84
Assalamu'alaikum lagi dan lagi...
Maaf ya komennya blm di balas lgi, smbil edit nih dr hp.
Yaaa udh..
Komen jejak kalian jgn lupaaa
Seee u next chap!
Borahaeee
💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜
____________________________________________________________________________
Berbeda dengan Hwang-Gwan yang penuh kegundahan, Bangtan Academy justru penuh dengan kesibukan disetiap sudutnya.
Dimana mata memandang pasti akan melihat banyak kesibukan yang dilakukan seluruh civitas di lingkungan itu.
Untuk para siswa, mereka memang sudah menyelesaikan ujian semester lebih awal di banding jadwal ujian sekolah-sekolah lainnya. Itu sudah menjadi tradisi di Bangtan setiap kali waktu ujian tiba, jadwal mereka selalu lebih dulu dibandingkan sekolah manapun.
Bangtan memiliki acara tahunan yang selalu di gelar rutin dan melibatkan seluruh siswa dan para staf, dan pengajar. Salah satunya acara festival musim dingin yang di gelar tepat di sehari seblum perhantian tahun, tanggal tiga puluh satu Desember penghujung tahun.
Oleh sebab itu sekarang semua orang sedang melakukan persiapan untuk acara tahunan mereka, semua jenjang pendidikan di Bangtan juga terlibat mulai dari Senior High School, Junior High School bahkan Elementary School juga wajib berpartisipasi.
Karena festival itu tidak akan berlangsung selama satu hari saja, tetapi akan dilakukan selama sepekan penuh. Maka jadwal acaranya cukup padat, mulai dari acara pembukaan. Biasanya acara pembukan akan menampilkan persembahan-persembahan dari para siswa Bangtan dalam berbagai jenis bidang seni untuk menghibur pengunjung.
Kemudian dilanjutkan pameran seni yang memamerkan hasil karya para siswa, lalu ada stand makanan juga yang semuanya di buat oleh para siswa yang wajib berpartisipasi,
pada acara puncak di hari terkahir, biasanya akan digelar charity penggalangan dana yang nantinya akan disalurkan untuk panti asuhan-panti asuhan di seluruh busan. Dan Biasanya acara puncak ini adalah yang paling di tunggu-tunggu.
Berbeda dengan acara pembukaan yang terkesan seperti festival sekolah pada umumnya, dimana setiap tingkatan wajib menampilkan maksimal satu pertunjukan.
Di acara puncak charity di isi oleh bukan hanya dari para siswa tetapi alumni dan staf pengajar pun juga ikut mengisi acara dan biasanya apa yang ditampilkan tidak pernah mengecewakan pengunjung, hingga tidak sedikit yang menyumbangkan hartanya lewat acara tersebut.
Itulah sekilas tentang kesibukan siswa, lalu untuk para alumni yang sedang memasuki masa ujian akhir khusus, mereka juga tidak kalah sibuk.
Saat ini, hampir semua siswa Ujian khusus itu sedang berada di lapangan indoor menerima pengarahan untuk jalannya Ujian tersebut.
Tetapi tidak untuk tiga pemuda tampan mantan siswa paling bermasalah seantero Bangtan Academy yang catatan hitamnya bahkan memiliki rak tersendiri.
Saking banyaknya yang tercatat di buku-buku pelanggaran sejak mereka di tingkat dasar hingga lulus tiga tahun yang lalu, jumlahnya bahkan disandingkan dengan semua piala kemenangan untuk berbagai macam olimpiade dan kompetisi yang pernah mereka ikuti.
Taehyung, Jimin dan Jungkook.
Ketiganya saat ini berada di ruang Kepala Sekolah mereka sejak satu setengah jam yang lalu setelah acara pembukaan selesai di gelar.
“Hahhh..”
Ketiganya tak henti menghela nafas lelah sejak tadi, kepala sekolah mereka hanya diam sembari meneruskan pekerjaanya yang mereka tidak tahu apa itu.
Bukan keinginan mereka terjebak dalam situasi ini apalagi diruangan kepala sekolah yang masih tetap sama seperti yang mereka ingat sejak pertama kali memasuki ruangan itu bertahun-tahun lalu.
