37 - Matahari dan Dea (1)
Dea dan Matahari memutuskan untuk ke kantin saja. Keduanya hanya memesan es jeruk. Mereka sedang tidak berselera untuk makan.
"Hari ... kamu ada liat sesuatu di sini, nggak?" tanya Dea seraya mengaduk es jeruknya.
Matahari menggeleng pelan. "Enggak, tuh. Memangnya kamu liat?" tanyanya.
Dea menggeleng juga. "Nggak sih. Aku nanya gitu siapa tau kamu ada liat sesuatu di sini. Kalau di sini ada sesuatu, aku mau pergi aja. Cari tempat ngadem yang lain," ujarnya.
Matahari menyeruput es jeruknya sambil melihat sekeliling. Sejauh ini ia tidak melihat apa-apa di kantin. Mungkin mereka ada, tapi mereka sedang tidak ingin menunjukkan eksistensinya.
Keadaan kantin sore ini tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa mahasiswa saja. Ada yang makan dan minum, ada juga yang numpang WiFi kampus. Pasalnya kantin adalah tempat dengan WiFi terkencang selain kantor dosen.
"Hari ...," panggil Dea dengan nada rendah.
"Hmm ... kenapa?"
"Lima menit lagi kita masuk."
Matahari melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Benar juga. Sebentar lagi masuk. Untuk jalan dari kantin ke kelas juga lumayan jauh. Otomatis mereka harus segera cabut sekarang.
"Kita ke kelas sekarang," ujar Matahari. Ia lalu menyeruput es jeruknya hingga tandas. "Hari ini aku traktir kamu," ujarnya sambil berjalan untuk membayar minuman mereka.
"Eh?" Dea menatap punggung Matahari dengan bingung.
"Lain kali gantian," kekeh Matahari tanpa menoleh ke arah Dea.
"Oh ... oke oke," sahut Dea kemudian.
Setelah selesai membayar minuman mereka, keduanya lantas berjalan menuju kelas. Di depan mereka, tampak beberapa teman sekelas mereka yang tengah berjalan juga menuju kelas.
Dea menghembuskan nafas lega karena ia tidak perlu takut lagi. Ya, setidaknya keadaan yang ramai cukup membuat Dea menjadi nyaman dan tidak was-was.
Sesampainya di kelas, seisi kelas tengah heboh membicarakan kesurupan tadi.
"Eh, katanya hari ini Dino izin. Dia masih trauma."
"Wajar, sih. Kalau aku jadi Dino juga bakal izin nggak masuk untuk hari ini. Serem, Men."
"Sumpah, ya! Ini pertama kalinya aku liat orang kesurupan. Serem abis. Matanya itu loh ... merah kayak bara."
"Aku punya videonya, loh! Udah aku upload di YouTube. Kalian jangan lupa nonton. Nama channel-nya 'Kaum Milenial'.
"Nggak sekalian minta subscribe?"
"Is, parah! Temen kena musibah malah dijadiin konten. Awas aja tuh setan gantian gangguin kamu."
Dea melirik orang yang berbicara terakhir. Seorang perempuan mungil dengan rambut bob. Jujur saja, Dea lupa siapa nama perempuannya itu. Ia memang tergolong orang yang susah menghafal nama-nama teman sekelasnya. Setidaknya butuh waktu satu bulan bagi Dea untuk bisa hafal.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top