One Month
Hubungan (Y/n) dan Wataru kini sudah berjalan sekitar satu bulan. Semenjak pertemuannya di cafe waktu itu dengan sangat romantis dan penuh suasana hangat. Namun tampaknya hubungan yang manis itu kini sedang sedikit merenggang karena kesibukan masing-masing. Sudah sangat lama (Y/n) tak mendengar kabar dari kekasihnya itu, bahkan untuk sekedar mengirim pesan saja sudah tak pernah, biarpun dirinya mengirim pesan duluan, Wataru tak langsung membalasnya, mungkin sekitar 2 hari baru akan dibalasnya.
Di tengah hujan ini, gadis itu hanya terduduk sambil memandangi rintik-rintik air yang jatuh ke bumi dengan beraturan itu. Tangannya masih memegang handphone, menunggu siapa tahu ada kabar darinya. (Y/n) melamun sambil membayangkan masa-masa indah tersebut. Tak lama, handphonenya berdering dan memperlihatkan nama kontak temannya, Eri. Dia langsung mengangkatnya dan membalas telepon tersebut.
"Halo, Ri?"
Eri
"(Y/n), kamu lagi sibuk nggak?"
(Y/n)
"Nggak kok. Memang kenapa?"
Eri
"Aku mau ajak kamu jalan-jalan keliling kota. Mau ikut nggak?"
(Y/n)
"Hujan begini loh, Ri. Aku males keluar kamar. Mending tidur."
Eri
"Ah kamu mah emang cewek pemalas."
(Y/n)
"Eh, sembarangan. Terus mau ngapain?"
Eri
"Hmm.... aku ke rumahmu aja deh. Boleh kan? Nanti kubawain makanan."
(Y/n)
"Yaudah, hati-hati ya."
Eri
"Oke."
Telepon pun berakhir dan (Y/n) menunggu temannya untuk datang. Masih memegang handphonenya tadi, dia melihat beberapa foto bersama Wataru di galeri fotonya. Satu foto yang menurutnya sangat membuatnya senang adalah saat mereka bermain di sebuah taman bermain berdua.
***
Lelaki berambut merah itu tengah menunggu di depan sebuah minimarket sambil menulis beberapa penggalan lirik lagu, wajahnya kini sangat serius melihat buku yang sudah banyak coret-coretan itu. (Y/n) yang dari belakang bermaksud untuk mengagetkannya, dengan wajah yang jahil, dia menepuk pundak Wataru dengan keras.
"Hai Wataru!"
"Uwah!!" kagetnya, lalu menoleh ke belakang, "(Y/n)! Kamu bikin aku kaget aja."
"Hehe, maaf..." ucapnya, lalu duduk di samping Wataru, "Serius banget, lagi ngapain sih?"
"Nulis lirik."
(Y/n) hanya mengangguk, Wataru lanjut menulis beberapa kata demi kata. Tapi sepertinya itu malah membuat gadis di sampingnya tertarik hingga pandangannya tak lepas dari buku tersebut. (Y/n) membalas tatapan Wataru dengan senyuman, "Boleh aku lihat sebentar bukunya?"
"Tentu." kemudian menyerahkan buku bersampul hijau itu padanya. (Y/n) melihat isi buku tersebut dan membaca beberapa lirik yang ditulis oleh Wataru dan dirinya sangat kagum dengan itu.
"Ini bagus sekali, kamu sendiri yang tulis?"
"Nggak juga kok. Teman-temanku kadang juga ikut bantu nulis lirik."
"Kalian hebat! Nggak sia-sia aku jadi penggemar kalian."
"Haha, kamu bisa aja." balasnya sambil diselingi tawanya yang manis. Lalu tiba-tiba sebuah ide muncul dari benaknya, "Oh iya (Y/n), gimana kalau kita hari ini pergi ke taman bermain? Kamu nggak sibuk kan?"
"Asal sama kamu, aku rela kok ngelakuin apa aja buat kamu."
Seketika juga wajah Wataru memerah padam, dia menunduk dan sedikit terkekeh. "Duh... jangan gitu dong. Aku jadi malu tahu."
(Y/n) hanya tertawa sedikit melihat pacarnya itu malu-malu, menurutnya wajah dan pipi Wataru yang memerah adalah yang hal yang paling imut yang dia lihat. (Y/n) memang sedikit senang menggodanya, bahkan sampai-sampai Wataru hampir pingsan karena itu. Senyum terukir di wajah gadis itu, dan dengan suara main-main, dia berbisik, "Kamu imut, Wataru."
"(Y/n)..." dengan suaranya yang lirih dan malu-malu. "Jangan nangis loh kalau kucium tiba-tiba."