“Saem ini sudah satu setengah jam.” Kata Jungkook pada kepala sekolah yang sepertinya tidak terganggu sama sakali dengan keberadaan mereka disana.
Kepala sekolah mereka, Bang Sihyuk atau yang mereka panggil dengan Bang Songsaenim itu mengalihkan tatapannya dari berkas yang sedang ia baca,
mata sipitnya yang tampak begitu kecil itu memandang datar pada ketiga siswa, ah salah mungkin lebih tepat mantan siswanya yang tidak pernah absen menunjunginya hampir setiap minggu sewaktu sekolah dulu itu.“Lalu?” tanyanya singkat.
Taehyung merengut mendengar perkataan kepala sekolahnya yang terdengar tidak peduli, “Pegal, Bang Saem!” keluhnya dengan keras.
Hilang sudah tampang brandal yang biasa menghiasi wajah Taehyung beberapa tahun belakangan. Wajah tampan dengan ekspresi yang lugu dan polos itu telah kembali.
Salah satu keunikan Taehyung yang membuat orang-orang berpikir jika dia memiliki kepribadian ganda. Tetapi, tidak! Taehyung itu normal dan tidak mengidap gangguan kepribadian seperti yang dibicarakan.
Itu hanya keunikan yang dia miliki secara alami. Dia mungkin terlihat polos dan lugu di suatu waktu, dan kemudian di waktu lain tampak dingin tak tersentuh. Semua itu semacam pengendalian emosi dan ekspresi yang entah bagaimana Taehyung miliki secara alami dalam dirinya.
Kepala sekolah Bang mengalihkan lagi pandangannya pada berkas di tangannya saat melihat Taehyung yang sudah kembali pada mode lugunya, “Bukan kah kalian sedang aku hukum? Jadi nikmati saja.”
“Bang Saem, kau tega sekali. Padahal kita sudah lama tidak bertemu.” Kali ini Jimin yang coba merayu,
mereka bertiga akan melakukan apapun agar bisa terbebas dari hukuman klasik yang membuat pegal lengan ini.
Bayangkan saja ketiganya harus berlutut berjajar di samping meja sang Kepala sekolah dengan kedua tangan yang diangkat keatas selama hampir dua jam, jika terus dibiarkan. Tangan mereka bisa kram.
Kepala sekolah meletakan bolpoin yang ia baru saja ia gunakan untuk menandatangi dokumen tadi.
Setelah menutup dokumennya dengan rapi, Bang Songsaengnim memutar kursinya menghadap ketiga pemuda yang memasang wajah menyedihkan itu, “Benar juga sudah lama sekali kita tidak bertemu, lalu kenapa kalian tidak juga berubah? Kalian berbuat ulah padahal ini pertama kalinya kalian kebali kesekolah lagi setelah tiga tahun lamanya.” Katanya dengan santai, dia tidak akan termakan wajah menyedihkan mereka itu. Anak-anak ini licik dia sangat paham akan hal itu.
Dia akan melepaskan ketiganya setelah mendapatkan tujuan utamanya menghukum anak-anak itu dengan cara begini.
“Kami tidak berulah Saem, itu hanya keterlambatan yang tidak disengaja.” Kata Taehyung dan diangguki Jimin serta Jungkook.
Jimin menambahkan fakta tentang jam yang sudah hampir pukul dua belas itu. “Saem sebentar lagi jam makan siang.”
“Ah, benar juga. Aku ada janji makan siang penting setelah ini.”
Mendengar perkataan sang kepala sekolah, ketiganya menatap dengan penuh semangat. Itu artinya hukuman mereka akan berakhir karena sang kepala sekalah akan pergi dari ruangannya.
“Berarti hukuman kami sudah berakhirkan, Bang Saem?” Tanya Jimin dengan semangat
“Mwo? Aku tidak mengatakan hukuman kalian berkhir,kan?”
Jungkook yang awalnya sudah bahagia dan membayangkan akan membeli banyak banana milk kesukaannya di kantin langsung mengeluh keras, “Yaaaa, Saem! Aku harus ke kantin secepat mungkin saat makan siang.” katanya
“Untuk apa? Biasanya juga kalian lebih suka mengacau langsung di dapur chef Choi.”
