Chapter 26

OTA POV

"Kau membuat diri ini bergairah," bisikku pada pemuda di depan. Ia terlihat sangat menawan. Di balik kacamata terdapat kedua bola mata yang indah.

"Ya, kau pun juga mempesona sama seperti makanan yang kau buat," balas pemuda itu. Ialah si Joe, adik kelas di SMA Subarashii.

Keduanya saling bertatapan penuh kemesraan. Joe memulai terlebih dahulu aksinya. Ia membelai wajahku penuh napsu.

Aku tak bisa menahan diri lagi. Kami pun melakukan hal-hal yang kalian pasti sudah tahu. Maaf, ini hanya untuk para orang dewasa.

"Hahaha... Cukup," ucapku menahan tawa. Kedua tangan Joe mengelitiki pinggangku. Hingga bibir kami saling bertemu.

Prang!!!

Kegiatan kami tergganggu oleh kaca jendela kamarku yang tiba-tiba saja pecah. Lalu muncullah sosok gadis berambut hitam panjang dan syal merah yang melilit di lehernya.

Gadis itu memandang kami tajam. Dan aku sangat mengenali sosok itu.

"A-akemi," ucapku terkejut.

"Maaf telah mengganggu waktu kalian. Tetapi, waktu ini akan menjadi akhir kalian!" seru Akemi menyeringai tipis.

Joe berusaha memukul dan menendang Akemi secara beruntun. Saat ini ia hanya memakai celana panjang.

"Kau terlalu lambat, penggoda," bisik Akemi.

Dengan sekali tindakan sebuah pisau daging menancap dada kiri Joe. Joe langsung muntah darah. Ia mundur ke belakang.

Ternyata Akemi sudah menyembunyikan pisau daging itu di balik baju. Akemi tak tinggal diam. Ia menendang wajah, perut dan kebagaan milik Joe hingga menabrak dinding.

"Matilah kau penggoda!" seru Akemi.

Kedua mata Joe melotot. Ia pun menghembuskan napas terakhir. Kini tersisa satu pemuda lagi.

"A-akemi... Aku mo-mohon jangan bu-bunuh aku...," ucapku memelas.

Aku harus melarikan diri dari sini. Akemi itu merupakan bekas gangster di SMP dulu. Aku pernah mendengar desas desus tentangnya.

Saat aku tahu ternyata sekelas dengan dia. Hatiku berdebar ketakutan walau hanya menatapnya dari jauh. Dan ia membalas tatapanku.

"Akemi... Aku masih ingin hidup, ku mohon...,"

Aku sudah tak bisa berbuat apa-apa. Aku tak memiliki keahlian bertarung. Fashionku adalah memasak dan berkutat dengan bahan-bahan makanan di dapur.

"Ahh, aku lupa kau menyembunyikan sebuah pisau di laci meja," gumamku sangat pelan agar tidak terdengar oleh gadis bar-bar itu.

Aku memberanikan diri mendekati Akemi. Aku harus mengalihkan perhatiannya dan mengambil cepat pisau di dalam laci meja.

Akemi menatap diriku. Ia masih mengacungkan pisau yang sudah berlumuran darah milik Joe. Ah! Maaf menjadikanmu korban. Padahal aku juga sudah meracuninya sih. Hehehe...

"Apa yang kau rencanakan?" tanya Akemi ketus.

"Ti-tidak ada kok," jawabku gugup. Sial, apa rencanaku ini ketahuan olehnya.

Satu langkah. Dua langkah. Tiga langkah. Dan aku berhasil mencapai laci meja. Aku buka laci itu dengan cepat dan sebuah pisau berhasil aku pegang. Kini aku bisa memiliki perlawanan.

"Hahahaha... Kau mau berduel denganku, pengecut!" seru Akemi merasa tertantang.

Sial! Aku sepertinya membangun sisi lain Akemi. Mengapa aku mengetahui? Karena aku pernah bertanya langsung kepada Akeno, kembaran Akemi. Dan aku juga yang telah membunuh Akeno. Ahh... Jika teringat itu aku jadi ingin menikmati daging Akeno yang lezat dan empuk itu.

Oh tidak! Sifat psikopatku sudah keluar. Malam ini akan menjadi malam terakhirku atau Akemi ya? Semoga saja Akemi! Aku tak sabar untuk merebus dagingnya itu.

Kami saling bertatapan. Pisau juga sudah mengacung lurus ke depan. Akemi mulai bergerak. Aku melempar sebuah vas bunga ke wajahnya.

Prang!!

