38
Assalamu'alaikum...
Hehehe nunggu lama ya...!!!😁😁😁
Aku kembali dengan ch.38 untuk para readernim kesayangan aku yang menungguku dengan setia untuk up.
Sebelumnya biar aku kasih warning buat kalian dulu!
Warning!
1. Siapkan tisu! Ini wajib buat kalian yg suka baperan, takutnya nangis entar! Kebawa ama jalannya cerita!
2. Siapin hati buat membaca! Hayoo pasti ada yg dag dig dug nih hati ny...
3. Pastikan baca di tempat sepi dan hening! Tempat yang bisa buat kalian konsen! Chap ini butuh banyak konsentrasi.
4. Siapkan jari! Buat apa?? Buat komen lah!!!
Nah itu tadi tips dari aku untuk chap kali ini
Seperti biasa komennya ya..!!! Biasankan untuk komen readernim tercinta ku...
Okay cukup cuap-cuapnya...
See u next chap..
ILU
💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜
______________________________________
Seperti dugaan Kang Ahjushi, makan malam itu hanya ada mereka berdua! tidak satupun dari keempat Hyungnya yang menampakan batang hidung di Mansion Kim bahkan hingga jam sudah menunjukan pukul sebelas malam.
Taehyung sengaja mengulur-ngulur waktu untuk pulang ke Apartment pribadinya sejak selesai makan malam tadi hanya untuk melihat wajah para Hyungnya dengan bebas untuk terakhir kalinya sebelum ia bertugas dan tidak bisa menemui mereka dalam waktu yang lama. Tetapi, sudah empat setengah jam lebih ia belum juga mendengar tanda-tanda kehadiran mereka, atau mungkin dia yang tidak mendengar?
Ia tidak bisa menunggu lagi, tengah malam nanti ia harus menemui Para kakek Jendal itu untuk mendiskusikan kelanjutan dari tugas mereka. Sepertinya tuhan memang belum menakdirkan ia untuk bertemu dengan para saudaranya.
Dengan segera diraihnya jaket yang ia gunakan tadi dan memasukan kotak hitam miliknya kedalam Ransel yang baru ia ambil dari lemari dan menyelipkan dua potong kaos hitam kedalamnya.
Heummmm..Hahhh...
Suara tarikan dan hembusan nafas dalam terdengar dari belah bibir indah yang membentuk kotak jika tersenyum itu, ia menatap sekeliling kamarnya sekali lagi sebelum melangkah dengan pasti keluar dari kamarnya menuju bagian luar rumah.
Namun sepertinya tuhan, mengabukan keinginannya untuk melihat wajah para saudaranya terlebih dahulu sebelum kerumitan hidup yang akan ia lalui nanti.
Tepat dari ujung tangga lantai dua, ia dapat melihat jika Yoongi Hyung dan Namjoon Hyungnya sedang duduk diruang tengah dengan televisi yang menyala menampilkan siaran berita tengah malam.
Wajah keduanya terlihat lelah, bahkan mereka belum mengganti baju yang mereka gunakan seharian ini untuk bekerja. Keduanya tampak asik mendengarkan berita yang ditayangkan dan sesekali nampak berbicara membahas berita yang mereka tonton.
Apakah ini saat yang tepat? Apakah jika aku menampakkan diriku dihadapan mereka semua akan baik-baik saja? Ah, tidak! Saat ini ragu-ragu tidak boleh ada dalam agenda mu Kim Taehyung! Beranilah! Kata Taehyung dalam hatinya.
Kaki tengasnya mulai melangkah menuruni tangga melingkar yang langsung terhubung dengan ruang tengah rumah mewah itu. Saat kakinya telah menapak di undakan terakhir anak tangga terbawah, tapat pada saat itu kedua Hyungnya juga melihat kearah asalnya suara langkah kaki itu berasal.
