Chapter 03
Brak!!
Trang!!
Suara kegaduhan berasal dari lantai 2 sekolah. Pihak kepolisian yang berada di dekat sana langsung mendatangi lokasi kejadian.
Di belakang gedung sekolah. Lev dan Kensel yang berada di sana terkejut mendengar kegaduhan.
"Apa yang terjadi?" tanya Kensel.
"Aku memiliki firasat buruk," jawab Lev khawatir.
"Sebaiknya kita ke sana!" seru Kensel. Baru saja akan melangkahkan kaki ke sana, pergelangan tangan miliknya di tahan oleh Lev.
Kensel menatap tajam Lev. Ia benar-benar marah dengan pemuda itu. Ia hempaskan tangan Lev kasar.
"Ada apa brengsek?!" bentak Kensel akhirnya.
Lev menghela napas kasar. Ia mencoba untuk tenang menghadapi sikap dan emosi Kensel. "Sebaiknya kau jangan gegabah. Kita akan ke sana, tetapi harus mengatur jarak yang aman agar tidak ketahuan oleh mereka," ucap Lev tenang.
Kensel masih memandang tajam Lev. Ia hanya mengangukan kepala kecil.
"Semoga firasat buruk tidak benar-benar terjadi," batin Lev khawatir.
Keduanya tengah berjalan mengendap-endap. Bila ada pihak keamanan yang lewat, maka mereka bersembunyi di balik pohon. Itu terus terulang hingga sampailah mereka di tempat tujuan.
Garis kuning sudah terpasang melebar di lokasi kejadian. Para polisi tengah berkerumun di sana. Sepertinya sedang menyelidiki sesuatu masalah yang gawat.
Lev memandangi area sekitar lokasi kejadian. Pandangannya fokus pada satu titik. Tiba-tiba kedua matanya melebar sempurna.
"Kau kenapa Lev?" tanya Kensel penasaran.
Lev tak menjawab. Ia hanya menunjuk ke arah depan. Kensel pun mengikuti arah yang di tunjuk.
Deg!
"I-itukan... Se-Sera," ucap Kensel terkejut.
Tepat di hadapan mereka, terdapat satu jasad seorang wanita tergelatak di tanah. Jasad tersebut saat ini tengah di selidiki oleh pihak keamanan. Terdapat beberapa pecahan kaca dan noda darah di sekitar korban.
Nampaknya korban baru saja terjatuh dari lantai 2. Terlihat dari salah satu jendela lantai 2 dalam kondisi tak beraturan.
"Ba-bagaimana bisa?" tanya Kensel dengan tatapan kosong.
"Dia terjatuh dari lantai 2 dan... itu adalah letak kelas 2F," ucap Lev tanpa menjawab pertanyaan pemuda di sebelah.
.
.
.
.
Gen mengurung diri di kamar. Ia masih begitu syok dan ketakutan akan kejadian yang menimpa Giana.
Di depan mata kepalanya sendiri, sosok Giana tergantung di atas langit. Seuntai kain horden melilit lehernya. Kedua mata yang melotot, serta pergelangan tangan mengeluarkan darah. Pemandangan itu masih jelas di benak Gen maupun Nana.
"Yu-Yuka...," gumam Gen.
Ia teringat kembali dimana, Yuka melihat dirinya tengah berpelukan dengan Nana. Tatapan Yuka begitu sedih dan sakit.
"Padahal itu hanya salah paham. Ia tak mau mendengar penjelasanku dahulu," ucap Gen lirih.
Setetes airmata jatuh dari kelopak matanya. Ia sudah tak tahan lagi menahan kesedihan yang ia pendam terus menerus.
Gen hanya butuh sandaran dari seseorang yang ia cintai. Sejak Ibu-nya meninggal dunia, Ayah-nya sibuk dengan urusan pekerjaan. Tak ada lagi kasih sayang maupun cinta di dalam keluarga kecil itu. Hanya kesepian yang di rasakan olehnya.
"Yuka... Aku hanya ingin bertemu denganmu," ucap Gen. Kedua mata ia tutup untuk menghilangkan rasa kesedihan di hati. Kini ia terbaring lemah di tempat tidur.
