Chapter 14
Hashimoto, sang maniak game berjalan memasuki kawasan kosan. Tempat dimana para pendatang baru di kota menginap.
Ia membawa sebuah bingkisan berupa snack dan minuman botol. Ia berpakaian rapi dan harum parfum bau melati.
Tok! Tok!
Hashimoto mengetuk pelan kamar bernomor 13. Tak ada respon, ia pun mengetuk kembali.
"Apa dia masih tidur ya?" Hashimoto bertanya-tanya. Ia sampai mengurutkan kening.
Tok! Tok!
Kali ini ketukannya cukup keras. Namun, tak ada tanda-tanda sang penghuni rumah membuka pintu.
Hati Hashimoto mulai gelisah. Perasaan sakit dan kehilangan tiba-tiba muncul.
"Shino! Tolong bukakan pintunya!" serunya.
Rasa gelisah bertambah kuat. Terbesit satu ide. Ia mengambil langkah mundur, bersiap-siap dan...
Brukk!!
Brukk!!
Hashimoto membuka pintu rumah Shino paksa. Ia membenturkan tubuhnya berkali-kali, hingga pintu terbuka lebar dengan kondisi engsel pintu yang rusak.
Suasana rumah begitu tenang. Semua lampu masih menyelimuti terang.
"Shino! Ada dimana kau?" seru Hashimoto mencari keberadaan sang pujaan hati.
Ia terus mencari sampai tercium bau anyir. Ia mengikuti insting, hingga menemukan sebuah pemandangan yang mengerikan.
Kantong belanjaan yang ia pegang terjatuh. Tubuhnya mengigil. Raut wajah menjadi pucat pasi.
"Shino!!" seru Hashimoto kencang. Ia langsung berlari menghampiri sosok Shino dalam keadaan mengenaskan di lantai. Ia pelukannya erat tubuh Shino. Ia tak mempedulikan pakaiannya bercampur noda darah.
.
.
.
.
Di sebuah ruangan gelap. Beberapa orang berdiri tegak mengelilingi meja. Topeng berbagai macam bentuk menghiasi wajah mereka.
"Tugas yang di berikan ketua telah selesai," ucap gadis memakai topeng superhero riang. Ia sangat puas dengan hasil yang telah ia kerjakan.
"Itu juga berkat bantuanku," sahut pemuda memakai topeng anime tengkorak. Ia meluoakan kedua tangan di dada. Lirikan matanya seakan tengah menyindir gadis itu.
"Hmmpph!"
"Hihihi... Lebih baik selesaikan urusan rumah tangga kalian di rumah saja," ledek wanita bertopeng gorila. Ia tersenyum jail di balik topeng.
Dua sosok lainnya hanya diam mengamati. Salah satu dari mereka duduk di kursi yang telah disediakan.
"Ada apa Ketua?" tanya pemuda bertopeng artis tampan Indonesia. Ia sedikit heran dengan kelakuan sosok Ketua.
"Tidak apa-apa kok. Aku hanya merasa sedikit lelah," jawab gadis memakai topeng hantu Jepang. Sesekali ia menghela napas berat. Macam orang tua yang sudah berumur saja.
Ketiga anggota lainnya yang tengah berdebat langsung terdiam. Mereka berjalan mendekati sang Ketua. Raut wajah khawatir tertera di balik topeng.
"Perasaanku, akhir-akhir ini kita tengah di awasi seseorang," ucap sang Ketua akhirnya. Ia tak ingin menyembunyikan sesuatu kepada anggotanya. Ia harus terbuka dan jujur.
Gadis yang bertubuh kecil tersentak. Ia baru saja mengingat satu hal yang terlewatkan.
"Anoo...," ucapnya gugup.
"Ada apa?" tanya sang Ketua penasaran.
"Waktu kemarin aku menjalankan tugas. Aku seperti tengah di awasi seseorang. Saat aku mengecek, tidak ada tanda-tanda jejaknya," jawab gadis itu. Ia takut dimarahi oleh sang Ketua.
"Terimakasih atas informasinya," balas sang Ketua lembut.
Gadis bertopeng superhero menghela napas lega. "Tenang saja. Ketua tidak akan marah kepadamu," ucap pemuda bertopeng orang tampan bijak.
Suasana menjadi lebih tenang. Mereka pun pergi ke sebuah ruangan dengan melalui tangga menuju ke bawah tambah.
.
.
.
.
#Grup Kelas 2F (20)#
Emili left group...
Ota: Ehh! Kenapa Emili keluar dari grup?
Lev: Entah. Aku baru saja membuka grup.
