64
Assalamu'alaikum
Wahai kalian para Reader-nim kesayangannya aku! Wajib baca ini dulu sebelum scroll ke bawah, OK!!!!!
Kabar kalian gimana?
Semoga selalu sehat dan menanti kelanjutan ini lapak.
Rindu ya sama LION??
Wkwkwk, banyak yg DM tnya kapan up, tp maaf bales ny telat bangettttt, special pakai malah!!!!
Sorry banget untuk kelamaan update ny, daku punya dunia nyata untuk ditapaki sebagai seorang manusia, bukan hanya dunia halu yang membuat orang sering lupa kenyataan ini.
Tapi tdk ush khawatir, aku ttp ingat dengan kalian, karena itu sekarang aku up, wkwkwk.
Pokoknya kalian harus KOMEN dan VOTE!!!!
Kali ini wajib. Karena bakalan menentukan apakah akan aku lanjutkan atau nggak untuk up, vers. Ny Taehyung ini.
Karena jujur aja. Draft ku udh hampir selesai untk yg versi cetak. Tinggal editing penulisannya yang halamannya lebih dr seribu itu. Karena itu jd agak lama. Heheheh...
Jd sambil nunggu selesai maunya aku END kan versi wattpadny. Serius, versi ini menghabiskan waktu juga untuk mengedit bagiannya. Kan lebih efektif, aku gunakan buat menyelesaikan versi cetaknya. Dua versi lainya menunggu untuk di kerjakan juga dan di up.
Jadi Tulis pendapat kalian di kolom komen nya ya..
Okay segitu aja. Nnt Komen dan vote bakalan aku up beberapa chap lgi, smbil menunggu pendapat kalian untuk kelanjutannya.
Okay???
Okelah!!!!
See U next Chap!!!
Saranghae...
Borahaeee.....
💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜
______________________________________
Scroll aja terus, ada di bawah!
Terus, aku nya kebanyakan enter tadi!
Eh? Belum ketemu??
Apa jangan" kosong ya??
Wahh!!! Nih author ngajak tarung!!! Pasti kalian mikirnya gitu nih!!!
Nggak ada kok, aku ingt nulisnya di bawah!
Entr lgi coba!
Nemu tanda g? Tanda gini ✌️
✌️😝😝😝✌️😘😘
Saaaaaaayang kalian!!!!!!!
Happy reading, kesayanganku!!!
Hideout, Busan
One hour, before lunch.
"Arrrggghhhhhhh!!!!!!"
Teriakan yang sarat akan kefrustasian itu terdengar menggema di ruang belajar yang saat ini di tempati oleh tiga anggota termuda dari tiga keluarga konglomerat besar Korea saat ini.
Salah satu dari dua pemuda dan satu orang gadis itu berteriak dengan cukup keras hingga mengagetkan dua orang lainnya, Park Jihyun.
"YAK! Kau gila?! Berteriak sekeras itu, kau mau membuat kami jantungan!!!"
Jung Jaein. Si kembar putra bungsu Keluarga Jung itu mendesis kesal mendengar teriakan teman barunya sejak beberapa minggu ini. Desisan kesal yang diawali dengan satu kata teriakan itu nyatanya mendapat anggukan setuju dari saudari kembarnya Jung Yaein yang juga terkejut sambil mengelus dadanya karena kaget.
Bayangkan saja siapa yang tidak terkejut saat sedang berlajar dengan seriusnya, tiba-tiba seseorang berteriak dengan suara keras dan melengking ditambah lagi ruangan tempat mereka berada adalah ruang tertutup yang membuat suara menggema.
"Maaf! Aku hanya menyalurkan rasa kesal dan bosan ku saja. memangnya kalian tidak merasa kesal terkurung di rumah besar ini..? Ah! Salah, dibandingkan disebut rumah, tempat ini lebih cocok di sebut istana! Siapa juga yang membangun tempat semegah ini di daerah yang hampir di kelilingi hutan begini!" kata Jihyun.
