Bab 1 - Mimpi Siang Bolong
"Pak? Ngapain kita ke sini?"
"Kamu sudah kubeli Lita. Satu milyar untuk semalam."
Deg!
Hati Lita terasa panas, begitu pun dengan kupu-kupu yang bertebaran lantaran mendengar suara bariton nan menggoda dari bibir Farhan, asisten dosen sekaligus dosen pembimbingnya di kampus pula.
Lita kesulitan menelan ludah kala tangan besar itu terus mendesaknya masuk ke suatu ruangan yang kira-kira ukurannya 3 x 3 meter. Nggak terlalu luas, dan tidak terlalu sempit juga untuk dijadikan tempat bercocok tanam.
"Pak... Bapak lagi mabok ya? saya mahasiswa bapak...," lirih Lita mencoba menatap kilat mata elang itu.
Dia mundur beberapa langkah. Tatapan Farhan terus mengikuti kemana arah Lita melangkah.
"Waktu itu bapak bilang ke saya, saya bukan tipe bapak kan?" Farhan hanya balas mengangguk.
"Nah betulkan? Terus kenapa saya harus melayani bapak? Ihh bapak nggak takut dosa apa? bapak nggak punya istri apa di rumah? inget anak pak, inget istri cantik bapak di rumah lagi nungguin bapak," cerocos Lita.
Setiap dia bicara, langkah kakinya perlahan mundur hingga tiba saatnya tubuhnya sampai ke sudut pintu dan Farhan mengunci pergerakannya.
"Kamu banyak ngomong ya!" Cup!
Pria tidak bercerita, buktinya Farhan langsung meluncurkan aksinya. Melihat aksi dadakan seperti tahu bulat itu, membuat Lita mengerjap mata.
Kaget, sekaligus degdegan.
"Hmppp pak... anu pak... sluppmhhpp—"
Lita tidak diberi ruang untuk mengeluarkan sepatah katapun. Bibirnya langsung dilum at kasar nan penuh tuntutan, bahkan untuk bernapas ajah ia nggak diberi ruang. Refleks Lita menepuk dada bidang yang berselimutkan kaos oblong.
Akhirnya Lita menghembuskan napasnya saat laki-laki itu melepaskan lumat annya.
"Punishment karena kamu cerewet banget!"
Lita cemberut sambil memandang kuku jarinya, "Tapi kan...."
"Aku nggak mau jadi pelakor rumah tangga orang!" balas Lita memberi pembelaan.
"Only one question."
"Kamu udah punya istri? Udah punya anak? Gimana kalau keluarga besar kamu tahu hubungan kita? Gimana nasib karir kamu di kampus?"
Farhan menggeleng kepala.
"I told you before only one. Hanya 1 pertanyaan, no more!"
"Okok. Karena aku gamau jadi pelakor, aku hanya tanya kamu sudah menikah?"
"Belum," jawab Farhan singkat. Tanpa babibu dia langsung menarik tubuh Lita kembali masuk ke dalam pelukannya.
"Lagi juga kamu sudah saya bayar mahal. Tugas kamu melayani saya!" lanjut Farhan dengan nada rendah, tepatnya memberi pressure.
Okay Lita, karena ini tugas lo. Jadinya lo harus profesional melayani klien lo ini. Perse tanlah dia dosen lo. For tonight, he is my client. Hot client, batin Lita.
Baju seksi yang digunakan Lita perlahan-lahan dibukanya, mulai dari bagian atas hingga bawah. Lekuk tubuh secksi bak gitar spanyol itu semakin membuat Farhan meneguk ludahnya berulang kali, saking terpana dengan kemolekan tubuh mungil itu.
Gadis itu mendekat, dan meraih dasi yang tak beraturan milik Farhan. Dengan gaya menggoda, ia menarik dasi itu untuk menuntun Farhan menuju kasur.
Sengaja, Lita melempar tubuh Farhan ke atas ranjang. Posisinya Farhan di bawah, Lita di atas. Of course, gadis itu memulai aksinya.
Farhan hanya memperhatikan gerak-gerik yang dilakukan Lita, semuanya dia suka. Tapi rasanya terlalu lambat, mau main sampai kapan? Sampai lusa? Jadi kapan dia bisa merasakan kehangatan dunia itu? karena daritadi saja cewek itu belum berhasil membuka kemejanya?
Apalagi bongkahan semangka kembar milik gadis mungil itu bergoncang-goncang tak karuan, membuat pria itu udah nggak bisa ditahan lagi.
Kesabaran setipis tisu yang dibagi dua, Farhan merobek bajunya sendiri hingga kancing-kancing itu berserakan ke lantai. Dia sudah tak peduli. Yang dia peduli adalah Lita, Lita dan Lita untuk malam ini!!!
Lita dilempar ke kasur, mereka berubah posisi. Farhan di atas, dan Lita di bawah.
Akhirnya pria itu leluasa membuka kemeja, ikat pinggang, dan celananya sendiri. Lita terpana melihat otot kekar di lengan yang tertutup rapat itu. Karisma yang biasa dikeluarkan Farhan saat mengajar bertambah berkali-kali lipat di malam ini.
"A-akuu—"
"Kamu kenapa?" tanya Farhan sengaja bertanya padahal dia tahu Lita pengen memegang tubuh kekarnya.
"Mau pegang?"
"Hee Pak... emang boleh?"
"Bolehlah! Pegang saja."