Tidak sulit bagi Taehyung untuk mengetahui kelanjutan dari kejadian ini selanjutnya! Raut wajah kedua Hyungnya itu sudah menunjukan semuanya, ia hanya tinggal menunggu saat semburan kata-kata itu akan keluar dari mulut keduanya.
Bisa ia lihat raut wajah itu berubah seketika saat melihatnya, mulai dari biasa, datar dan mengeras menahan amarah itu yang terlihat terutama di wajah Yoongi Hyungnya.
“KAU!! MAU APA LAGI KAU KEMBALI KERUMAH INI!!” kata Yoongi Hyung yang pertama kali berbicara.
Selama tiga tahun aku tinggal dengan mereka, baru kali ini aku melihat Yoongi Hyung lepas kendali begitu saja, bahkan tanpa aku pancing terlebih dahulu. Ku rasa rasa benci dan marahnya padaku sudah mencapai ambang batas yang ia miliki.
“Wae kenapa aku tidak boleh pulang kerumah ku sendiri?” jawab Taehyung datar
Aku tahu, tidak akan ada kesempatan bagiku untuk berbicara santai sambil minum coklat panas dan cake strowberry kesukaanku bersama mereka keculi dengan pertengkaran seperti ini.
“Kenapa Katamu! Cih, kau sungguh tidak tahu malu!” kali ini Namjoon Hyung yang berbicara
“Untuk apa aku merasa malu, padahal aku tidak berbuat suatu kejahatan! Apa pulang kerumah sendiri itu termasuk kejahatan?”
“Jika orang lain tentu saja tidak! TETAPI JIKA ITU ADALAH KAU MAKA ITU MENJADI KEJAHATAN!!” kata Yoongi Hyung
“Ck, Tentu saja! Memangnya pernah aku pernah benar di mata kalian…Ak....”
“Ada Apa ini..?”
Perdebatan itu terhenti ketika sebuah suara yang diikuti oleh munculkan dua orang dewasa yan baru saja memasuki ruangan.
Seokjin dan Hoseok terlihat berdiri di ambang pintu yang menghubungkan ruang tengah dan ruang tamu, keduanya tampak lelah dan berantakan. Seokjin bahkan terlihat masih berkapakian lengkap dengan jas kerja serta koper yang ia bawa, sepertinya ia baru saja pulang dari dinas luar kota atau luar negeri, entahlah!
“KAU!!! Sedang apa kau dirumah ini! HUH!” kata Hoseok yang menyadari keberadaan Taehyung
“Wae? Kenapa sejak tadi kalian menanyakan hal yang sama! Ini rumahku juga! Jadi apa masalahnya jika aku ada disini?”
“Kau sungguh tidak punya malu! Setelah semua kebohongan dan kesialan yang kau sebabkan pada keluarga ini, kau masih berani menunjukan batang hidungmu dihadapan kami!” kata Seokjin.
Taehyung terdiam, kata-kata terakhir Seokjin benar-benar menusuk hatinya. Mereka tidak merasakan apa yang dirinya rasakan! Sepanjang hidupnya sejak tragedy itu terjadi, ia selalu menyalahkan dirinya sendiri, ia juga bernggapan sama halnya seperti mereka, ia adalah penyebab utama kedua orang tuanya tewas dalam kecelakaan itu.
Mimpi buruk itu terus menghantuinya, potongan-potongan gambar saat kecelakaan itu tidak pernah bisa hilang dari memorinya, photographic memomy sebuah kelainan yang menyebabkan ia merekam semua kejadian yang pernah ia alami secara permanen, baik itu senang, sedih, baik atau buruk, positif maupun negative, semua itu akan selalu ia ingat bahkan hingga detail terkecil sekalipun.
Dulu sekali meungkin ia menanggapnya itu suatu kesialan baginya tetapi, saat mengetahui jika ia bukan satu-satunya yang memiliki kelainan atau bisa disebut kelebihan karena kadang itu juga sangat menguntungkan bagi pekerjaannya.
