BAB 1 : Congrats! You Are Surprising Me!
Bismillah...
Sebelum membaca boleh dunk mampiri jempol dulu di vote dan follow, Guys 😘😘😘
Danke!
🍁🍁🍁
Prang!!
Suara piring-piring pecah berhamburan. Disambung barang-barang di sekitarnya ikut terjun berserakan. Barang-barang yang di bawa Hana juga ikut tercecer. Hana menjerit dan menutup telinganya spontan. Ia ketakutan. Lantas laki-laki itu malah datang mendekat dan menarik tubuhnya kasar.
"Aku bilang jangan pulang terlambat! Jangan berlama-lama diluar!" Bentak laki-laki bertubuh tegap itu. Lalu menghempaskan tubuh gemetar Hana ke lantai. Hana meringkuk. Kepalanya terbentur ke lantai. Airmatanya mengalir tak terbendung. Ia merasakan perih di kaki dan wajah. Pecahan kaca dari piring-piring yang berserakan melukainya.
Laki-laki itu berlutut dengan satu kaki, memegang wajah Hana dan menekan rahangnya kuat. Mengarahkan wajah sendu itu ke wajahnya.
"Bagaimana, apa kau senang? Hhmmp? Ini hukuman jika kau tak menurut pada Suami."
"Hei, apa kau menangis, sayang? Ssh ssh ssh ... jangan menangis ... aku mencintaimu. Karena itu aku tak ingin kau berlama-lama diluar sana. Aku tak mau kehilanganmu," ucapnya sambil mengecup wajah Hana bertubi-tubi. Lalu menenggelamkan kepala istrinya ke dalam dadanya.
Hana memberontak. Tapi dekapan itu malah semakin kuat. Ada seringai kemenangan di wajah laki-laki itu. Hana semakin menangis. Laki-laki itu hanya diam.
Hana mencoba berhenti terisak. Tak lama dekapan itu terlepas. Laki-laki itu berbisik "Jangan ulangi lagi, sayang," ucapnya sambil mengecup telinga Hana lembut. Meraih jaketnya, berlalu pergi menghilang di balik pintu.
Rasa dingin menyusup hingga ke tulang-tulang. Airmatanya masih mengalir. Gelap. Hanya sedikit cahaya temaram yang bisa ia lihat.
Di sudut ruang Kaysan duduk berjongkok sambil menangis. Menyaksikan apa yang terjadi pada ibunya. Ia ikut gemetar. Ketakutan tak terkira. Tapi ia tak faham harus berbuat apa. Laki-laki tegap itu Ayah-nya. Kaysan kecil belum punya keberanian besar membela sang ibu. Ia hanya menangis tak henti.
Tiba-tiba, dalam cahaya yang sangat redup, Hana melihat seseorang datang dan merangkul Kaysan. Menggendongnya dengan sigap. Lalu berlari ke arah Hana yang berusaha bangkit.
Saat tubuhnya berusaha bangun, tangan itu sudah merangkulnya.
Hana merasakan ada tepukan di lengannya.
"Mbak, Mbak Hana, bangun Mbak, sudah pukul 03.00 pagi. Katanya mau tahajjud. Bangun eh Mbak ...," nyaring suara itu menggema di telinga Hana.
Hana membuka mata. Dan mendapati Nay ada di hadapannya.
"Nay? Kamu?" Hanania bingung.
"Iya Mbak, ini aku. Emang Mbak kira siapa toh? Apa ada yang aneh dengan wajahku?" ucap Nay menyelidik.
Hana berusaha mengembalikan seluruh kesadarannya. Membuka selimut dan duduk di tepian ranjang. Matanya mengerjap-ngerjap. Melihat Nay kembali.
"Nay ... ini bener kamu 'kan?" ucapnya sambil mendekatkan wajahnya pada Nay.
"Ish, Mbak Hana, jangan nakutin, ah. Ini masih malam, lho, Mbak. Iya, ini aku. Nay!" jawab Nay dengan mulut yang mengerucut.
Hana terkekeh melihat expresi Nay.
"Kenapa Mbak? Ada apa di wajahku? jangan bilang wajahku serem, ya. Aku baru maskeran, lho, tadi malam sebelum tidur. Mosok habis maskeran wajahku langsung berubah?"
"Ow, ow, ow, apa wajahku sudah berubah jadi wajah Ustazah Oky? Waaaaaah ... Maasyaa Allah secepat ini ... padahal aku cuma pake masker lidah buaya lho, Mbak, ngambil di pot bunga tanaman." celoteh Nay dengan mata berbinar.
Hana makin terkekeh. "Ngayalmu ketinggian Sista, bangon! bangon! bangon!" ucap Hana masih terkekeh dan berlari ke kamar mandi.
Seolah mengatakan juga pada dirinya.
'Ah, syukurlah itu hanya mimpi,' gumamnya dalam hati.
