34 - Kesurupan (1)
Matahari tengah menyimak materi dengan sangat khusyuk. Laki-laki itu memperhatikan dengan baik sang dosen yang tengah menjelaskan di depan kelas. Mata kuliah siang ini adalah Pendidikan Agama.
Tiba-tiba saja ekor mata Matahari menangkap sosok tinggi hitam tengah merayap di atas plafon.
Matahari menggeleng pelan, ia lalu membaca do'a apa saja yang ia hafal. Laki-laki itu tidak mau lagi diganggu oleh makhluk halus. Hidupnya saja sudah rumit, ditambah mengurus hidup para hantu. Tambah rumit.
Matahari melirik Dea, sepertinya perempuan itu tidak melihat makhluk menyeramkan yang ada di plafon. Pasalnya Dea tampak menyimak materi dengan tenang. Sesekali perempuan itu mencatat hal-hal yang penting di bindernya.
"Aarrgghh! Gggrrr!"
Teman sekelas Matahari dan Dea yang duduk di paling belakang, berteriak dan mendengkur dengan mata melotot. Mata itu bukan mata manusia pada umumnya. Mata itu merah, sangat merah.
Dosen laki-laki yang tengah memberikan materi, sontak berlari dan mendekati laki-laki yang tengah kesurupan itu.
"Gggrrr ... aku suka laki-laki ini. Ahahahaha." Dino, pria yang tengah kesurupan itu tertawa keras sekali.
Dosen laki-laki yang kebetulan dosen agama itu membacakan ayat kursi dan do'a do'a lainnya.
Seisi kelas langsung heboh. Ada yang merekam Dino, ada yang berlari ke dekat pintu karena ketakutan, dan ada juga yang membantu membacakan do'a.
Sementara itu, Dea dan Matahari berdiri persis di belakang sang dosen. Keduanya saling berpandangan. Dea memberitakan pertanyaan tentang siapa yang memasuki Dino melalui isyarat mata. Dan Matahari menjawab dengan mengedikkan bahunya, karena memang ia tidak tahu siapa itu. Mungkin makhluk hitam besar yang ada di plafon tadi, mungkin juga makhluk lainnya.
"Sssttt ...." Dino mendesis. "Aku menyukai laki-laki ini. Aku ingin membawanya ke alamku. Jangan halangi aku!" desis Dino sambil menggeliat.
Dea berasumsi, hantu yang merasuki Dino itu tengah kepanasan. Ia tersiksa mendapatkan do'a dari sang dosen agama.
"Arrgghh! Kurang ajar kalian!" pekik Dino dengan kencang.
Asap hitam keluar dari tubuh Dino. Dan laki-laki muda itu langsung pingsan di kursinya.
"Ada yang punya minum?" tanya sang dosen.
"Ada, Pak." Seorang perempuan berhijab memberikan sebotol air mineral yang masih bersegel.
Dosen agama tersebut membacakan do'a untuk air yang ada di tangannya. Lalu setelah itu, ia membasuh wajah Dino menggunakan air tersebut.
Beberapa detik kemudian Dino tersadar. Laki-laki muda itu melihat sekeliling dengan bingung. Ia juga merasakan ada yang aneh di tubuhnya. Tubuhnya terasa sakit semua, padahal ia tidak melakukan apa-apa. Aneh sekali.
"Minum dulu," ujar sang dosen sambil menyodorkan minuman botol tersebut kepada Dino.
"Eh?" Dino menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Laki-laki itu bingung. Mengapa ia dilayani seperti ini? Mirip raja saja.
"Minum," ulang sang dosen tegas.
Dino mengangguk patuh. Laki-laki itu lalu meminum separo air tersebut. Dan seketika, tubuhnya menjadi ringan.
Ah, ini aneh sekali. Dino benar-benar tidak tahu apa yang terjadi padanya. Mengapa aneh sekali? Tadi tubuhnya berat dan sakit, sekarang jadi ringan.
"Saya kenapa, Pak?" tanya Dino bingung.
"Kamu kesurupan."
Yang menyahut bukan dosen tersebut, melainkan seorang laki-laki dengan rambut keriting yang tengah berdiri di belakang Dino.
"Ke-kesurupan? Dino menggelang tak percaya.
Tiba-tiba saja bulu kuduk Dino meremang. Ia ngeri membayangkan apa yang terjadi pada dirinya tadi.
Semoga nggak keulang lagi, ujar Dino dalam hati.
Memang Dino akui, sejak tadi ia melamun. Tidak bisa fokus sama sekali. Pasalnya ia sedang memiliki masalah dengan pacarnya, dan masalah itu cukup berat. Sehingga membuat pikirannya menjadi kacau.
Setelah Dino kembali bugar, dan kelas karena kembali kondusif, mata kuliah pun kembali dilanjutkan.
Dea tidak mau memikirkan siapa yang merasuki Dino. Ia takut, jika otaknya memikirkan makhluk halus, maka makhluk tersebut akan datang di hadapannya.
🍁🍁🍁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top