Chapter 25

Hashimoto POV...

Hari ini adalah waktu di mana diriku menghabiskan bermain game. Aku sering mengunjungi game center di Tokyo.

Di saat aku sedang asyik bermain game, tiba-tiba saja ponsel ku berbunyi. "Ah! Mengganggu saja!" kesalku.

Aku pun mengabaikan pesan itu. Tetapi kembali ponselku bergetar menandakan pesan baru masuk.

"Oh tidak!"

Di layar ponsel tertulis 'Game Over'.  Aku akan mengutuk orang yang mengirim pesan atau kubuat dia mati saja. Seringai lebar muncul dari bibirku.

From : Mister X

'Kamu mendapatkan sebuah misi. Bunuh orang-orang ini. Daftar nama tertera di bawah:

1. Akemi
2. Gen
3. Nana
4. Yurina
5. Lev
6. Roman
7. Lullin
8. Erza
9. Hide
10. Shuu
11. Ota

Jika misi berhasil di selesaikan. Kamu akan mendapatkan game virtual dan uang 500juta yen.'

"Wahh! Sebuah misi! Aku harus menyelesaikan misi ini secepatnya!" seruku.

Aku tak peduli bila harus membunuh teman-teman sekelasku sendiri. Aku pun memang tak pernah menganggap mereka ada kecuali Shino.

Aku segera berdiri. Aku menekan sebuah lampu di dinding. Dinding itu terbelah menjadi dua. Ada sebuah tangga yang menuju ke bawah.

Langkah demi langkah aku turuni anak tangga. Sampailah aku di sebuah ruangan. Di sana berbagai macam senjata api terpajang indah di setiap sudut rak besi. Aku mengambil senapan panjang, gun, peluru, serta bom.

"Rasanya tak sabar menjalani misi ini," ucapku menyeringai.

Waktu menunjukkan siang hari. Aku menelusuri jalan setapak dan gang sempit. Pakaian hitam dan topeng sudah aku pakai. Penyamaran yang sempurna sekali.

Target pertamaku adalah Hide. Aku menggunakan semacam drone berbentuk lalat. Ini adalah milik Shuu, teman yang cukup akrab. Tetapi sebenarnya aku hanya memanfaatkan saja teknologi canggih yang ia miliki.

"Ketemu!" seruku.

Aku melihat Hide sedang ketakutan. Ia berada di salah satu gang sempit. Di sana aku melihat sosok bertopeng yang baru saja membuat sesuatu.

"Ahh! Ternyata jasad Kensel yang sudah tak berbentuk. Sepertinya kelompok psikopat itu menyiksa Kensel dengan kejam," gumamku.

Ku lihat sosok bertopeng itu menghilang di balik kegelapan. Dia memang ahli dalam menyamar dan tentu saja sosok itu tidak lain ialah Roman, sang ketua kelas 2E.

Aku alihkan pandangan kembali ke arah Hide. Aku sudah menyiapkan sebuah senapan api laras panjang. Aku membidiknya dan melepaskan pelatuk. Sebuah peluru meluncur cepat menembus kening Hide.

Dor!!

Tubuh Hide terjatuh kasar di tanah. Ahh, ternyata gampang sekali membunuh lalat seperti dirinya. Aku pun melanjutkan perjalanan menuju ke target selanjutnya.

Oh iya, sebelumnya aku salah menembak target. Aku menembak polisi bernama Faisal. "Ahahaha... Semoga saja nyawanya masih bisa selamat, walau tipis,"

Walau aku harus dimarahi oleh atasanku. Sial, aku tidak suka kalau misi ini di awasi oleh pria gila sepertinya.

Beberapa menit kemudian, aku sampai di dekat perumahan. Aku berada di atas atap rumah atau tetangga Shuu tinggal. Ah iya, aku pergi ke sini menggunakan mobil yang dikendarai oleh supir pribadi milikku.

Ku lihat Shuu sedang asyik menonton video pembunuhan. Wahh, dia memang psikopat sejati. Aku tak menyangka ia menjalankan bisnis ini di dunia bawah. Aku pun sama sepertinya hehe...