Memang banar, mereka bertiga sering kali datang kedapur dan menemui sang koki yang menjadi favorit ketiganya dan minta dibuatkan makan siang atau sekedar camilan saja.
“Saem, kasihanilah aku! Sejak pagi aku belum mendapatan asupan banana milkku.” Kata Jungkook banar-banar memelas.
Dia sudah rindu dengan susu rasa pisang yang creamy itu. Jimin tadi pagi hanya memberinya susu kotak biasa. Jungkook sudah berancana menagih janji si Mochi bantet itu dengan memalaknya membelikan banana milk yang banyak untuk hari ini.
Bang Saem memutar matanya malas, kenapa orang-orang seperti mereka bertiga yang IQnya kelewat jenius memiliki kesukaan-kesukaan aneh yang sangat tidak biasa?
Jungkook yang maniak susu pisang akut dan wajib baginya untuk meminum susu pisang minimal satu kali dalam sehari dan tidak boleh terlewat.
Kemudian Jimin yang cinta mati dengan sereal,
lalu yang paling aneh, Kim Taehyung si pecinta strawberry, mulai dari buahnya, hingga olahan-olahan berbahan dasar buah merah berbintik yang terasa asam itu.
Tapi ada bagusnya juga, pikir Bang Saem. Setidaknya ada hal-hal yang bisa digunakan untuk menyogok ataupun merayu anak-anak itu dalam situasi-situasi tertentu.
“Eoh? Banana Milk? Kurasa aku memiliki beberapa di kulkas itu. rasa Stroberry dan Vanila juga ada. Kim Songsaengnim kemarin memberikan bayak sekali. Katanya dia mendapatkan banyak stock susu dari salah satu kliennya.” Katanya dengan sengaja.
Jungkook menatapnya semakin memelas, kepala sekolahnya ini mamang licik dia pasti sengaja melakukan semua ini untuk suatu tujuan. Dan Tampaknya Jimin dan Taehyung juga satu pemikiran dengan Jungkook
“Bang Saem, ayolah. Lepaskan kami kali ini saja.”
“Aku sudah sering kali membiarkan kalian lepas dari hukuman. Lagi pula kalian harusnya menikmatinya. Anggap saja ini pemanasan sebelum ujian akhir dimulai.”
Ketiga pemuda itu terdiam, mereka saling pandang seolah sedang berkomunikasi melalui tatapan mata saja.
“Saem, ayo buat kesepakatan!” Kata Taehyung
Mereka tidak akan bisa keluar dari ruangan ini jika tidak mengikuti permainan Kepala Sekolah. Entah apa yang dia inginkan, yang jelas mereka harus menghentikan hukuman ini dulu.
Diam-diam Bang Songsaengnim tersenyum senang, rencananya berjalan dengan lancar. Sekarang hanya perlu membuat anak-anak itu mengucapkan apa yang dia inginkan.
“Hemm? Kalian yakin?”
“Ne!” jawab ketiganya dengan kompak.
“Apa yang akan kalian tawarkan pada ku sekarang? jika dulu kalian bisa dengan leluasa melakukan tawar menawar dengan ku karena status siswa kalian. Tetapi saat ini kalian sudah tidak bisa melakukan yang sepeti dulu. Kalian sudah tidak bisa lagi mempersembahkan piala-piala olimpiade.” Kata sang kepala sekolah dengan tatapan seriusnya.
Taehyung, Jimin dan Jungkook berdecih dalam hati.
Inilah pertanyaan utama yang sejak tadi ditunggu-tunggu untuk di lontarkan oleh Bang Songsaengnim, pikir ketiganya kompak. Mereka saling tatap kembali, dan mengangguk bersamaan.
“Kami akan melakukan apapun yang Saem inginkan, bagaimana?” kata Jimin tanpa basa-basi.
Tangan mereka sudah terlalu pegal, lebih tepatnya hanya Jimin yang merasakannya.
Taehyung dan Jungkook hanya ikut-ikutan merengek saja. Mereka berdua mana mungkin dapat merasakan hal itu secara langsung.
