BAB 15 : WILL YOU?
Hay, Up lagi, ketemu lagi. 😁☺
Sebelum baca jangan lupa vote dulu ya... 😘
🍁🍁🍁
[Di sini sedang turun salju. Aku merindukan hujan.]
Isi e-mail Musab yang ia kirimkan kepada Hanania.
[Aku malah ingin menggenggam salju, lalu melemparkannya ke wajahmu, pasti menyenangkan.]
Hanania membalas dengan emoti penasaran.
[Jahat! Pasti aku balas.]
Musab membalas dengan emoti kesal. Hanania tertawa kecil di depan layar komputer perpustakaan yang boleh digunakan bergantian.
[Suatu hari kita akan berjalan di bawah langit bertabur salju putih yang indah bersama.]
Masih dari Musab. Sebuah emoti tersenyum ikut tertera.
[Bagaimana harimu?]
tulis Musab lagi.
[Seperti biasa.]
Begitulah. Hanania dan Musab bertukar kabar lewat email mereka. Semenjak Musab pergi, Hanania tidak lagi mendapat gangguan dari para wanita pengagum Musab.
Sesekali Musab mengirim gambar dirinya mengenakan pakaian musim dingin dengan latar salju menghampar. Membuat Hanania bersorak iri. Gadis itu ingin sekali menyaksikan langsung salju turun di permukaan bumi.
Musim yang tidak ada di Indonesia. Ada juga beberapa foto saat ia bersama teman-teman sekelasnya.
[You look so different, the handsome one.] Komentar Hanania pada gambar itu.
[Ya, like you. Still and only special ini my heart, always,] balas Musab kemudian. Membuat pipi gadis itu bersemu merah
🍁🍁🍁
Satu semester berlalu. Musab kembali ke Indonesia tanpa memberitahu.
Sore yang cerah itu, Hanania berjalan menuju box lokernya. Angin menerpa lembut wajahnya yang putih berseri. Airin tengah sibuk mengambil barangnya juga yang tak jauh dari loker Hana.
Hanania mendadak terkesiap saat mendapati ada sebuah kotak makanan di dalam box loker miliknya. Ada sebuah tulisan juga tertempel di sana.
"Hai, Kepiting Rebus unik yang menggemaskan." 😚
Hanania melotot tak menduga. Ia tau pasti, siapa gerangan si pemberi pesan. Seketika wajah Hana berubah ceria. Ia mengedarkan pandangan kesana kemari, matanya liar mencari-cari.
Tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan wajah girang yang ditahan, gadis itu lembut menjawab panggilan.
“Berhenti menahan ekspresi begitu. Kau terlihat aneh kepiting rebus.”
Terdengar suara seseorang mengalun di telinga Hana. Ia hampir tidak bisa menahan tawa, saat menangkap pasti pemilik suara di seberang sana. Wajahnya semringah. Tapi bercampur kesal sebab penasaran.
“Dasar konyol! Aku biasa saja,” jawab Hana pura-pura. Memancing Musab keluar dari persembunyiannya.
“Kau mencariku, kan?” Musab menggoda. Ia tak kalah semringah dengan tawa yang kentara.
“Tidak!” Hanania berbohong.
“Lalu untuk apa kau sibuk clingak clinguk ke sana ke mari begitu?” Musab tertawa renyah.
“Dasar ulat berudu! Nyebelin! Kau di mana?” Hanania menampakkan rasa penasarannya. “Tak adil!” ungkapnya lagi, kesal.
Terdengar suara Musab semakin renyah tertawa.
“Kau sudah kembali? Mengapa tidak berkabar?” tanya Hana dengan senyum yang mengembang.
“Kenapa? Kau rindu, ya?” goda Musab lagi. Matanya hangat penuh rindu memandang gadis itu lekat.
“Ck, berhenti menggodaku? Apa kau sudah kembali?” tanya Hana mulai tak sabar.
“Lihatlah ke depan gedung tempat kau berdiri sekarang.”
Pandangan Hana berpendar pada bangunan di seberang gedung tempat ia berdiri. Mendekat ke dinding kaca, sedikit mendongak, matanya liar berbinar.
Di depannya, gedung Fakultas yang sama, gadis itu melihat, dari lantai dua, ada Musab berdiri di balik jendela kaca sambil melambaikan tangan sekilas.
Sepersekian detik, wajah kedua insan itu merona bahagia. Mereka saling melempar pandang dan senyum, rindu.