"Ck, tapi tidak dengan berteriak tiba-tiba juga, Jihyun-ah! Berbicara seperti biasanya kan bisa tanpa harus berteriak.."
"Sudahlah kalian berdua. Sebaiknya cepat selesaikan pekerjaan kita, sebentar lagi waktunya makan siang, Songsaengnim itu pasti akan sgera datang sebentar lagi! aku tidak mau dihukum dengan soal-soal itu lagi.."
Bukan tanpa alasan Yein berkata demikian. Sejak mereka menginjakan kaki di tempat yang menurut Jihyun adalah istana itu, kira-kira tiga minggu yang alu dan memulai home schooling langsung di keesokan harinya, Songsaengnim yang mengajar mereka benar-benar sadis dan tak berperasaan menurut mereka. Ada empat orang yang menjadi guru pengajar dengan masing-masing mengajar pelajaran yang berbeda sebagai guru mereka.
Dua laki-laki dan dua perempuan. Sebenarnya tidak akan membuat ngeri jika mereka seperti seorang guru yang biasa mereka lihat. Masalahnya mereka berempat aneh dan jauh dari kesan seorang guru.
Mulai dari cara berpakaian mereka yang sangat modis bahakan lebih mirip model, hingga beberapa sifat mereka yang unik dan aneh menurut mereka. Meskipun tetap saja wajah mereka terlihat tampan dan cantik.
Dan yang paling mengesalkan lagi, para Songsaengnim itu tidak main-main saat menghukum jika salah satu dari mereka tidak melakukan perintah yang diberikan, atau tidak mengerjakan pr.
Bukan hukuman fisik memang tetapi dihukum mengerjakan puluhan soal dengan tingkat kesulitan yang tinggi bukanlah al yang menyenangkan, bahkan lebih baik di hukum berlari mengelilingi lapangan atau membersihan kamar mandi di bandingkan senam otak seperti ini. begitu pikir mereka bertiga, oleh karena itulah mereka tidak pernah lagi mengabaikan selama penjelasan dan selalu mengerjakan pr tepat waktu.
"Cih, kenapa juga mereka yang harus menjadi guru Home Schooling untuk kita bertiga? Aku tidak suka mereka, terlalu sok. Memangnya benar mereka adalah guru-guru jenius hanya karena mereka mengajar di sekolah terbaik di Negara ini? tidak ada orang lain apa!"
Mulut seorang Park Jihyun memang selalu bekerja lebih cepat dibandingkan otaknya. Padahal dia mendengar sendiri saat Jendral Wang mengatakan jika para guru yang mengajar mereka bukanlah guru biasa, mereka adalah guru-guru pilihan yang sudah mengajar lama di sekolah terbaik di Negara mereka, Bangtan Academy.
"Ada banyak sebenarnya, tapi sayangnya kamilah yang di tunjuk untuk membimbing kalian.."
Tiga kepala yang telah menghuni ruang belajar yang lebih tepat disebut perpustakaan itu berbalik bersaan saat mendengar suara lain ikut dalam pembicaraan mereka.
Ketiganya menelan ludah saat mendapati salah satu Songsaengnim mereka berdiri dengan santai menyandar di daun pintu ruangan itu sembari melipat tangannya. Kim Saem begitu mereka menyebutnya.
Pria dewasa yang berusia sekitar pertengahan tiga puluh itu masih terlihat muda dengan stylenya yang sedikit nyentrik. Jika tidak mendengarkan perkenalan mereka tiga minggu yang lalu, semua orang yang tinggal di tempat ini pasti tidak akan menyangka jika ia dan ketiga guru yang lain sudah kepala tiga bahkan hampir kepala empat.
Park Jihyun memang orang yang suka bertindak dengan mulut tanpa berpikir, bukannya meminta maaf karena telah membicarakan gurunya di belakang malah berkata dengan santainya. "Kim Saem? Kenapa anda berdiri disana? Anda menguping pembicaraan kami ya? Wah tidak sopan sekali!"