Nay yang masih berbinar berjalan ke cermin. Melihat pantulan dirinya dengan bibir mengerucut. "Gak ada yang aneh 'kok. Ish Mbak Hana, abis mimpi buruk, nih, 'kali!"
🍁🍁🍁
Hari ini sebuah Event dimulai. Hana and Tim akan berangkat ke Hotel tempat acara diselenggarakan. Semua perlengkapan dan kebutuhan sudah disiapkan.
Event Wirausahawan Muda menjadi Tema yang akan mereka ikuti hari ini. Hana adalah seorang guru honorer di sebuah sekolah, dan juga menggeluti bisnis kecil-kecilan, didukung oleh Apak, Ummi, Roby dan bantuan Nay.
Nay bagi Hana seperti kakak, kadang sahabat, kadang asisten, kadang sekertaris, kadang seperti malaikat, kadang malah menjadi teman Kaysan saat Hana mengajar. Yang jelas Hana sangat menyayanginya.
Nay, adalah seseorang yang di temukan Apak saat terjadi gempa Tsunami Aceh. Seluruh keluarganya hilang. Hanya Nay di antara keluarganya yang selamat.
Hana mengecek ulang barang-barang yang sudah ada di bagasi mobil. "Oke, kayaknya semua udah lengkap."
"Kami juga udah lengkap, Mbak," sahut Fitri.
Hana melihat ke arah Fitri, di samping Fitri sudah ada, Desy, Sinta, Laudia dan Zaky.
"Wow, kelihatannya kau membelah diri Fit?" Hana terkekeh.
"Hahaha, Nay memintaku mencari teman yang bisa ikut, buat suporter pas Mbak Hana persentase di depan Juri. Makin ramai makin bagus. Kayak kasi 'yel-yel' gitu, ya gak, Guys?" jawab Fitri sambil berkedip pada teman-teman di sebelahnya.
"Iya Mbak, nanti suara kita yang paling kenceng. Tuh Desy juga udah sedia 'rumbai-rumbai'," sambut Sinta.
"Ih, Sinta ngaco' banget, disangka Mbak Hana mau tanding Basket, gitu. sayangnya cuma diminta beberapa orang, Mbak. Kalau nggak masih banyak lagi pecahan botolnya ini. Hahaha." Desy tertawa renyah.
"Hahaha, kedengarannya nice banget. Iya, sayang mobilnya cuma muat buat beberapa orang aja. Kalau nggak, bisa kita bawa orang sekampung, ya." Hana terkekeh. "Makasi banget kalian mau ikut ya ..."
"Mbak, emang hadiahnya apaan sih Mba?" tanya Zaky.
"Juara pertama dapet Honda Vario Zak," jawab Hana dengan alis yang di angkat naik turun. Zaky menyambut dengan wajah yang berbinar.
"Oke! Berangkat yuk! Entar telat."
"Kays, nanti baik budi aja di sana, ya, Nak," ucap Hana pada anak semata wayangnya.
Kaysan mengangguk dengan senyum mengembang. Baginya ini adalah moment jalan-jalan.
Mereka berangkat setelah berpamitan pada Apak dan Ummi. Meminta doa restu agar selamat sampai tujuan.
"Kali aja pulang bawa Vario baru!" seru Roby dengan tawa mengembang sebelum masuk ke kursi kemudi. Apak dan Ummi terkekeh dan mengaamiinkan.
🍁🍁🍁
Sampai di Hotel. Acara sudah akan dimulai. Mereka mendapat tempat duduk sedikit ke depan. Roby pergi keluar meninggalkan Hana dan Tim. Ada sedikit urusan katanya.
Ruang Aula ramai. Tentu saja. Event ini se-provinsi. Yang ikut datang dari berbagai daerah.
"Wow, zaman now usahawan muda makin banyak, ya, Guys." Zaky berujar dengan logat Medannya. Disambut kekehan kecil dari teman-temannya.
Acara berlangsung dengan penuh semangat menggelora. Satu per satu peserta maju, untuk mengenalkan usaha, bisnis, yang sedang ia perlombakan dalam Event ini.
Gempita para suporter dari masing-masing peserta mengiringi saat jagoannya persentase di depan panggung.
Hanania, sedikit gugup dan berdebar menunggu gilirannya. Hal yang lumrah dan biasa.
"Wow, Guys. Agaknya acara hari ini nambah wawasan banget, yach, selain bikin perut makin laper." Zaky Mengelus-elus perutnya.
"Wuuu, memangnya masih belum kenyang juga? tuh makanan di depan mata udah ludes begitu." Desy mendengus.
"Gimana nggak laper coba? Cak lah kau tengok, pesertanya ngenalin makanannya enak-enak semua." Zaky nyerocos masih dengan logat Medannya.