“Maafkan aku. Biarlah begini, Han. Demi kebaikan. Aku tidak ingin mereka mengganggumu lagi," ujar Musab dari kejauhan. Namun suaranya jelas tertangkap di telinga Hana.
Airin ikut clingukan di samping Hana. Gadis itu senyum-senyum tak keruan sambil menyenggol lengan temannya itu. Hana salah tingkah.
“Ya, kau benar. Setidaknya aku tau kau sudah kembali,” sambung Hana kemudian.
Setelahnya mereka hanya sering saling melihat dari kejauhan. Berkirim pesan dan sesuatu lewat loker, sesekali saling menjawab telepon. Mereka menjaga jarak temu. Dan terus fokus pada studinya.
Musab tahu betul Hanania hobi memasak. Gadis itu punya ambisi membuka Kafe suatu saat. Musab suka membelikan Hana bermacam kuliner yang ia temui. Sebagai bahan tambahan referensi Hanania tentang kuliner di Nusantara.
Saat menemukan kuliner baru yang dirasa Musab enak di lidah, sesekali Musab membawa Hana berkunjung ke tempat itu. Musab suka berwisata kuliner. Berkelana mencicipi berbagai macam masakan. Sementara Hana tak banyak makan, tapi suka mencoba memasak kuliner yang ia cicipi. Klop sekali.
Musab sering menjadi penyantap masakan Hana. Ia akan makan dengan bahagia, memuji bagaimana Hana bisa memasak dengan rasa yang nyaris hampir sama dengan mata membulat dan bersemangat. Bangga. Menimbulkan rasa percaya diri Hana untuk terus mencoba.
“Harusnya dulu kau masuk jurusan tata boga,” ujar Musab suatu waktu.
“Ya, tapi aku juga ingin speak englishku bagus. Supaya aku tidak terlihat bodoh saat ada turis yang datang ke kafeku suatu saat.” Hana tertawa. Sebuah retorika klasik yang keluar dari mulutnya begitu saja. Sejujurnya ia suka memasak semenjak kuliah. Dulu hanya sekedar saja.
Entah mengapa bertemu dengan Musab membuat minat itu menjadi kian terasah. Kadang segala sesuatu memang ada masanya. Bagai anak kecil yang belajar membaca. Tidak bisa dipaksa. Sebab menjadi pintar itu ada masanya. Saat anak itu benar-benar matang dan siap.
“Sambal ini enak. Menggugah selera. Cobalah," kata Hana sambil menyodorkan sepiring kecil sambal yang jadi pelengkap ayam penyet kalasan.
Wajah Musab meringis, hidungnya mengkerut.
“Emh!! Bau! Ini sambal terasi, kan?” Mata Musab melotot tak suka.
Dari awal dia sudah ragu. Sambal ayamnya bau. Ayam penyet mulai booming waktu itu.
Hana yang penasaran bersama Airin, Zahra dan Andra mengajak Musab bertandang. Waktu itu ia baru memenangkan lomba karya ilmiah di Kampus. Mendapatkan hadiah uang tunai yang lumayan besar untuk setaraf anak kosan. Mereka makan-makan sebagai syukuran.
Lalu bertemu di akhir pekan. Waktu yang sedikit aman agar tak di temui mahasiswi teman-teman satu Fakultas yang mengenal mereka. Hana tertawa melihat ekspresi wajah laki-laki itu.
“Bukan!” bantah Hanania.
“Lalu?”
“Ini belacan!” ujar Hana tanpa dosa.
Musab memutar bola matanya. “Sama saja!”
Hana tertawa terbahak setelahnya. Lalu tanpa peduli menyuap sesuap nasi dengan sedikit sambal terasi. Nikmat sekali. Matanya memandang Musab seakan mengejek sesekali. Airin, Zahra dan Andra tak kalah terkekeh geli.
Tahun berikutnya, Hana mendapat beasiswa juga. Musab ikut bahagia sekali. Selama satu semester setelahnya, ia berada di luar negeri.
Mereka berkabar lewat e-mail. Sesekali melakukan video call lewat aplikasi Messenger. Tapi seringnya tidak berjalan mulus. Waktu yang tidak bertemu atau sinyal yang tidak menentu.
Sesekali Hana mengirim fotonya sedang menghambur salju di antara hutan pinus yang memutih. Gambar itu yang dicetak Musab dan ia bingkai indah.
Sekembalinya Hana ke Indonesia, Musab fokus pada sidang dan segera wisuda. Melanjutkan tugas menjadi Asisten Dosen dan bekerja di Kafe menjadi rutinitas sampingan.