Sementara Kim Saem hanya mengangkat bahunya acuh dan berjalan santai ke sudut tempat belajar mereka. Tangannya yang cukup lentik untuk ukuran seorang pria itu mengambil sebuah bingkai foto berukuran sedang yang ada di atas meja mengajarnya.
Foto lama yang selalu diletakan disana dan tidak pernah berpindah, yang didalamnya berisikan tiga orang anak kecil yang sedang tersenyum menunjukan gigi mereka dengan saling berangkulan dengan ia dan ketiga rekannya di belakang berdiri memegang tropi besar di masing-masing tangan mereka.
Itu foto yang diambil sekitar sebelas tau dua belas tahun yang lalu saat ketiga anak didalam foto itu mengikuti olimpiade International di Jerman.
"Aku yakin Lee Saem sudah mengatakan pada kalian jika aku akan datang sebelum makan siang untuk memeriksa hasil pekerjaan kalian dari soal-soal yang aku titipkan pada Lee Saem tadi. Jadi aku tidak menguping sama sekali, sewaktu aku memasuki pintu pertanyaan mu terdengar oleh telingaku.
Jadi aku memberikan jawaban dari pertanyaan mu, itu saja. Tentu saja tidak melanggar norma sopan santun sama sekali, bukan begitu Tuan muda Park?" kata Kim Saem sambil mengangkat pandangannya dari bingkai foto yang ia pegang tadi.
"Cih, terserahlah.."
"Walaupun satu darah tetapi memang berbeda ya, mungkin pengaruh didikannya...." Ucap Kim Saem pelan tapi masih didengar jelas oleh mereka bertiga.
Jae In yang tidak paham perkataan gurunya itu reflex bertanya, "Apa maksud anda Saem? Apanya yang sedarah tapi berbeda?"
"Huh? Memangnya Saem mengatakan apa? Ah, sudahlah. Lupakan, mungkin aku hanya melantur tadi. Jadi ada masalah dengan soalnya?"
"Saem, aku kesulitan dengan soal nomor dua belas bisa tolong jelaskan.." Yaein yang tidak peduli dengan pembahasan sebelumnya bertanya dengan santainya membantu Kim Saem mengalihkan pembicaraan yang mungkin akan keluar konteks jika diteruskan itu.
"Ah soal itu, itu mudah kau hanya tinggal mencari konstanta nya dulu, bagian ini harus...."
Pada akhirnya mereka bertiga larut mendengarkan penjelasan Kim Saem tentang soal yang sedang mereka bahas. Melupakan masalah tadi, karena pada dasarnya mereka tetaplah anak muda yang masih perlu sekolah dan belajar untuk masa depan mereka.
Saat focus pada satu hal biasanya waktu yang berjalan tidak akan terasa lamanya. Itulah yang terjadi pada ketiga pemuda itu, satu jam mendengar penjelasan yang penuh dengan hitungan dan angka-angka itu ternyata tidak terasa, jika sang guru sendiri yang mengakhiri pembelajaran mereka.
"Yup! Pembelajaran kalian untuk hari ini telah selesai. Sampai jumpa besok pagi!" kata Kim Saem sembari menatap ketiga pemuda yang masih menatapnya dengan bingung. Tidak seperti biasanya yang akan langsung bergegas untuk menuju ruang makan yang harus melewati lorong panjang dulu untuk sampai disana.
Sementara Kim Saem malah menatap bingung balik pada para siswanya yang tidak beranjak itu. Apa mungkin jika mereka diganggu makhluk halus? Apa ia harus memanggil pengusir setan???
Bisa saja kan, apalagi mengingat tempat ini sangat besar dan cukup sepi karena para penghuninya yang biasa berkeliaran dan berbuat onar tidak pernah kembali ketempat ini sejak hampir empat tahun lalu.