Lita tersenyum lebar, lalu tangannya memegang balok-balok benda kenyal kokoh itu.
Wajah Farhan didekatkan ke bawah.
"Spesial malam ini kamu juga bisa memegang Juniorku bahkan menyedotnya sepuasnya."
Deg!
Refleks Lita terdiam sejenak.
Kenapa Pak Farhan begitu liar?
Apa karena dia sudah memberiku uang, makanya dia sefrontal ini?
Tapi kalau uangnya diambil lagi gimana? Apalagi dia malah melayaniku seperti sekarang? Harusnya aku yang melayani dia.
Dada Lita berdebar, dia malu jika harus melakukan itu sama dosennya, apalagi dosen satu ini killer dan dingin saat mengajar. Tapi kalau gadis itu menyia-nyiakan waktu, nggak akan ada malam seperti ini lagi.
Lita menarik tubuh Farhan—seraya memutar posisi, dia ingin di atas. Namun tubuhnya yang kecil tapi bisa mengangkat kekarnya tubuh itu. Farhan tersenyum tipis—bahkan senyuman itu membuat Lita makin tergila-gila padanya.
Gimana nggak gila, pria tampan ini bukgil makin bertambah kegagahannya. Lita melihat ke arah bawahnya, bambu besar yang berdiri tegak seolah merosot disertai kerutan kecil dahi Farhan.
"Tuhkan Pak, biarkan aku yang di atas kamu," sahut Lita berusaha memberi saran.
Dia sudah bertekad akan melayani pria itu layaknya seorang raja.
"Dari sini ajah. Kamu layanin saya! bisa gak?"
Catatan hidup Lita, dia paling benci ditantang orang, apalagi pria ini orang asing yang tak pernah dikenalnya secara pribadi.
Wajah Lita mendongkak meraih bibir Farhan sambil tangannya melingkar di leher Farhan. Spontan mata gadis itu terpejam merasakan setiap pagutan bibir Farhan yang terasa tebal dan kenyal. Ciu mman itu terasa panas, Lita pun mengikuti ritme hingga matanya merem-melek saking nikmatnya.
Lita merasakan benda di bawah—menyentuh pangkal pahanya mulai mengeras, junior bereaksi, menandakan aksinya berhasil.
Senyumnya tiba-tiba terbit.
"Errghh...."
"Sssttttthhh...."
Desis mereka secara bersamaan.
Tangan Lita melingkar ke leher Farhan. Satu tangan lainnya memijit-mijit otot kekar itu. mulai dari lengan, perut yang bentuknya kotak-kotak ala Deddy Combuzier hingga menuju junior. Agak shaking memegangnya, mungkin karena it's first time for her, namun Farhan menarik tangan Lita dan memperagakan gaya naik turun ke juniornya. Ya, ini bagian dari pekerjaannya.
Farhan melepas pagutan mereka. tangannya yang sedari tadi sibuk memijat semangka besar itu kini melahapnya. Desisan Lita semakin kencang dan bikin candu di pendengaran Farhan.
Farhan melahap lagi bibir mungil itu.
"Keluarin ajah nggak usah malu-malu padaku sayang," bisik Farhan seolah mantra yang mampu menghipnotis gadis itu.
Lita balas mengangguk dengan wajah memerah sambil mengeliat hebat saat Farhan kembali men yusu.
"Rrrrggghh...."
"Sstttttttttt—beb!"
"Aduhhhh Pak maksud saya. Awhh enak banget."
Ditekannya kepala Farhan pada bongkahan miliknya.
Farhan rasa... gadis mungil itu ternyata enak.
"Ngelakuin ini sama siapa ajah kamu?" tanya Farhan di sela dirinya beralih men yusu semangka satunya.
"Baru kamu say—angg... uhmssttttpphh... uhmmphhh...."
Sepertinya Farhan suka mendengar desa-han dan gaya mengge liat gadis itu.
"No one? Masa nggak ada satupun?"
"Ka-kalau kamu?"
Sial! kenapa suaraku terdengar bergetar, batin Lita.
"Bohong kalau aku bilang nggak pernah ngelakuin."
"Hikss parah!" jawab Lita cemberut. Namun wajahnya kembali senyum-senyum keenakan.
"Tapi enak kan? Nagih kan?"
Lita mengangguk malu.
"Are you a virgin?"
Lita sudah tak fokus lagi, celananya terasa basah dan pangkal bawahnya terasa berkedut. Farhan selalu punya cara membuatnya menggeliat, ia sudah tak tahan lagi untuk melakukan hal lebih. Tapi tak tahu apa itu?
"Kamu sudah nggak tahan lagi ya? boleh kumasukin?"
Lita balas mengangguk sambil tersenyum sipu.
Bambu besar yang menjulur ke atas itu sedari tadi menyetrum kesadarannya, akhirnya dipergunakan sebagaimana mestinya. Kali ini Lita belajar dari Farhan, karena to be honest gadis itu baru pertama kali melakukannya.
Farhan sengaja menyentuh dan men ggesek gudukan sawah Lita, kemudian bambu itu masuk walau ruang yang diterimanya terlalu sempit.
Beberapa kali Lita berusaha menarik napas, menahan hentakan, dan menahan daging besar itu masuk ke sawah hijau miliknya.
Belum juga sepenuhnya masuk, gebrakan buku membuat atensinya teralihkan.
"Lita!"
"Bisa-bisanya kamu tidur di kelas saya?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top