"Ho'oh, ada Mie Terbang, Kelinci Panggang, Bebek Reman, Mie Ramen, Bak Mie, Kepiting Garang, Pizza Rakyat, Ayam apalagi tuh tadi tuh, ada ... Bakso Kejebak Mantan pula. Hahaha bikin ngiler semua," sambut Sinta.
"Tenang ... Entar pulang dari sini aku traktir kalian deh." Hanania tersenyum.
"Yeeeeaaaayy." Tim itu bersorak bahagia.
Tiba giliran Hana. Dengan percaya diri Hanania maju ke pentas. Beberapa dari Tim bersiap dan mengekor di belakang. Hana mengucap Salam, menyapa para Juri dan Audiens.
"Baik, kami akan mengenalkan usaha yang sedang kami geluti. Satu dari menu andalan kami 'Burger Mie Keriting Belepot'."
Disambut tepuk tangan para geng di tempat duduk. Tangan Hana mempersilahkan Nay dan Fitri maju.
Mereka maju meletakkan beberapa sample dimeja Juri, beberapa di sajikan dimeja Audiens pemberi nilai. Pihak Juri dan Audiens mencicipi sajian BuMie.
Saat para Juri dan Audiens sedang mencicipi BuMie yang di persentasekan Hana, mata Hana menangkap sosok seseorang di antara para Audiens, sedang berdiri dan mencari tempat duduk. Namun tiba-tiba seseorang itu juga mematung, melihat ke arahnya.
Seseorang itu amat begitu di kenalnya. Seseorang yang dulu amat ia tunggu kedatangannya, seseorang yang pernah menuliskan sejarah dan memori indah dalam Diary hidup Hana. Begitu ia damba dan kasihi. Namanya bahkan dulu selalu di sebutnya dalam Do'a-do'anya.
Sepersekian detik, Hanania terpaku. Mulutnya bungkam, suara riuh di sekeliling tiba-tiba menghilang. Tubuhnya serasa ringan. Waktu seolah berhenti berjalan. Senyap. Tak ada suara apapun. Hanya pandangannya terkunci pada satu titik.
Dada Hana bergemuruh, matanya memanas, air matanya hampir menetes. Ada sesuatu di dalam hatinya yang bergejolak hebat. Fokusnya pecah.
Tiba-tiba Hana tersadar, saat Nay menepuk pundaknya. Ternyata Dewan Juri sedang mengajukan pertanyaan padanya. Hana tersentak.
"E, e, ya, Pak, Kenapa?"
"Apa pasta yang ada di sini buatan tangan anda sendiri?"
"I-iya, Pak."
"Ah, tampaknya anda sedikit ragu. Jawab saja ini masakan siapa?"
"Mmm, untuk sampel hari ini kebetulan Tim saya yang memasak, Pak. Namun untuk Pasta tetap olahan tangan saya. Pasta bisa kita stok, dan hanya tinggal tuang di atas BuMie saat akan disajikan," jawab Hana sedikit tercekat.
"Ah, kamu kenapa? Apa kamu kurang sehat?" tanya salah satu Juri.
"Oh, tidak, Pak." Hana gugup.
"Hei, agaknya Juri di sebelah saya ini menyukai Pasta buatanmu, Nona Hanania," kelakar salah satu Juri sambil menepuk pundak seorang Juri lelaki di sebelahnya. Perawakannya bersih, wajahnya oval, maskulin dan tampan. Yang di sebut hanya tersenyum manis dan memandang ke arah Hana.
Hana sedikit membungkuk. "Terima Kasih," ucapnya santun.
"Yeeaaayy." Suara tepuk tangan tim Hana mendominasi.
"BuMie! BuMie! BuMie! Kasi memang Pak Juri ganteng ..., " teriak Zaky dari meja duduk.
Tim yang lain menimpali dengan tertawa. Dari tadi mereka tak henti bersorak riuh ricuh. Tapi Hana sepertinya tak menyadari.
Hana melirik ke arah sosok yang Ia lihat tadi. Lalu membuang pandangan. Ia menyadari seseorang itu sedang melihat ke arahnya.
Hana memejamkan mata. Gemuruh di hatinya berbisik.
'Ah, rasa macam apa ini, sekian lama kau pergi dan tak berkabar, tiba-tiba hadir tanpa basa-basi. Tulang-tulangku seakan diloloskan. Napasku tersendat, jantungku berdebar kuat, dadaku bergejolak, duniaku berhenti. Aku harus bahagia atau bersedih? Kondisi sudah berbeda. Tapi nyatanya hadirmu masih mampu mendominasi hatiku!
Ah! You are suprising me man! Congrats!
Musab Baihaqi ...!'
.
.
.
.
.
.
To be continued
----------------------------------------
Terima Kasih buat sahabat yang sudah membaca, mohon Krisan membangunnya, yach 😘 karena saya minim ilmu, dan masih terbata dalam literasi.
Salam Sayang 💕 semua.. 🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top