Vas bunga itu pecah tapi tak mengenai Akemi. Akemi berlari cepat ke arahku. Inikah perbedaan antara pembunuh profesional dengan amatiran seperti diriku.

Slash!

Tanganku terkena sayatan pisau daging miliknya. Darah bercucuran deras dari luka di tanganku.

"Sial! Dasar gadis bajingan! Gadis terkutuk!" seruku penuh amarah. Aku tak peduli lagi dengan nyawaku. Aku harus membunuhnya saat ini juga.

Aku berhasil memukul perutnya hingga ia mundur beberapa langkah. Tetapi, serangan itu tak membuat ia kesakitan. Malah seringai di bibirnya semakin lebar.

"Ada permintaan terakhir?" bisik Akemi. Ia sudah berads di belakangku entah bagaimana caranya.

Aku menelan ludah paksa. Ah! Apakah ini hari terakhirku? Aku masih ingin menciptakan menu makanan baru untuk para pelanggan setiaku. Banyak ide dan daging-daging manusia maupun hewan tak lazim yang belum ku sentuh.

"A-aku... Ingin kau membunuh Lev!" seruku akhirnya.

Sampai jumpa semuanya.

Jleb! Jleb! Jleb!

Akemi menusuk dada kiri dan kananku serta perut hingga isi dalam perutku keluar semua. Aku pun tak kuat menahan diri.

Bruk!!

Tubuhku jatuh di lantai bersimbah darah. Dan ternyata aku jatuh di tubuh Joe. Pandangan mataku semakin gelap.

"Aku akan mengabulkan permintaan terakhirmu," bisik Akemi lembut. Ia melumat bibirku pelan yang sudah bercampur darah miliku. Aku tersenyum kecil dan hembusan napas terakhir mengakhiri hidupku ini.

OTA POV END...
.
.
.
.

YURINA POV

Aku telah sampai di apartemen. Aku merasa sangat nyaman kalau berada di sini.

"Akhirnya sampai juga...," ucapku lega.

Saatnya untuk diri ini memanjakan diri dengan berendam air hangat. Ahh! Pasti itu sangat nikmat sekali. Aku pun melepas semua baju yang kukenakan hingga tak ada sehelai benang apapun. Sempurna. Itulah gambaran tubuhku secara aku anak seorang bangsawan.

Aku juga tak lupa menyimpan oleh-oleh dari korban yang telah ku bunuh hari ini di atas meja. Aku pun melangkahkan kaki menuju kamar mandi dan mulai berendam.

Aroma bunga mawar merah dan lilin putih begitu khas. Seakan aku adalah vampire yang tengah menyamar menjadi manusia atau aku memang keturunan vampire karena diriku adalah seorang bangsawan di Rusia.

"Hihihi... Aku tak sabar ingin bermain dengan barang koleksiku," ucapku.

Aku langsung membilaskan badan, mengeringin dengan handuk lalu berpakaian baju minim. Aku jadi seperti Lullin si wanita penggoda di klub-klub malam.

Di ruang rahasia...

Aku meletakkan dua buah kantong yang sudah bercampur dengan noda darah. Dua bola pasang mata mengembang di dalam plastik.

"Bola mata Sora dan Erina... Bertambah lagi koleksiku," ucapku sambil menjilati bibir.

Kedua gadis itu memang layak untuk dibunuh. Mereka telah merebut calon pangeranku.

"Gen... Saat ini kamu sedang apa? Aku ingin sekali bercerita banyak tentangmu," ujarku.

Ada sebuah rahasia yang tak pernah di ketahui oleh murid-murid kelas 2E. Kalian mau tahu? Kalau mau saya akan ceritakan sekarang juga.

Baiklah! Akan aku ceritakan pada kalian. Sebuah rahasia yang sangatlah indah tentang sepasang kekasih yang saling mencintai. Itu adalah kisah kami, Yurina dan Gen.

"Ahh... Aku jadi semakin tidak sabar untuk bertemu denganmu,"

Aku melihat beberapa toples yang berisikan bola mata. Rata-rata itu adalah organ dari para korbanku. Ada Yuka, Keiko, Mirrai, dan masih banyak lagi.

Kalau untuk Yuka spesial. Aku tidak membunuhnya, tetapi kekasih rahasiaku sendiri yang membunuh. Salah sendiri Yuka yang bermain api di belakang Gen dengan si pria pembawa sial itu. Lev! Aku jadi sangat membencinya!

"Tatgetku kali ini adalah Nana. Semoga saja Erza berhasil membunuhnya. Hihihihi....,"

YURINA POV END...
.
.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top