BAB 11
Maaf tadi ada kesalahan. Yakali langsung Bab 12 padahal Bab 11 aja belum :)
Selamat membaca :*
***
'Keterlaluan ... hanya karena diselingkuhin doang sampai segitunya'
-Ariana Fransisca-
***
Ariana berbohong. Tadi ia bilang pada Revan akan langsung pulang dengan diantar oleh manajernya. Namun nyatanya, saat ini ia berada di tempat biasa bersama Benny. Ia bahkan sempat membuat Rima mabuk sehingga manajernya itu tidak perlu mengantarnya. Malah sebaliknya, ia yang menyetir untuk mengantar Rima pulang kemudian lanjut naik taksi ke apartemen Benny.
"Syukurlah aku tenang sekarang. Revan benar-benar bilang semua bakalan teratasi, kan?"
"Iya, Ben. Sekarang waktunya move-on dari wanita sialan itu," balas Ariana.
"Aku nggak nyangka, Clara yang bantu aku sampai berada di titik ini ... tapi dia juga yang mengancam mau menghancurkannya."
Ariana berjalan ke arah sofa yang Benny duduki, lalu ikut duduk di sampingnya. "Keterlaluan, kan? Hanya karena diselingkuhi doang sampai segitunya. Menghancurkan karier? Dasar wanita nggak tahu diri!"
Sejujurnya Benny juga merasa bersalah. Walau bagaimanapun Clara sudah mewarnai harinya selama bertahun-tahun. Namun, saat nasi sudah menjadi bubur seperti sekarang, Benny tidak memiliki pilihan selain mengubur perasaannya. Toh, menurutnya karier lebih penting. Wanita bisa dicari kapan saja dan ia bisa menjamin kalau para wanita tidak akan mungkin menolaknya atau justru merekalah yang akan tergila-gila padanya.
Ya, Benny tidak akan mempunyai penyesalan kehilangan Clara. Untuk sekarang kariernya yang sedang melambung ini ... tidak bisa ia relakan begitu saja terlebih hanya karena seorang Clara.
"Ar, kamu pernah kepikiran kalau ketahuan sama Revan?" tanya Benny tiba-tiba.
"Pernah, sekarang aku juga lagi mikir ... kira-kira apa yang bakal Revan lakukan kalau tahu kita berdua begini?"
"Tergantung, dia lebih mementingkan perasaan dan harga diri atau uang," balas Benny. "Kalau aku boleh tanya, sejujurnya kamu sayang sama Revan nggak?"
"Ya ... sayanglah."
Benny terkekeh. "Aku kira kamu seratus persen cuma menjadikan dia batu loncatan doang. Ternyata sayang juga?"
"Aku bahkan sempat kepikiran buat mengakhiri hubungan kita sebelum benar-benar ketahuan."
Benny menegang. Ia merasa tidak rela dan tidak mau jika harus berpisah dengan Ariana. "No, aku nggak mau!"
Kali ini Ariana yang terkekeh. "Kenapa? Kamu beneran jatuh cinta sama aku?"
Benny juga tidak tahu. Sejak dulu ia memang tidak mau putus dengan Clara, tapi tetap ingin menjalani hubungan dengan Ariana. Terlebih Clara sudah tahu tentang perselingkuhan ini. Jelas Benny tidak mau kehilangan Ariana juga.
"Pokoknya aku mau kita tetap lanjut," tegas Benny.
"Sial. Sulit menemukan partner sex sepertiku, bukan?"
"Salah satunya itu," balas Benny jujur. "Dan aku juga udah nyaman sama kamu, Ar. Serius. Ini bukan melulu tentang ranjang."
"Baiklah, sepertinya aku nggak punya pilihan lain selain percaya."
"Oke ... sebaiknya sekarang kita latihan." Tanpa menunggu jawaban Ariana, Benny langsung mendekatkan bibirnya pada bibir wanita itu. "Adegan yang paling ditunggu-tunggu penonton," lanjutnya sambil mulai mencium bibir Ariana, yang tentu saja langsung dibalas oleh wanita itu dengan tidak kalah panas.
***
Setelah mendengarkan serentetan kalimat yang membuat telinga panas, Revan akhirnya bisa meletakkan ponselnya dengan tenang. Baru saja Mira, sang mama meneleponnya hanya untuk mengingatkan tentang usia. Ya, tentang usia Revan yang sudah pantas menikah, tentang usia Mira yang pantas memiliki menantu hingga cucu.
Kalau boleh jujur, Revan juga ingin menikah. Sangat ingin. Namun, wanita yang dipilihnya untuk menjadi istri dan mendampinginya seumur hidup belum siap sama sekali. Jadi, Revan tidak memiliki pilihan selain menunggunya. Revan sudah telanjur cinta pada Ariana sehingga ia sedikit pun tidak mau mencari wanita lain.
Revan berencana akan benar-benar meresmikan hubungannya dengan Ariana setidaknya dua atau tiga tahun lagi. Ia membiarkan Ariana menikmati masa keemasannya dulu. Untuk itu, ia sebisa mungkin membujuk mamanya agar mau bersabar.