.
.
.
.
Ting!
Ting!
Ting!
Smartphone berwarna merah terus berbunyi. Seorang gadis yang berada di atas meja tak terlalu menghiraukan.
Ting!
Ting!
"Tch! Mengganggu saja!" umpat gadis itu.
Ia langsung meraih smartphone miliknya. Di sana tertera puluhan pesan dari grup kelas 2F. Kedua matanya mengerut heran. Seolah tatapannya mengatakan 'Ada apa'.
Gadis itu membuka pesan grup. Terdapat 50 pesan. Ia baca perlahan hingga terhenti.
#Grup 2F Kece (20)#
Roman: Apa kalian ada yang melihat Sera?
Shino: Memang kenapa, Roman?
Hide: Kau malah bertanya balik!
Roman: Gawat!
Yurina: Gawat kenapa?
Erza: (2)
Rock: (3)
Lullin: (4)
Shino: (5)
Shuu: (6)
Akemi: (7)
Hoshi: Kenapa kalian malah belajar menghitung?! 😅
Erza: Hehehe...
Hide: Oii Roman. Gawat kenapa?
Roman: Gawat! Sera belum pulang ke rumah dari kemarin! 😱😱😱
Yurina: Astaga 😱
Keiko: Ada apa ini? Maaf saya baru selesai mandi.
Shino: Baca saja chat di atas.
Rock: Kata Roman, Sera tak pulang ke rumah. @Keiko
Keiko: What? Kok bisa?
Rock: Entah
Akemi: Kata Ibu Hoshi, dia juga belum pulang dari kemarin.
Ota: Kenapa tiba-tiba keduanya menghilang secara barengan?
Erza: Aku pusing
Emili: ???
Ota: Kau kenapa Emili?
Emili: Kalian berisik sekali! 😡😡😡
Lullin: E-eh? Emili kau kenapa malah marah-marah?
Emili: Aku sedang beristirahat dan kalian mengganggu waktuku!
Roman: Teman sekelas kita Sera dan Hoshi menghilang! Dan kau malah marah-marah karena kita mengganggumu!
Emili: Tch! Urusai!
Lullin: 😨😨😭😭😭
Shino: Emili kok aneh ya?
Hoshi: Apa dia jangan-jangan???
Hide: Kalian tak boleh berpikiran negatif dengan Emili. Mungkin dia sedang banyak masalah.
Ota: Tch! Kau masih saja membelanya!
Hide: Ada masalah denganmu?!
Ota: Ya!
Akemi: Hentikan! Kalian jangan bertengkar di saat seperti ini!
Shino: Akemi 😨😨😨
Nana: 😭😭😭😭😭
....
Percakapan grup terus berlanjut. Tetapi gadis berambut hitam panjang melempar smartphone miliknya asal. Ia tak peduli dengan nasip smartphone-nya.
"Baru saja begitu sudah heboh!" gerutunya.
Kiyotaka Emili. Seorang gadis pintar yang berasal dari desa terpencil di sebuah pulau. Ia merupakan gadis yang ceria, lemah lembut dan misterius.
"Hmm... Lebih baik aku melanjutkan rencana selanjutnya," ucap Emili tersenyum kecil. Di atas meja terdapat beberapa lembar foto dan keterangan.
.
.
.
.
Satu jam sebelum kejadian...
Ting!
"Aku ingin bertemu denganmu di sekolah,"
MyLove
Gadis berperawakan cantik dan dijuluki sebagai 'Putri kerajaan' tersenyum senang. Ia sampai melompat-lompat di atas kasur berukuran king size.
Honma Sera. Biasa di panggil Sera. Ia merupakan anak orang kaya di daerah Tokyo. Anak kedua dari tiga bersaudara. Memiliki sifat dewasa dan gemar membaca jenis buku apapun.
"Aaa... Akhirnya dia mengajak kencan," ucap Sera bahagia.
Tak ada hal keanehan dari pesan tersebut. Ia terlalu senang di ajak gebetan kencan. Padahal hal sesuatu pada dirinya sedang menantinya, yaitu kematian.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top