Chapter 05
Kusakawa Keiko. Perempuan cantik berambut cokelat, yang memiliki ciri khas rambut yang di kuncir dua. Ia seorang artis maupun bintang model ternama.
Namanya selalu menjadi perbincangan murid-murid di sekolah maupun para fans di luar sana. Ia sangat terkenal baru-baru ini dengan membintangi sebuah iklan minuman bermerk Marjan.
Keiko saat ini tengah merasa gelisah. Raut wajahnya yang khawatir dan perasaan yang tak enak di hati.
Baru saja ia mendapat pesan dari nomor tak jelas. Pesan itu menyuruhnya untuk menuju ke sekolah sore ini. Tanpa harus memberitahu siapapun. Dan tertulis nama Rock di isi pesan.
"Rock, aku tak mau terjadi apa-apa denganmu," ucap Keiko khawatir.
Keiko pergi keluar rumah dengan santai. Karena kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan sebagai artis dan kakak perempuannya tengah mengambil jurusan kedokteran ternama. Jadilah ia sendiri di rumah.
"Aku pergi," ujar Keiko entah pada siapa. Hanya keheningan yang ada.
Keiko tak membawa mobil ataupun di antar oleh supirnya. Ia hanya ingin berjalan kaki menikmati sore hari yang dibilang cukup cerah.
Tigapuluh menit berlalu. Sampailah Keiko di taman kota dekat sekolahnya berada. Suasana di sana cukup sepi.
Ia terus berjalan tanpa menghiarukan beberapa orang yang menatap dirinya kagum. Maklum bintang model ternama tengah berada di jalan raya seorang diri.
"Semoga firasat burukku ini tak benar terjadi," ucap Keiko berusaha tenang. Ia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, lalu di buang perlahan.
Keiko langsung memasuki kawasan area sekolah. Ia tak menghiraukan tatapan seseorang yang ia lewati di bangku taman tadi. Seseorang yang sebenarnya ia khawartikan saat ini.
.
.
.
.
Seorang gadis manis tengah meringkuk di dalam selimut tebal. Ia menyembunyikan diri sepanjang seharian penuh. Tak mempedulikan rasa lapar dan haus.
Ia teringat kembali dengan teman satu kosan. Teman yang selalu menemaninya dikala suka maupun duka.
"Giana, aku rindu padamu," gumam gadis itu. Tak terasa airmata keluar tanpa ia inginkan. Banyangan masa lalu di sekolah terniang dalam pikirannya.
Flashback On
Tiga sosok gadis murid sekolah ternama terlihat berjalan beriringan. Canda tawa selalu menghiasi hari-hari mereka.
"Lullin-chan. Kamu kok terlihat semakin gemuk," ucap gadis kecil bersuara menggemaskan.
Gadis berwajah manis itu menatap tajam gadis kecil itu. Ia tak suka dengan ucapannya.
"Cie... Ada yang lagi ngambek nih," ujar gadis berkacamata tersenyum jail.
"Ihh! Ka-kalian sangat men-menyebalkan sekali!" seru gadis manis itu kesal dan malu-malu. Ia sampai menghentakan kaki kiri ke tanah.
"Hahahaha...," tawa pecah dari kedua gadis lainnya.
"Giana! Nana! Kalian mengerjaiku!"
Ketiganya pun saling tertawa. Merangkul pundak masing-masing tak ingin kehangatan dan kebersamaan ini menghilang.
Flashback Off
.
.
.
Kihara Lullin. Nama sang gadis manis tersebut. Lullin memiliki sifat kikuk, malu-malu, ceroboh dan merasa bersalah. Ia berasal dari sebuah desa yang terkenal dengan hasil panen berlimpah.
Lullin menjadi seorang perantauan untuk memenuhi cita-citanya bersekolah di SMA Subarashii. Untungnya dia diterima menjadi salah satu murid di sana.
"Apa aku menyusul dirimu, Giana?"
Tok!
Tok!
Tok!
Suara ketukan pintu menghilangkan pikiran negatif Lullin. Ia baru saja memikirkan cara untuk bunuh diri.
Tok!
Tok!
Suara ketukan pintu semakin keras. Lullin sebenarnya enggan untuk beranjak dari tempat persembunyiannya. Tetapi suara itu sangat mengganggu dirinya. Mau tak mau ia melangkah ke depan pintu.
Pintu terbuka. Di depannya berdiri seorang pemuda yang selalu sudah mencuri hati dan pikirannya.
"Kau lama sekali membuka pintunya," ucap pemuda itu kesal.
