dan hatiku." Katanya sambil terkekeh pelan mengingat kalimat sang istri waktu itu sebelum kembali melanjutkan,

"Dan dia benar, cucuku bahagia bersama mereka! Apa yang lebih berharga dari pada senyuman tulus Taehyung? Tidak ada, tidak satupun bisa membuat senyum tulus itu kembali muncul diwajah cucu bungsu ku, hanya mereka.

Dan semua itu terjadi, Taehyung menjadi putra angkat mereka secara resmi dimata hukum, dan pergi bersekolah di Busan. Dia sangat jarang bulang ke Daegu untuk mengunjungi kami. Bisa dikatakan anak itu menghabiskan masa remajanya di Busan ini." ujarnya dengan raut pasrah.

Mikyeong yang mendengarkan semua cerita itu dengan seksama sudah meneteskan air matanya dalam diam.

Dia tidak bisa membayangkan seberapa banyak kesakitan yang di alami si bungsu Kim selama ini. Dengan pelan wanita muda itu menghapus air matanya dan menatap Tuan Besar Kim yang masih menat
ap jauh kedepan meskipun langkahnya tetap berlanjut, "Dan kesalah pahaman itu masih belum berakhir?" Tanya Mikyeong dengan hati-hati.

Tuan Besar Kim menghentikan langkahnya sejenak dan menatap mata Mikyeong yang terlihat jelas jejak air mata disana, "Ya, tensi keadaan akan tegang setiap kali mereka bertemu. Taehyung yang ingin mendekat, namun para Hyung yang menolak." Ujarnya dengan suara lirih.

Mikyeong memberanikan diri menggenggam tangan tua miliki Tuan Besar Kim, "Sabarlah Harabeoji, aku yakin suatu saat mereka akan kembali bersama-sama, saling berangkulan dan bergandengan tangan lagi." Katanya berusaha memberikan kekuatan dan harapan.

Mendengar cerita yang diutarakan barusan, Mikyeong bahkan bertekat untuk membantu ke-lima bersaudara itu kembali bersama seperti selayaknya saudara yang sebenarnya. Kesalahpahaman diantara mereka harus berakhir, jika berujung pada kata penyesalan nantinya.

Tuan Besar Kim menepuk pelan genggaman tangan Mikyeong dan tersenyum sendu,"Aku harap juga begitu, suatu saat! Aku harap aku masih hidup dan dapat melihat saat itu terjadi." Ujarnya penuh harap.

Dia tidak munafik, dia masih mengingat usianya yang sudah tidak bisa dikatakan muda ini. Dia bisa mati kapan saja tuhan menghendaki, namun satu keinginannya ini adalah yang akan dia sesali jika sampai hal itu tidak terjadi.

"Tentu saja kau akan hidup dan akan menyaksikan semua itu harabeoji!" seru Mikyeong dengan penuh semangat. Gadis itu tersenyum begitu tulus menguatkan sang pria tua yang tampak begitu putus asa dengan takdir yang menimpa para cucunya tersebut.

"Terima kasih, nak. Seokjin sangat beruntung mendapatkan mu sebagai kekasihnya."

"Aku yang beruntung dapat bertemu dengan Seokjin Oppa dan menjadi kekasihnya hingga aku dapat mengenal Harabeoji dan juga Halmeoni." Kata Mikyeong dengan senyum manisnya.

Bertemu dengan keluarga Kim dan menjadi bagian dari mereka adalah sesuatu yang sangat ia syukuri. Siapa yang akan menyangka dibalik ketenaran dan kekuasaan serta kekayaan mereka, anggota keluarga Kim adalah orang-orang sederhana yang sangat jauh dari kata sombong dan arogan.

Mereka kembali melanjutkan perjalan menuju ruang tengah yang biasa mereka gunakan untuk berkumpul sebagai tujuan utama. Begitu memasuki ruangan itu, mereka menatap takjub ruangan yang awalnya terkesan legang tersebut, kini tampak begitu berbeda.

Dinding yang semula hanya dipenuhi kain-kain penutup kini telah hilang dan menampakan pigura-pigura foto yang jumahnya cukup banyak terpajang. Bahkan beberapa foto dengan ukuran kecil berjajar rapi diatas nakas-nakas disana.