Hide: Tch! Menyusahkan!
Erza: Aku jadi curiga...
Hide: Apa yang kau curigakan?
Erza: Ra-ha-si-a
Hide: Hei! Jangan bercanda!
Roman: Ada apa ini?
Yurina: (2)
Nana: (3)
Gen: (5)
Akemi: Maaf... Baru buka hp
Lev: Emili keluar dari grup.
Yurina: Kenapa Bisa?
Nana: Emili-chan...
Gen: Apa kalian sedang bertengkar?
Ota: Tidak! Tiba-tiba saja ia keluar dari grup tanpa alasan yang jelas.
Hashimoto : Minna 😭
Akemi: Ada apa Hoshi?
Hashimoto: Shino 😭😭😭
Roman: Hei, Ada apa?
Lev: Jangan buat kami penasaran
Shuu: Shino, telah meninggalkan kita 😭
Yurina: Heh? Sungguh?
Gen: Apa kalian sedang bercanda?
Hide: Ini tidak lucu sama sekali!
Nana: Shino-chan 😭😭😭
Roman: Astaga 😨😱😱
Erza: Mustahil
Ota: @Hashimoto, apa itu benar?
Hashimoto: Iya teman-teman. Aku menemukan tewas di dalam kosannya. Keadaannya sangat mengenaskan
Akemi: Shino.... Tidak! Ini pasti mimpi!
Shuu: Itu benar semuanya. Aku melihatnya, saat ini aku sedang di rumah sakit.
Roman: Sedang apa kau di rumah sakit? @Shuu
Shuu: Aku menenami Lullin. Ia di rawat. Ia kehilangan banyak darah dan saat ini dalam kondisi membaik.
Yurina: Ah, Lullin! Syukurlah...
Ota: Aku akan pergi ke rumah sakit sekarang. Di ruang apa?
Shuu: Ruang Sakura kamar 13 A
Ota: Terimakasih
Lev: Aku ikut denganmu.
Gen: Aku ikut juga
Yurina: Aku juga
Erza: Aku ikut.
Ota: Kita kumpul langsung di rumah sakit.
Lev: Oke
All: Oke
.....
Di sebuah ruangan gelap. Udara yang dingin dan suasana yang lembab begitu terpatri di sana. Tak ada cahaya matahari. Hanya cahaya lilin-lilin kecil yang menyinari ruangan.
"Lepaskan! Lepaskan aku!"
Suara jeritan keras melengking di setiap sudut ruangan. Terlihat seorang pemuda berwajah keras meronta-ronta.
Kedua kaki dan tangan diikat di masing-masing tepi tembok menggunakan rantai. Pakaian yang ia kenakan sudah compang camping. Tak layak untuk di pakai.
Tap! Tap!
Beberapa suara langkah kaki terdengar. Langkah kaki berjalan mendekati sang Pemuda.
"Hai, sudah bangun kau rupanya," ucap pemuda bertopeng tengkorak.
"Hihihi... Dia terlihat segar sekali," sahut gadis bertopeng gorila.
"Pftttt!" gadis kecil bertopeng superhero menahan tawa.
"Sudah hentikan, kasihan dia," ucap pemuda bertopeng orang tampan. Is tersenyum miring di balik topeng.
Sang Ketua hanya diam. Ia menatap pemuda di depannya penuh nikmat. Mungkin lidahnya sudah menjilati setiap bibir ranumnya.
"Aku sudah tak sabar menikmati ini," kata sang Ketua dingin. Ia menyeringai licik.
"Bangsat! Kalian akan kukirim ke neraka! " seru pemuda itu. Ia masih meronta-ronta.
"Tch! Kau duluan saja yang pergi ke neraka!"
Pemuda bertopeng tengkorak melemparkan sebuah pisau kecil ke paha sang korban. "Arghh!!" jeritnya sang Pemuda kesakitan.
"Kensel... Hidupmu akan berakhir di sini," bisik Pemuda bertopeng tengkorak. Ia menjambak rambut Pemuda yang bernama Kensel kencang.
Kensel meringis kesakitan. "Pembunuh biadab!"
"Hihihi... Kaulah pembunuh biadab sebenarnya," ucap gadis bertopeng gorila.
Sang Ketua melangkah maju ke depan. Di tangan kanannya, ia memegang sebuah cambuk.
"Apa perlu kuceritakan semuanya? Di mulai dari awal Maggiana terbunuh," kata sang Ketua menyeringai lebar di balik topeng.
Kensel pun terdiam. Ia tak bisa membalas perkataan tersebut. Ia merasa ada penyesalan terselamatkan dalam hatinya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top