Lullin yang masih terpesona hanya terdiam membisu. Sifat malu-malu dan kikuknya seakan telah keluar.
"Hei Lullin. Kau tak menginjinkan aku untuk masuk," ujar pemuda itu. Ia sampai melambai-lambai tangannya ke depan wajah Lullin.
"Ee-eeh. Maaf, silahkan masuk," ucap Lullin yang akhirnya tersadar.
Pemuda itu tersenyum tipis. Ia segera masuk ke dalam kosan, tempat tinggal Lullin berada. Ia membawa sekantong plastik berwarna hitam di tangan kiri.
Suasana menjadi panas. Mungkin itu yang di rasakan oleh Lullin sendiri. Pemuda itu sudah duduk manis di depannya.
"O-Ota-kun. Ke-kenapa kamu datang kemari?" tanya Lullin malu-malu kucing.
"Hehehe... Aku hanya ingin main dan membawakanmu makanan. Terimalah," jawab pemuda itu yang bernama Ota.
Lullin merasa perutnya saat ini terdapat kupu-kupu di sana. Rasa suka dengan pemuda itu bertambah, malah sudah berubah menjadi cinta. Saat ini perasaan sedih akan kehilangan sahabat tercinta terobati dengan kedatangan dirinya.
.
.
.
.
Kafe Ota...
Suasana di dalam kafe sangat ramai. Tak henti-hentinya datang pengujung setiap harinya. Pemiliki kafe ini adalah seorang murid di sekolah ternama dan menjadi penghuni kelas 2F.
"Ota, aku pesan milkshake durian satu serta kue kering," ujar salah satu pengunjung kafe. Ia seorang kakek yang sudah berusia lanjut. Ia mengenakan pakian yang bertuliskan 'I Love Ota'.
"Siap! Pesanan akan segera datang dalam lima menit!" seru Ota.
Kikuchi Ota. Pemuda yang memiliki bakat talenta hebat dalam hal memasak. Ia juga mempunyai sebuah kafe yang tak kalah dengan restoran bintang lima.
Ota yang berprofesi sebagai koki, pelayan dan sekaligus kasir begitu semangat mengerjakan tugasnya. Liburan tiga hari tak membuat dirinya hanya santai atau merenung di rumah saja.
"Pesanannya sudah siap," ujar Ota. Ia membawa sebuah nampan berisi pesanan sang kakek tua itu.
"Silahkan dinikmati," lanjutnya setelah menaruh pesanan di atas meja. Tak lupa senyum tipis menjadikannya kesan yang ramah.
"Aaa... Terimakasih," balas sang kakek tua. Ia langsung menikmati makanan dan minuman di depannya dengan pandangan lapar. Sampai-sampai air liur menetes keluar.
Ota sudah berada di dalam dapur. Tiba-tiba ia teringat akan sosok gadis manis yang menjadi teman sekelasnya. Ia pun membuat makanan yang paling enak untuknya.
"Semoga dia senang dengan makanan ini," ucap Ota tersenyum tipis.
.
.
.
.
Di lantai 2 SMA Subarashii...
Salah satu pihak kepolisian tengah mengelilingi lantai 2 untuk mencari beberapa petunjuk atas kematian dua murid di sana. Ia tak meninggalkan sedikitpun sudut-sudut untuk diperiksa.
Saat memasuki area pojok lorong. Ia melihat sebuah sosok tergelatak di lantai dengan tangga menuju lantai atas. Bau anyir langsung memasuki indra penciumannya.
"Astaga!" serunya terkejut.
Pihak polisi baru saja melihat tubuh seorang pemuda yang tak memiliki rambut alias botak. Ia langsung memeriksa tubuh pemuda itu.
Kondisinya sangat mengenaskan di bagian kepala terdapat luka benturan hebat dan beberapa di bagian perut dan dada kiri juga. Darah berceceran di sepanjang anak tangga yang terlihat sudah kering. Ia menghela napas kasar.
"Dia sudah meninggal. Kira-kira sudah seharian penuh korban tewas," ujar sang polisi.
Ia meneliti setiap tubuh korban. Ditemukan kartu identitas yang bernama Tamaki Hoshi.
"Lapor kapten. Saya Faisal melaporkan, telah di temukan korban baru yang bernama Tamaki Hoshi. Diperkirakan korban tewas sudah seharian dan ditemukan banyak luka serius di tubuhnya," ucap polisi yang bernama Faisal. Ia menatap nanar tubuh Hoshi yang sudah tak bernyawa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top