"Ada apa? kalian tidak ingin makan siang? Aku yakin yang lain sudah berkumpul di meja makan." Ucap Kim Saem
"Tentu saja mau, cacing di perutku sudah berteriak meminta nutrisi. Tapi Saem, kau tidak salah? Pembelajaran hari ini, bukankah masih ada dari Im Saem?" kata Jae In dengan cepat.
Ia kira mereka benar-benar kerasukan makhluk halus, ternyata hanya ingin tahu masalah itu. "Ahhh masalah itu ya, aku kira kalian masih mau meneruskan pembelajaran kita. Kalau iya aku masih sanggup sebenarnya untuk meneruskan.."
"Tapi kami yang tidak sanggup lagi Saem! Jadi bagaimana dengan pelajaran Im Saem?"
"Hari ini Im Saem tidak akan datang untuk mengajar, kami memiliki jadwal meeting hari ini setelah makan siang."
"Jinja??? Artinya kami bebas setelah ini kan?" dasarnya mereka memang siswa tahun pertama tingkat Senior High School, pola pikir dan tingkah laku masih remaja labil yang selalu senang saat guru tidak akan mengajar dikelas, bahkan mereka berbicara bersamaan. Kim Saem bisa apa, selain geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka.
Ia jadi merindukan para murid-murid kecilnya dulu.
"Hemm, hanya untuk kali ini. dan ingat tugas kalian dimata pelajaran yang lain. Minggu depan kita akan melakukan penilaian bulanan untuk mengukur perkembangan kemampuan kalian."
"Saem~~~, kenapa harus ada penilaian bulanan segala?? Bukankah sudah ada penilaian tengah semester dan akhir semester?" kata Jihyun.
Kenapa anak ini bisa berbeda sekali dengan Hyungnya, pikir Kim Saem.
Sikap Tuan muda manjanya khas anak orang kaya yang suka mengeluh sangat kental. Sudah dipastikan sebagai anak seorang Konglomerat dan anak bungsu pula, Park Jihyun pastilah sangat dimanja.
"Tidak usah protes, itu untuk kalian juga. Kami harus tahu sejauh mana kalian bisa menerima materi yang kami ajarkan dengan baik. Dari situ kami akan tahu apakah kami harus menaikan grade pelajaran untuk kalian atau tidak.
Karena jujur saja, grade yang kami ajarkan untuk kalian ini masih dalam grade umum untuk siswa Senior High School." Kata Kim Saem menjelaskan.
"Cih, tentu saja sama karena kami memang siswa Senior High School, Saem ini bagaimana sih!"
Siapa lagi yang menjawab serti itu, kecuali si Tuan muda Park, Jung Twins? walaupun mereka sama manjanya tetapi tidak sebanyak bicara Park Jihyun yang lebih cepat mulut bergerak dibandingkan pikiran yang bertindak.
"Bukan begitu maksudku bocah! Kalian bertiga tahu bukan, jika baik aku, Lee Saem, Jang Saem dan Im Saem adalah guru di Bangtan Academy? Kalian pikir kenapa Bangtan Academy menjadi salah satu bahkan bisa dikatakan sekolah terbaik di Korea?"
Diam
Hening
Tidak ada respon
Ketiga pemuda itu tidak tahu mau menjawab apa. Bagaimana mereka bisa tahu, sekolah itu sejak merek tau artinya sekolah juga sudah menjadi yang terbaik di antara yang terbaik. Lalu mereka harus memberikan jawaban yang bagaimana.
Krik.. krikk...
Krik.. krikk..
Bahkan jangkrik di halaman samping terdengar jelas suaranya karena ke terdiaman mereka, sebelum beberapa detik setelahnya ada yang menjawab dengan jawaban yang paling mungkin menurutnya
"Karena 90% spesies orang pintar ada disana! Sementara 10%nya tersebar di seluruh sekolah lain di Korea....
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top