Sampai sekarang, Revan memang belum pernah membawa Ariana bertemu keluarga besarnya. Ini ia lakukan demi kenyamanan Ariana. Sungguh, Revan tidak ingin keluarganya terutama sang mama berusaha mendesak Ariana untuk segera menikah. Itu sebabnya untuk sekarang, tidak mengenalkan Ariana pada keluarganya adalah langkah terbaik. Terlepas dari itu, Revan berjanji akan mengenalkan Ariana jika pacarnya itu sudah benar-benar siap.
Saat ini, Revan sedang keluar dari lift menuju basemen. Ia lalu memasuki mobil di mana Angga sudah menunggunya.
"Bos," sapa Angga begitu Revan duduk di kursi belakang.
"Anak-anak udah pada pulang?" tanya Revan seraya melirik jam tangannya yang kini menunjukkan pukul 00.35.
"Sudah, Bos," jawab Angga, masih menghadap ke arah bosnya. "Oh ya, ada informasi tambahan tentang Clara."
"Apa?"
"Ternyata dia bekerja di WB."
Revan tersenyum senang. Memang semuanya seolah dipermudah baginya dalam menyelesaikan setiap permasalahan. William Beauty adalah salah satu anak perusahaan milik orangtuanya. Perusahaan yang bergerak di bidang kecantikan, khususnya skincare itu dikelola oleh adik Revan.
"Awalnya aku berpikir bagaimana cara membuatnya resign, tapi rupanya tidak perlu karena dia akan keluar dari sana dengan mudah. Entah ini keberuntunganku atau dunia yang memang sempit."
Angga tidak menyangka bosnya benar-benar melakukan sampai sejauh itu. Memang benar, semuanya tidak akan baik-baik saja jika seseorang berusaha mencari masalah dengan WE, terlebih Clara adalah orang pertama yang menolak bernegosiasi.
Biasanya, orang-orang yang bermasalah akan sangat mudah bersepakat dengan uang sebagai jembatan sehingga mereka mereka malah terkesan menjadi untung. Namun, dalam kasus Clara ini ... Angga rasa wanita pemberani itu akan menyesal berurusan dengan Revan karena jelas Clara akan menjadi pihak yang paling dirugikan. Sudah diselingkuhi yang otomatis putus, sekarang ditambah harus kehilangan pekerjaan.
"Saat Ariana dan Ben udah berangkat ke Amerika, di hari yang sama pula kita jalankan rencana untuk Clara."
"Baik, Bos."
Revan tersenyum penuh kemenangan. Ya, pria itu memang seakan sudah melihat kemenangan di depan matanya. "Aku jadi nggak sabar ingin cepat-cepat melewati seminggu ini dan mengeksekusi rencana kita dengan sempurna."
Angga memang sudah mendengar langsung dari Revan tentang detail yang akan dilakukan pada Clara. Bagi orang mungkin gila. Bahkan, Angga yang sudah bertahun-tahun mengabdi saja awalnya masih agak terkejut dengan rencana bosnya. Ia merasa ini rencana tergila yang pernah Revan pikirkan. Namun bagi Revan, hal itu masih dalam tahap wajar.
"Sekarang kita pulang aja, aku juga ngantuk."
"Siap, Bos." Angga pun mulai menjalankan mobilnya.
Dalam perjalanan, Revan sibuk melihat layar ponselnya. Ia sedang stalking akun Instagram Clara yang pengikutnya lumayan banyak. Beberapa posting-an Clara bahkan tampak mengiklankan produk. Dari situ Revan sadar bahwa Clara selama ini membuka jasa paid promote dan endorsement. Ia rasa, Clara mendapatkan ini semua berkat ketenaran Benny.
Revan terus meng-scroll-nya sampai-sampai baru menyadari mereka sudah sampai di dalam garasi. Rupanya ia terlalu serius melihat-lihat foto dan video Clara. Ia pun langsung menutup aplikasi Instagram-nya dengan cara langsung menekan home. Pria itu lalu meletakkan ponselnya di saku jas.
Setelah Angga membukakan pintu mobil. Revan berkata, "Angga, kalau mau kencan silakan. Aku berencana tidur dan bangun besok siang. Bahkan kalau bisa sore baru bangun."
Angga tersenyum. "Terima kasih, Bos. Kalau begitu saya permisi."
"Seperti biasa, pilih mobil yang mau kamu bawa."
Angga tersenyum seraya melihat satu per satu koleksi mobil milik Revan yang berjajar rapi di dalam garasi yang sangat luas ini. Jumlahnya kurang lebih ada 32 unit.
"Pilih sendiri, aku udah ngantuk." Revan pun mulai berjalan menuju lift yang akan langsung membawanya ke lantai enam rumah ini.
"Baik, Bos. Sekali lagi terima kasih dan selamat tidur."
Angga memang satu-satunya orang kepercayaan Revan. Bagi Revan, Angga bukan hanya asisten pribadinya, melainkan juga merupakan sahabat, saudara, teman bicara, sopir pribadi dan banyak hal lain karena Angga termasuk serba bisa. Itu sebabnya Revan selalu berusaha membuat Angga nyaman di sampingnya. Mereka berdua sudah sangat dekat dan tentu saja selama ini Revan memang sangat royal pada Angga.
Di dalam lift, Revan malah mengambil ponselnya lagi dan lanjut melihat-lihat posting-an Instagram Clara. "Sial, kenapa aku buka ini lagi?" gumamnya kesal. "Dasar wanita susah diatur!"
Bersambung....
Maaf, aku kadang ketuker-tuker nama. Makasih buat yang mau ingetin :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top