Malam itu Hana bersama Airin dan Zahra duduk bersama di Kafe tempat Musab bekerja.
Selesai isya, tiba-tiba lelaki bermata elang itu naik ke panggung musik dan menyanyikan sebuah lagu Bollywood berjudul “Muskurane”. Merdu, laki-laki itu mengucap lirik dengan artikulasi yang hampir sempurna. Sepertinya ia gigih belajar dan berlatih.
Hana yang tidak menduga menahan tawa sekaligus terkesima dengan penampilan laki-laki yang bertahta dalam hatinya itu. Hana nyaris hafal arti dari tiap liriknya. Gadis itu tersipu, mengapa Musab memilih lagu itu?
Tak cukup sampai di situ. Dilanjut dengan Musab berbicara lewat pembesar suara.
“Lagu ini buat seorang wanita berkerudung pink muda yang duduk di sana,” katanya sambil menunjuk ke arah Hana.
Seketika wajah Hana memerah menahan debar yang entah. Lalu lelaki itu merdu menyanyikan sebuah lagu berjudul “Janji Suci” dari Yopie & Nuno.
Saat lagu itu ia nyanyikan, beberapa teman Musab bekerja tiba-tiba berdiri tak jauh darinya. Memegang tulisan yang lumayan besar:
"Hanania, Izinkan aku melamarmu pada orang tuamu."
Terkesiap, seketika kelopak mata Hana melebar tak menduga. Seisi Kafe bergemuruh memberi dukungan. Airin dan Zahra tak kalah bahagia.
Hanania mendadak jadi pusat perhatian seisi Kafe malam itu. Musab memang berkata akan melamar dirinya. Tapi kejadian malam ini, di luar dari sepengetahuan Hana. Gadis itu menutup wajah dengan kedua tangannya sambil menahan tawa haru. Ada bening jernih yang berdesakan keluar dari kelenjar lakrimal mata gadis itu.
Musab menatap lekat Hanania, menanti jawaban tanpa melepas senyum hangat dari wajahnya. Matanya berbinar penuh harap. Seisi Kafe tiba-tiba senyap. Rupanya mereka juga menunggu Hana angkat suara. Dengan mata berkaca-kaca, lembut gadis itu bicara.
“Aku mengizinkanmu menemui orang tuaku.”
Singkat. Namun berhasil menciptakan riuh meriah seisi Kafe malam itu. Tepuk tangan dan sorak selamat bersahutan menyambut. Musab yang berdiri di atas panggung seketika melompat bahagia. Seakan baru mendapatkan piala kemenangannya.
🍁🍁🍁
“Begitulah, hingga akhirnya aku harus menelan pahit kecewa sebuah penolakan dari orang tua Hana,” kata Musab mengakhiri cerita.
“Memangnya apa alasan orang tua kak Hana menolak? Apa karena pekerjaan kakak yang belum mapan?” sambung Farah penasaran.
“Entahlah, Rah. Sampai detik ini aku belum tau pasti kenapa. Tapi hari saat kami datang melamar, orang tua Hana sempat seperti sedikit terkesiap. Dan sempat saling pandang dengan ibu Hana. Seperti ada sesuatu. Tapi, entah apa,” ucap Musab menerawang penuh tanya.
Farah menghela nafas panjang. Ia penasaran mengapa kakaknya yang nyaris banyak dikejar wanita itu malah ditolak saat masa depannya bersama wanita pilihannya sedang ia tata sedemikian rupa.
Tapi kini ia paham, kenapa Hanania berbeda dari wanita lainnya di mata Musab. Hingga kakaknya itu masih menyimpan harap meski Hanania bukan gadis yang dulu saat ia datang melamar.
🍁🍁🍁
To be continued
____________
Alhamdulillah. Apa kabar readers semua 😍
Lama gak update 😅😁
Nyelesain naskah. 😆
Maafkan ya...
Alhamdulillah sudah ke spoiler. 😉 Do'akan ya... Segera usai penantian. Hehe
Di sini akan diposting, tapi yang jelas lebih lengkapnya akan tumpah di novel. 😉
Ada banyak adegan yang gak ada di sini dan hanya ada di novel. 😉
Eh kemarin akuh nemu lagu, yang bikin baper dan cocok banget ama cerita #HANANIA ini 😁
Ih jadi pengen share. Entar agak-agak deket ke tamat. Akuh share deh ya... 😉
Oh iya, jangan lupa votenya ya... 😉😚
Okeh semua. Terima kasih sudah membaca. Love you cause Allah 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top