74
Yupz chapter terakhir yg di up kali ini.
G ada up lagi smpai jadwal berikutnya..
Jgn lupa komen dan vote ny, bsk pagi aku balasin ya..
Mau tdr aku tuhh...
Purple U
Mimpih indah semuaa....
💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜______________________________________
"Jika benar begitu, itu tandanya cucu bungsu ku juga akan mengikuti ujian ini?" Tanya Tuan Kim penasaran juga.
Jika itu benar, tandanya sang cucu juga harus mengikutinya. Sepertinya keluarga keturunan Kim ini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan itu sudah mendarah daging.
Tadi kedua cucunya sekarang bahkan kepala keluarga tertanya. Sekarang mereka yakin darimana asal sifat ingin tahu milik Kim Taehyung yang tidak bisa ditahan itu.
Bahkan jika dia ingin tahu rasanya tercebur ke palung laut pun ia akan dengan senang hati mencobanya. Antara rasa ingin tahu dan tidak waras itu beda tipis, setipis plastir pembungkus roti yang biasa di jual di mini market 24 jam.
"Ne, tentu saja Tuan Kim. Kim Taehyung masih tercatat sebagai salah satu siswa di Bangtan Academy, walaupun dia telah lulus secara nasional dari ujian Negara." Kata Kim Saem dengan senyum simpulnya.
"Benar ini sudah tiga tahun, berarti ia akan ikut ujian tahun ini yang artinya di mulai hari ini, benarkan?"
"Anda tidak berpikir jika cucu anda itu pulang hanya untuk memberi pelukan dan mengucapkan salam saja kan?" kata Jung Saem.
Jika itu tentang ketiga pemuda didikannya dan ketiga rekannya, maka hal itu sangat tidak mungkin.
Mereka itu antimainstrem, basa-basi seperti itu bukan gaya ketiganya. Percayalah apa yang mereka lakukan selalu memiliki alasan yang jauh dari hal-hal mainstream.
Lain dengan ke-empat Songsaengnim yang masih berwajah tenang itu, maka lain pula dengan para anggota tiga keluarga itu, terutama keluarga Kim yang cucunya menjadi topic pembicaraan.
"Kau tahu cucuku sudah pulang dan ada disini?"
Nyonya Besar Kim lah yang bertanya dengan nada kaget yang tidak disembunyikan. Seluruh mata keluarga Kim tertuju pada mereka, menanti jawaban.
Lee Saem yang menyadari suasana cukup tegang pada akhirnya berbicara, memberikan kejelasan atas pertanyaan itu. "Ekhem! Tentu saja tahu, memangnya kalian pikir untuk apa kami pagi-pagi buta sudah berada di Mansion ini jika bukan karena ketiga pemuda yang tak sadarkan diri di kamar tamu itu?" katanya sembari tersenyum manis.
"Sebenarnya ketiga anak itu sudah berada di busan sejak seminggu yang lalu. Hanya saja, sangat sulit melacak keberadaan mereka. Dan tadi subuh, tiba-tiba saja kami mendapatkan berita jika ketiganya sudah beradaa di tempat ini." Im Saem menyambung dari perkataan Lee Saem sebelumnya dengan nada manis yang selalu membuat orang suka mendengarnya berbicara begitu lembut.
Kim Saem yang sejak tadi lebih banyak diam itu tiba-tiba saja berdiri dan beranjak dari kursi yang ia duduki. Ia tersenyum ramah dan menatap semua orang disana,
"Kami harus bergegas untuk bersiap-siap. Tolong ingatkan mereka untuk datang pada upacara pembukaannya. Upacaranya akan di mulai pukul Sembilan nanti. Dan aku titip benda ini untuk mereka bertiga.
Tolong berikan sebelum mereka berangkat ke Upacara. Benda ini sangat penting" ucapnya sembari mengulurkan sebuah kotak hitam berkilau yang terlihat mahal dan terhiasi ukiran-ukiran rumit berbentuk lingkaran dan aksara kuno
"Benda ini terkunci?" kata Namjoon yang kebetulan menerima kotak tersebut karena ia yang paling dekat dengan Kim Songsaengnim.
"Iya, mereka memiliki kuncinya. Baiklah kami pergi dulu." Sahutnya sebelum membungkukan badan untuk undur diri dari ruangan itu di ikuti ketiga rekanya yang lain.
Selepas kepergian ke-empat Songsaengnim itu, ruang makan yang sebelmnya ramai menjadi sepi, mereka terlalu sibuk berpikir, hingga suara Tuan Besar Kim menyadarkan mereka.
"Selesaikan sarapan kalian, setelah itu bangunkan ketiga anak itu!" tegas dan lugas! Itulah salah satu charisma Tuan Besar Kim yang tidak pernah bisa dilawan oleh mereka yang mengenalnya.
Suara beratnya yang dalam itu membuat apa yang ia ucapkan seperti perintah raja yang tidak bisa di tolak.
Tidak ada yang membantah, mereka semua segera melakukan kata-kata itu dengan diam. Bahkan Tuan Park dan Tuan Jung, bukannya mereka takut, tetapi lebih kepada menghormati Tuan Besar Kim.
"YAK!!! SUDAH KUBILANG PERHATIKAN LANGKAH MU!!!"
Suara teriakan itu berhasil membuat mereka mengalihkan pandangan dari piring masing-masing, suara teriakan itu berasal dari ruang tengah yang berbatasan dengan ruang makan dan dapur.
Semua orang saling tatap, siapa gerangan yang berteriak pagi-pagi begini.