Jimin itu seperti alarm bagi keduanya jika sedang menjalani hukuman fisik, dan jimin mengeluh pegal itu artinya tubuh mereka berdua juga pasti pegal bukan? Mereka menjalani hukuman yang sama dalam waktu yang sama, sudah pasti yang dirasakan juga tidak akan jauh berbeda.
“Hemm, bagaimana ya? Tawaran kalian cukup menarik. Tetapi saat ini aku sedang tidak ingin apapun.” Kata Bang Saem, pura-pura jual mahal.
Sementara aslinya dia sudah tertawa bahagia dalam hati karena anak-anak itu mengikuti permainnannya dengan suka rela
“Saeeeemm, ayolah. Penawaran kami ini terbatas. Tidak semua orang bisa mendapatkan penawaran sebagus itu dari kami bertiga.” Kata Jungkook yang tidak sabaran.
Kenapa main Tarik ulur segala sih, pak tua ini. Susu pisangnya nanti keburu habis sebelum mereka selesai dengan hukuman ini pikirnya kesal.
“Ah, aku ingat sesuatu.” Kata Bang Saem dengan tiba-tiba, jelas sekali itu bohong! Aktingnya sangat-sangat buruk, “Kalian tentunya ingat jika festival musim dingin akan segera di mulai bukan?” lanjutnya
Jimin mendengus kesal melihat kelakuan kepala sekolahnya itu, “Ne, kami sempat melihat pengumumannya di mading tadi.”
“Tahun ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, para panitia acara melapor kepadaku semalam. Mereka masih kekurangan orang untuk acara itu, karena banyak yang harus di handle.” Katanya dengan wajah sedih yang dibuat-buat.
Pahamlah mereka sekarang, tujuan utama sang kepala sekolah adalah menjadikan mereka orang-orang yang mengisi kekurangan orang untuk acara festival itu. Jika hanya itu, seharusnya dia tidak perlu berbelit-belit seperti di awal tadi.
“Kami bersedia mengisi kekurangan itu Saem, tidak masalah, benarkan?” kata Jungkook meminta pendapat kedua sahabatnya
“Hem, hanya membantu itu tidak akan sulit.” Kata Taehyung mengiyakan, Jimin hanya mengangguk saja.
“Kalian yakin?” tanya kepala sekolah
“Selama itu masih dalam bidang yang kami bisa, kami bersedia.” Sahut Jimin agar semua omong kosong ini segera berakhir.
Kepala sekolah mereka itu bertepuk tangan semangat, “Kalian akan sangat sesuai dengan bidang ini. Aku jamin itu.” ujarnya, “Jadi kalian sepakat dengan hal ini?” lanjutnya untuk lebih meyakinkan jika ketiganya tidak akan bisa menarik ucapannya lagi setelah ini.
“Ne, kami setuju untuk membantu acara festival musim dingin tahun ini.” Kata Taehyung memutar matanya malas,
sampai kapan Bang Songsaengnim akan mengulang-ulang pertanyaan itu. Dia sudah mendapatkan yang ia ingin dari ketiganya.
“Baiklah, karena kita sudah sepakat. Kalian tidak akan bisa mundur lagi. Kalian juga tidak bisa menggunakan Ujian akhir yang sedang kalian jalani sebagai alasan untuk menghindar, mengerti.”
“Tidak masalah, kami akan berusaha tetap menajalankan tugas yang di berikan dengan penuh tanggung jawab.”
“Bagus. Kalian bisa berdiri sekarang.”
Ucapan itu bagaikan music terindah yang pernah mereka dengar!
Akhirnya penantian panjang penuh drama mereka terbayar sudah.
Mereka bebas dari hukuman menyebalkan itu. lain kali mereka akan me-request untuk hukuman fisik saja, sepeti berlari di lapangan atau berenang memutari danau seperti Taehyung dulu akan dengan senang hati mereka lakukan, dibanding hukuman sederhana yang malah efek setelahnya yang membuat tangan kebas.
“Aku harus segera pergi untuk janji makan siang sekarang, ambillah susu di kulkas itu. Sebenarnya aku tidak menyukai susu yang seperti itu, karena kalori dan lemaknya cukup tinggi untuk orang tua seumuran ku.”