Yah, sekedar informasi Park Mochi Jimin dan Jeon Kelinci Jungkook juga memilikinya. Entah itu kebetualan atau memang sudah di takdirkan oleh tuhan, ketiganya memiliki kelebihan seperti pedang dengan dua mata yang sama-sama tajamnya, menjadi kelamahan dan kelebihan dalam waktu yang bersamaan.
“Bisa kalian katakana hal lain selain masalah tragedy itu! Kalian tahu aku MUAK selalu kalian salahkan! Kalian tidak tahu apa-apa prihal kejadian pada saat itu! Kalian tidak berada disana! Kalian tidak merasakannya! Tidak melihatnya! Tidak mengalaminya! Tetapi kenapa menghakimi ku dan menjadikan itu sebagai alasan!
Hyung… tidak bisakah kalian melihatnya! Aku juga sama terlukanya seperti kalian! Aku ada disana menyaksikan bagaimana Eomma dan Appa meregang nyawa! AKU ADA DISANA! AKU MELIHATNYA! OTAK KU MEREKAM SEMUA KEJADIAN ITU DENGAN SANGAT JELAS! BAHKAN HINGGA DETAIL TERKECIL SEKALIPUN!”
Kata-kata yang awalnya diucapkan dengan nada datar itu beakhir teriakan penuh frustasi dari Taehyung. Cukup sudah! Ia tidak bisa menahan gejolak rasa frustasi di hatinya kali ini, dia tahu seharusnya ia tidak mengeluarkan kata-kata yang pada beberapa jam kedepan akan ia sesali.
Tetapi kali ini biarkan ia mengeluarkan sedikit isi hatinya! Sedikit saja, karena setelahnya ia berjanji tidak akan pernah mengusik mereka lagi! Bahkan dia berjanji tidak akan meunjukan wajahnya di depan mereka seumur hidupnya kelak.
“Kenapa kami harus melakukan itu! Katakana! KATAKAN KENAPA!!!!!” teriak Yoongi
“Karena Kalian Hyungdeulku…….” Lirih Taehyung
“Tapi kami tidak memiliki Dongsaeng sepetimu!” kata Hoseok
“Kau sendiri yang menghancurkan semua rasa sayang itu dari hati kami!” Namjoon menimpali
“Katakan padaku Kim Taehyung… AH, salah yang benar Cho Taehyung ya! Aku lupa. Katakana pada kami CHO TAEHYUNG! kenapa kau kembali ke rumah ini lagi tiga tahun yang lalu padahal selama hampir tiga belas tahun sebelumnya kita tidak pernah berhubungan lagi! Katakan! Apa maksud dan tujuan mu yang sebenarnya!”
“Kami sudah bahagia sebelum kau datang kembali dalam hidup kami, dan setelah kau datang kau menghacurkannya! KAU MENGHACUR KEBAHAGIAN YANG SUDAH KAMI BANGUN KEMBALI DENGAN SUSAH PAYAH, SIALAN! HUH.. HUH..!” kata Seokjin penuh emosi
Seokjin bukanlah orang bodoh, pertanyaan itu telah sangat lama berada dalam kepalanya, tidak mungkin alasan anak itu kembali hanya untuk berkuliah saja! Dia tahu, jika Taehyung itu memiliki Apartemen pribadi yang dibelikan oleh Harabeoji mereka di Seoul yang bisa ia tinggali, lalu kenapa anak itu memilih tinggal di Mansion Kim bersama mereka, yang jelas-jelas tidak menyambutnya dengan senang hati dan memperlakukannya dengan buruk!
Jika ia menjadi Taehyung, maka ia lebih memilih tinggal di Apartemen pemberian Harabeojinya ketimbang tinggal bersama saudara-saudaranya yang bahkan tidak menganggapnya, bukankah itu akan sangat tidak nyaman untuknya sendiri, Karena itulah menurut Seokjin itu sangat tidak masuk akal, pikirnya.
“Karena aku ingin kalian mengerti… hanya itu!”
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top