8. Lelah dengan Mira

POV Ares

"Halo, Mira, aku udah di penginapan ya. Lagi nyari resto di dekat sini karena aku belum makan. Kamu kapan balik seminar? Jam berapa?"

"Mas, aku workshop sampai malam banget dan jaraknya juga jauh dari penginapan. Besok aku masih ngisi materi jam delapan dan ada briefing jam enam pagi. Kayaknya kalau aku balik, nanti saya lelah banget, Mas. Tapi besok_"

"Jadi aku di penginapan sendiri? Buat apa aku kemari kalau kamunya juga sibuk?" aku sudah menahan kesal sedari tadi, karena sejak di perjalanan aku menelepon Mira, tetapi baru ini diangkat dan ia mengatakan tidak bisa pulang ke penginapan. 

"Mas, nanti kita sambung honeymoon-nya sampai Minggu. Ini hari Kamis kan? Besok acaraku sampai jam dua belas siang. Setelah itu kita bisa lanjut menginap. Mau ke Taman Safari juga gak papa, sekalian refreshing. Aku bawa mobil kan."

"Terserah kamu sajalah!" Aku mematikan ponsel. Rasa lapar menguap begitu saja setelah bicara dengan Mira. Istriku terlalu sibuk dan aku benar-benar kehilangan dia. Aku memang bajingan karena tidak setia pada istriku, tetapi aku benar kesepian. 

Cacing di perut ini berbunyi. Aku terpaksa makan walau sudah tidak berselera lagi. Selesai makan, aku balik ke penginapan untuk beristirahat. 

Langit pun berganti warna menjadi gelap. Aku berharap Mira bisa pulang ke penginapan, tetapi nyatanya sampai jam sebelas malam aku menunggu, istriku tidak kunjung datang.

Katakan kamu menginap di mana? Biar aku nyusul. Aku kangen sama istri. 

Send

Hanya ceklis satu dan aku tidak tahu harus bagaimana lagi dengan Mira. Pernikahan ini terlalu hambar bagiku karena Mira yang sibuk dan kami belum ada anak.

Keesokan paginya, aku malas bangun dan sarapan. Aku hanya berbaring tanpa gairah dan semangat.

Ting!

Suara pesan masuk.

Istriku

Mas, ya, ampun, semalam aku udah lelah banget gak ada buka HP. Ini lagi siap-siap mau ngisi materi workshop hari terakhir. Jam dua siang paling lambat aku udah ke penginapan lagi.

Aku tertawa miris. Kemarin katanya jam dua belas, sekarang jam dua siang.

Aku ingin lihat kamu mengisi acara workshop. Berikan aku alamatnya.

Send

Lagi-lagi ponsel Mira langsung off dan tentu saja pesanku hanya ceklis satu saja. 

Habis sudah kesabaran ini. Aku pun memilih pulang, tetapi bukan ke rumahku, melainkan ke rumah ibuku. 

"Loh, kamu sendirian Ares? Mana Mira?" tanya ibuku yang menyambut kepulangan anak bungsunya ini.

"Mira sibuk workshop, Bu," jawabku malas. Setelah mencium punggung tangan ibuku, aku langsung menuju dapur. 

"Ibu masak apa? Lapar nih!" Aku membuka tudung saji yang ada di meja makan. 

"Masak sayur asem sama tempe bacem. Ada sambal dan ayam goreng juga. Kamu dari mana? Gak kerja?"

"Nggak, Bu, konfeksi udah ada yang handle untuk pekan ini. Entahlah, Ares rasa badan ini sakit semua, kayak orang kena typus." Aku duduk di meja makan untuk menikmati makan siang buatan ibuku.

"Udah periksa?"

"Belum, males." Ibu menghela napas. Ia mengambil segelas air untukku. Lalu duduk kembali di sampingku.

"Mira terlalu sibuk. Kenapa gak kamu batasi saja kegiatannya? Wanita terlalu lelah juga menjadi penyebab sulit punya anak." Aku terdiam sesaat. Hanya ingin menikmati setiap kunyahan dalam mulut ini.

"Kalian sudah enam tahun menikah, kenapa lama sekali ada anak?" ibu cemberut.

"Orang ada yang sepuluh tahun baru ada anak, Bu," jawabku. 

"Terus, kamu mau jadi bagian dari yang sepuluh tahun itu? Kamu tuh anak lelaki Ibu paling kecil. Kakak kamu udah punya anak semua itu ada tiga orang. Nikahnya malah ada lebih dulu dari kamu. Ibu gak minta kamu nikah lagi sama wanita lain untuk punya anak. Ibu hanya minta kamu bisa atur waktu istri kamu, Ares!" 

"Ibu Sayang, udah pernah dan dia bilang gak bisa." Aku tersenyum, lalu melanjutkan makan dengan lahap. Ruang kosong di hati ini sudah diisi oleh Wulan dan aku pun tidak tahu bagaimana hubungan gelap ini ke depannya. 

Kring! Kring!

Aku mengeluarkan ponsel dari saku celana. Muncul nama istriku di layar ponsel. Aku abaikan. Biarkan ia tahu, bagaimana rasanya diabaikan berjam-jam.

"Angkat itu!" Kata ibuku. Aku menggelengkan kepala.

"Sales homkidit nawarin pinjaman. Biarin aja!" Aku meneguk air putih hingga tandas.

"Saya mau rebahan ya, Bu. Udah kangen kamar." Aku langsung masuk ke kamarku tanpa menunggu persetujuan ibu lagi.

Hati-hati di jalan ya, Dek.

Sebuah foto bus yang di-posting Wulan di status WhatsApp-nya. Wanita itu pasti mengantar Dini ke terminal. 

Halo, kamu lagi di mana? Masih di luar gak? Ketemuan mau?

Send

Ipar sedang mengetik ....

Ipar memanggil

Aku langsung menggeser layar ke atas karena senang dengan panggilan dari Wulan.

"Heh, siapa lu? Berani banget lu ngajakin bini gue ketemuan!"

Bersambung

Wah, wah, yang angkat malah Yudi! Bagaimana lanjutannya? Di aplikasi KBM sudah bab 29. Silakan yang mau mampir monggo ya. Ketik saja judulnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top