Mata Jungkook berbinar mendengar hal itu, “Jinja?” tanyanya
“Hem, setelah itu kalian bisa berkumpul dengan yang lain untuk pengarahan ujiannya. Untuk kesepakatan awal kita, nanti panitia acara akan menemui kalian untuk membicarakan bagian yang bisa kalian bantu.” Kata Bang Saem mengusir ketiganya secara halus dari sana.
“Kami pergi dulu, Saem. Terima kasih untuk susunya.”
“Hem, pergilah. Dan jangan berbuat ulah macam-macam seminggu ini, paham?”
Sebenarnya Bang Saem tahu betul peringatan semacam itu akan percuma. Karena meskipun ketiganya tidak berniat membuat ulah, tetapi ada saja hal yang membuat mereka terlibat masalah.
Mereka layaknya magnet yang selalu menarik masalah-masalah untuk datang menghampiri.
“Kami tidak bisa berjanji Saem, masa depan tidak bisa di prediksi. Bisa saja kami tiba-tiba terlibat masalah tanpa kami kehendaki.” Kata Taehyung santai, dia tidak membual tentang hal itu.
“Setidaknya tahan diri kalian untuk berulah. Tae, kau tidak lupa jika Yeontan masih berada di dalam pengawasan ku bukan?”
Mata Taehyung membulat mendengar penuturan sang kepala sekolah tentang anjing kesayangannya itu.
Kim Yeontan, anak anjing jenis pomerarian yang mencuri hatinya sejak pertama kali melihat itu, bagaimana mungkin berada di tangan kepala sekolahnya.
Seingatnya terakhir kali dia menitipkan Yeontan pada Nyonya Min di Hwang-gwan untuk dirawat selama dia berada di Seoul, itu tiga tahun lalu. Taehyung belum bertemu Yeontan sejak itu.
“Tannie? Kenapa dia bisa ada padamu, Bang Saem!” katanya dengan panik
“Yeontanie yang manis menolak menjauh dari ku saat sedang berkunjung ke Hwang-Gwan. Jadi aku membawanya bersama ku.” Jelas Bang Saem.
“Tenang saja, dia aman dan terawat dengan baik. Aku bahkan mengajaknya kesalon anjing untuk perawatan bulunya.” lanjutnya
“Kenapa tidak ada yang mengabariku soal itu.” Tanya Taehyung lagi.
“Aku sudah menelpon mu tapi kau tidak bisa dihubungi berhari-hari.”
Taehyung terdiam, mungkinkah itu saat mereka berada di rusia? Sial sekali harusnya dia menghancurkan tempat terkutut yang bahkan sinyal ponsel pun tidak ada.
“Sudah, pergilah kalian. Aku juga harus segera pergi. Keberadaan kalian disini menghambat jadwalku selanjutnya. Ingat Yeontan ditangan ku.” Kata Bang Songsaengnim lagi.
Kata-kata itu memang diucapkan dengan nada biasa dan ekspresi senyum yang ramah, tetapi percayalah bagi Taehyung, Jimin dan Jungkook itu semacam ancaman untuk mereka agar tidak berbuat macam-macam jika tidak ingin Yeontan menjadi taruhannya.
Licik memang!
“Saem, jaga anak ku itu dengan baik. Aku akan mengambilnya begitu ujian ku selesai.” Kata Taehyung dengan kesal.
Lihat saja, jika salah satu anak kesayangannya itu kenapa-kenapa. Dia akan membuat perhitungan pada sang kepala sekolah.
“Tentu. Tannie pasti rindu bertemu dengan ayah aliennya.” Sahut Bang Saem santai.
Kali ini dia yang menang, ketiga anak itu berhasil dia taklukan dengan cukup mudah dibanding perkiraannya.
Mungkin karena sudah terlalu lelah dengan hukuman tadi, mereka bahkan mengikuti permainannya tanpa perlu ia giring dengan serius.
Seperti ketiganya tidak benar-benar mencerna kalimatnya tentang membantu panitia acara festival itu. tetapi syukurlah, dengan begitu tidak ada perlawanan sengit yang ia hadapi, ucap sang kepala sekolah dalam hati nya.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top