"Eh?!" gadis itu langsung memundurkan tubuhnya, dan kali ini gantian dirinya yang salah tingkah. Wataru hanya tersenyum dan terkekeh, melihat wajah gadisnya yang kini malu-malu. Rayuannya ternyata lebih kuat daripadanya. Sedangkan yang dirayu, hanya menunduk dan memalingkan wajah.
Tangan kanannya menggenggam erat tangan (Y/n) dengan lembut, dan dengan suara lembutnya dia berkata, "Jadi ... ayo kita ke taman bermain. Aku mau kita menghabiskan waktu bersama."
(Y/n) yang masih malu-malu hanya mengangguk dan membalas, "Ya, aku juga mau menghabiskan waktu bersamamu."
***
Ting Nong!
Suara bel rumah berbunyi, membuatnya tersadar dari lamunannya dan langsung membukakan pintu.
"Hei, apa kabar?" tanya Eri sambil memegang sebuah kantung plastik di tangan kirinya.
"Aku baik, ayo masuk."
Eri mengangguk dan memasuki rumah tersebut, lalu duduk di sofa berwarna biru yang empuk itu, dibarengi dengan (Y/n) yang duduk di sebelah kanannya. Eri menyandarkan tubuhnya ke belakang dan melihat ke arah temannya itu.
"(Y/n), maaf aku tiba-tiba nanya begini. Kalian berdua kok sekarang nggak sedekat dulu lagi ya?"
(Y/n) yang masih agak melamun pun menoleh dan menjawab, "Yah... aku juga nggak tahu... mungkin dia sibuk kali, ya?"
"Mungkin aja." balasnya dengan nada sedikit bingung, "Makanya itu aku kesini buat nemenin kamu. Habisnya, waktu kamu berduaan sama pacarmu, akunya dilupain. Padahal kan aku sahabat sejatimu."
"Hahaha, maaf deh kalau gitu, sahabatku sayang." ucapnya sambil memeluk Eri, yang dipeluk hanya tertawa sambil sedikit melepaskan pelukannya, "Haha, geli tahu aku dipeluk sama kamu."
Kedua gadis itu hanya tertawa, lalu Eri membuka bungkusan tadi dan mengeluarkan sekotak besar kue krim stroberi. Kue yang sangat disukai mereka berdua, tanpa basa-basi lagi, mereka berdua menyantap kue tersebut dengan lahap, membiarkan mulut mereka sedikit berantakan dengan krim putih manis yang menempel. Sedikit rasa gundah dan gelisah di hati (Y/n) memudar, berganti dengan perasaan senang karena kehadiran Eri dan kue stroberi itu.
Dengan suara penuh perhatian, Eri berkata, "(Y/n), kalau ada masalah apapun. Kamu bisa kok cerita sama aku. Aku memang gak bisa bantu banyak, tapi aku usahain sebisaku buat nolong kamu."
(Y/n) mengangguk, dan tersenyum dengan lembut, "Makasih banyak, Ri. Kamu udah banyak bantu aku kok."
"Udah seharusnya kan?" ujarnya sambil tersenyum. Lalu membuka tangannya dan memeluk sahabatnya itu. "Aku tahu, pasti ada yang mau kamu omongin sekarang, aku bakal dengerin kok."
Mendengar itu, (Y/n) yang tadinya tenang-tenang saja langsung berubah menjadi agak sedih dan kesal. Lalu dia mengangguk dan mulai bercerita.
"Jadi gini, Ri. Wataru akhir-akhir ini udah gak ngasih kabar atau nelpon lagi ke aku. Aku kan pengen tahu kabarnya dia, soalnya nggak sering-sering aku bisa ketemu sama dia. Paling juga ketemu kalau dia punya waktu."
Eri mendengarkan dengan seksama, lalu (Y/n) melanjutkan ceritanya lagi,
"Padahal baru sebulan, tapi kenapa aku jadi bucin begini ya sama dia." sambil menghela nafas, "Apa ini rasanya kalau orang lagi galau gara-gara cinta?"
"Mungkin iya." ucap Eri sambil menggenggam tangan (Y/n) dan melihatnya dengan penuh perhatian. "(Y/n), kamu pasti kesal karena Wataru nggak kasih kamu kabar. Tapi percayalah, dia bakal baik-baik aja kok di sana. Yang penting kamu berdoa yang terbaik buat dia, semoga dia selalu dilindungi tuhan, oke?"
Nasihat dari Eri sedikit membuat hatinya tenang, walaupun masih ada rasa kesal di hatinya, tapi kini ia juga tahu bahwa kekasihnya itu pasti akan baik-baik saja. "Iya, Ri. Aku yakin itu."
Untuk saat ini, (Y/n) hanya memendam rasa kesal dan rindunya pada Wataru yang entah kenapa tiba-tiba bersikap seolah tak peduli dengannya, dalam hati ia berharap, semoga dia sabar menunggu sampai ia bisa bertemu kembali.
To be continued.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top