"Selamat tinggal Shuu...,"

Dor!!

Peluru menancap manis di kening Shuu. Mungkin sampai menembus otak bisnisnya itu.

"Selanjutnya... Nana si cebol," gumamku. Aku pun pergi menghilang dan menuju ke tempat target selanjutnya.

POV Hashimoto End...
.
.
.
.

Akemi mengendap-endap keluar rumah melalui jendela kamarnya. Ia berhasil keluar tanpa menimbulkan suara sedikit pun.

Ia memanjat sebuah pohon, lalu melompat turun dengan selamat. Akemi dulu adalah seorang atlet lompat indah. Ia berhasil memenangkan lomba tanpa merasa lelah.

Kalian mau tahu?

Akemi sebelum lomba di mulai, ia menghampiri beberapa finalis lomba lompat indah. Ia hanya berbicara sedikit dan semua finalis terdiam.

Akemi keluar dengan perasaan sangat senang. Ia berhasil mengancam mereka menggunakan sebuah foto, di mana keluarga mereka di kurung di sebuah ruangan gelap.

Kembali ke masa sekarang...

"Aku harap dia tidak membunuh secepatnya," gumamnya.

Ia berlari sangat cepat. Mungkin dia bisa mengalahkan pelari profesional.

Sampailah Akemi di suatu tempat. Ia menatap sebuah rumah bertingkat dua. Di sana ia melihat dua orang pemuda sedang bermesraan.

"Menjijikan sekali!" geram Akemi.

Akemi berjalan menuju ke belakang rumah. Ia membawa sebuah tali tambang yang sudah di lengkapi pengait. Ia melempat ke atas, lalu pengait itu berhasil menancap pas di jendela kamar.

Akemi memanjat tali tambang dengan lihai. Ahh, dia memang gadis yang sangat sempurna sekali.

"Saatnya atraksi di mulai," gumam Akemi menyeringai.

Dengan sekali tendangan saja, kaca jendela pecah berhamburan. Akemi langsung masuk ke dalam.

Kedua pemuda yang sedang bercumbu mesra terkejut bukan main. Salah satunya pemuda berkacamata menatap sosok Akemi tajam.

"Apa yang kau lakukan di sini wanita jalang?!" seru Joe marah.

Pemuda yang satu lagi diam. Ia menutupi tubuhnya dengan selimut. Ia melihat sosok Akemi dengan ketakutan.

"A-akemi...," ucap pemuda itu terkejut.

"Maaf telah mengganggu waktu kalian. Tetapi, waktu ini akan menjadi akhir kalian!" seru Akemi menyeringai tipis.

Joe berusaha memukul dan menendang Akemi secara beruntun. Saat ini ia hanya memakai celana panjang.

"Kau terlalu lambat, penggoda," bisik Akemi.

Dengan sekali tindakan sebuah pisau daging menancap dada kiri Joe. Joe langsung muntah darah.vIa mundur ke belakang.

Ternyata Akemi sudah menyembunyikan pisau daging itu di balik baju. Akemi tak tinggal diam. Ia menendang wajah, perut dan kebagaan milik Joe hingga menabrak dinding.

"Matilah kau penggoda!" seru Akemi.

Kedua mata Joe melotot. Ia pun menghembuskan napas terakhir. Kini tersisa satu pemuda lagi.

"A-akemi... Aku mo-mohon jangan bu-bunuh aku...," ucap pemuda itu memelas.

"Cih! Aku takkan mengampuni pemuda brengsek sepertimu! Kau telah mengkhianati perasaanku dan juga... membunuh kucing kesayanganku untuk kau jadikan bahan makananmu itu!" seru Akemi penuh amarah.

"Tidak Akemi! Kamu salah paham!" seru Ota, nama pemuda itu membela diri.

Akemi berjalan pelan menuju ke arah Ota. Ota sendiri memilih mundur. Ia sangat ketakutan melihat Akemi dalam wujud iblis seperti di depannya sekarang.

Bagaimanakah nasip Ota?
Apakah Hashimoto berhasil membunuh para target?
.
.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top