"Biar aku saja yang lihat, Harabeoji." Kata Seokjin, menahan sang Kakek yang terlihat akan beranjak itu.
Dirinya sudah bangkit dari kursi dan akan beranjak dari meja makan itu, tetapi sebelum itu terjadi, tiga orang dengan tampang bangun tidurnya memasuki ruangan, dan merekalah sumber keributan tadi.
****
Kamar besar yang semula masih gelap itu sekarang mulai tampak temaran dengan cahaya matahari yang menembus celah-celah gorden yang tidak tertutup rapat.
Terusik oleh sinar hangat yang menyentuh kulit itu, perlahan tapi pasti ketiga pasang mata itu terbuka dalam waktu yang hampir bersamaan, entah itu keajaiban atau tidak, yang jelas itu sangat menakjubkan saat mata-mata berbeda warna dan bentuk itu terbuka perlahan.
Satu detik... berpasang-pasang mata itu mulai terbuka setengah
Dua detik... kerjapan-kerjapan mulai terlihat
Tiga detik... tiga tatapan itu menatap diam entah objek apa
Empat detik... masih tidak ada perubahan
Lima detik... tidak ada pergerakan berarti
Enam detik... masih tetap sama
Tujuh detik... kening mulai berkerut samar
Delapan detik... kerutan makin terlihat jelas
Sembilan detik... kerutan itu di sertai membulatnya tiga pasang mata tadi
Sepuluh detik ... mata-mata itu mulai saling pandang satu sama lain
"Shit!"
Desisan tajam itu terlontar tepat pada detik ke sebelas disusul tubuh salah satunya yang melonjak dari kasur dengan raut wajah yang panic dan tidak fokus.
Bagaimana mereka bisa lupa, ah! Salah bukan lupa, hanya terlambat mengingat jadwal penting yang membuat mereka keluar dari permainan petak umpet selama ini.
"Jam berapa sekarang?!" kata Jungkook dengan suara yang masih serak efek bangun tidur.
Dia masih duduk tenang di pinggir kasur, Matanya sibuk melirik kesana-kemari mencari jam dinding atau apa saja yang bisa menunjukan waktu.
Jimin yang pertama terlonjak itu menyadari tidak ada jam disana segera merogoh sakunya, ia ingat menyimpan ponselnya disana kemarin. Mata sipit yang bahkan terlihat lebih sipit saat bangun tidur itu terbuka selebar-lebarnya yang ia bisa. "Setengah delapan! Sialan, upacara akan di mulai jam Sembilan tepat!" katanya setengah berteriak.
Jika Jimin terlihat paling panik, Taehyung yang terdiam dalam proses pengumpulan nyawanya yang belum berakhir, maka Jungkook yang paling normal! Ia berdiri dan memasukan tangannya ke dalam kaos yang ia pakai dan menggaruk-garuk perutnya yang sebenarna tidak gatal, hanya kebiasaan saja!
Jimin bergerak dengan menarik lengan Taehyung yang masih setengah sadar dan mendorong Jungkook di hadapannya agar cepat bergerak.
Ruangan yang awalnya sunyi itu sekarang malah terdengar ribut karena pergerak Jimin yang bergerak kesana kemari didalam kamar, memberikan sepatu Jungkook agar ia memakainya, ditambah ia yang juga memakai sepatunya dengan sebelah tangan sambil berjalan dengan satu tangan lainnya yang masih menggeret lengan Taehyung.
Setelah sepatunya terpasang dengan benar ia memakai jaketnya dengan cepat dan kembali menyuruh Jungkook untuk bergegas. Jungkook yang berjalan masih dengan mata separuh tertutupnya itu tetap mengikuti instruksi Jimin. Entah kenapa hari ini matanya sangat malas untuk terbuka.
Jungkook adalah yang pertama membuka pintu kamar itu dan berjalan pelan menuju dapur, ia haus ngomong-ngomong. Jimin tepat berada di belakangnya, sebelah tangannya menenteng sepatu milik Taehyung dan jaket tebal milik kedua sahabatnya itu, sementara tangan satunya menggeret Taehyung yang masih diam dan proses loading yang belum juga usai.
Matanya sesekali mengarah pada Jungkook yang berjalan di hadapannya dan beberapa kali mengingatkan untuk memperhatikan jalan.
'Berjalan dengan benar Kookie, perhatikan depanmu', seperti itu kira-kira. Ia bagaikan ibu-ibu yang mengurus dua bayi!
Butuh berapa menit untuknya saat ini dengan kedua tangan yang sibuk itu, ia kesusahan!
Dan kemana para Noona Maid yang biasanya hilir mudik membersihkan tempat ini sekarang, kenapa tidak ada satupun yang datang membantuya, setidaknya membawakan dua jaket tebal dan sepatu yang ia tenteng sejak tadi ini. Belum lagi ia harus membagi perhatiannya pada Jungkook yang masih setengah sadar itu, tadi saja ia hampir menabarak almari pajangan, untung saja Jimin cepat meneriakinya.
Soal Maid, seperti yang sudah diketahui, mereka bekerja lebih pagi dari biasanya hari ini, jadi jam segini ya sudah tidak ada lagi yang bisa mereka kerjakan di ruangan utama, mereka pasti sudah beralih ke ruangan-ruangan lain di sana atau mengerjakan yang lain.
Saat akan mencapai ruang makan yang menjadi tujuan mereka, Jimin berteriak kencang saat melihat Jungkook yang tinggal semeter lagi akan menabrak pilar besar yang ada disana.
"YAK!!! SUDAH KUBILANG PERHATIKAN LANGKAH MU!!!"
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top