Tuan Besar Kim melangkah mendekati sebuah foto yang berukuran cukup besar di dinding dihadapannya. "I-ini..." Ucapnya dengan kehabisan kata, mata tua itu kembali berkaca-kaca.

Tangannya terjulur mengelus pigura itu dengan pelan, seakan-akan dia sedang mengelus sang cucu yang jauh darinya saat ini.

Foto itu berisikan tiga orang anak remaja sedang berpose menghadap kamera dengan posisi berderet kebelang, Tuan Besar Kim sangat mengenali remaja yang berada paling depan itu!

Itu Kim Taehyung cucunya yang sedang tersenyum menampilan boxy smile khasnya, kemudian ada anak dari keluarga Park yang bernama Jimin itu serta pemuda bermarga Jeon yang merupakan anak dari keluarga Jung di paling belakang dengan latar pantai yang berwarna biru di belakang ketinganya.

Sepertinya gambar itu diambil saat musim panas.

"Harabeoji..." kata Mikyeong dengan lirih saat melihat bagaimana bahagianya pria tua itu bahkan hingga meneteskan air mata.

Tuan Besar Kim melihat kearah Mikyeong yang berdiri dibelakangnya sambil menunjuk pada wajah Taehyung di foto itu,"Lihat, Mikyeong-ah! Dia sangat mirip dengan Taekwon Appanya!" seru Tuan Besar Kim dengan senang.

"Cucu kecilku tumbuh dengan baik, lihat senyum kotaknya itu." lanjutnya dengan air mata bahagia yang masih mengalir tanpa bisa dihentikan. Taehyung dalam foto itu adalah Taehyung yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.

Aura suram dan penuh luka itu tidak tampak diwajah rupawan sang cucu. Wajah remajanya benar-benar hanya menampakan kesenangan remaja yang seharusnya. Dia bahagia, cucunya dapat tumbuh bukan hanya dengan kesedihan namun juga senyuman seperti ini.

Mikyeong mendekati pigura itu dan memperhatikan lebih dalam pada dua pemuda yang berada di belakang Taehyung."Ini Jimin-ssi dan Jungkook-ssi? Mereka sangat lucu kan, Harabeoji? Lihat!" katanya sembari menunjuk Jungkook yang bediri dibelakang dengan berpose V sign nya tersebut.

Jungkook terlihat sangat lucu dengan gigi kelincinya begitu juga dengan Jimin yang tampak begitu sipit dengan kacamatanya.

Tuan Besar Kim tersenyum simpul, dia mengedarkan pandangan pada sekeliling dan melihat betapa banyaknya foto kebersamaan ketiganya dalam berbagai keadaan. "Mereka tumbuh bersama ternyata..." lirihnya dengan senyum teduh yang penuh syukur.

Tuan Besar Kim kembali melangkah mendekati sebuah pigura kecil yang terpajang di atas nakas terdekat dan meraihnya.

Itu foto Taehyung yang berdiri seorang diri menghadap sebuah rak buku menggunakan seragam sekolah dan kaca mata yang bertengger di hidung bangirnya. Dia tidak bisa percaya, ini adalah Taehyung, mengingat bagaimana penampilan Taehyung yang selama ini dia tunjukan. Sangat berbeda dan jauh bertolak belakang!

"Sekarang aku bisa benar-banar tidak menyesal membiarkan Taehyung kecilku pergi jauh dari ku, dia tumbuh dengan begitu baik disini." Ujar Tuan Besar Kim dengan penuh syukur.

Mikyeong berjalan mendekat dan melihat foto itu juga. Harus dia akui, calon adik ipar bungsunya itu memang luar biasa tampan seperti Seokjin dan para saudaranya yang lain, namun Aura yang di keluarkan Kim bungsu itu jauh berbeda.

"Taehyung akan tetap menjadi cucu bungsu mu Harabeoji. Sejauh apapun dia pergi, dia akan selalu menjadi bagian dari dirimu." Katanya dengan sambil tersenyum

"Ya, kau benar. Sejauh apapun dia pergi dari ku. Darahku tatap mengalir dalam dirinya."




TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top