PART : 3
Langit tengah membeliak gagah dengan cahaya yang menyilaukan mata di atas bumi Meulaya. Di antara puing-puing reruntuhan bangunan, Dhuha Yu sibuk menyisiri area pasca gempa bersama rekan prajurit lainnya. Setelah kembali dari tugas rahasia dari Letkol Adi, ia bersama Tim Delta dan kontingen A76 ditugaskan untuk turun ke lapangan membantu korban gempa tsunami di Meulaya. Ia dan tim sedang sibuk mengeluarkan korban yang tertimpa puing bangunan saat ada angin yang tiba-tiba berhembus samar di telinganya.
Merasakan itu, seketika matanya terpaku ketika batinnya menghidu aroma tak biasa tapi seperti bisa ia eja derap demi derapnya. Dhuha mencoba memalingkan muka ke kanan, perlahan ke kiri untuk mencari jawaban insting naluriahnya. Tidak menemukan yang ia pasti, Dhuha kembali terpaku, matanya mengerjap tajam, kembali fokusnya memantau tim mengangkat reruntuhan bangunan.
Beberapa menit kemudian, hal yang sama pada dirinya terjadi kembali. Saat bersamaan, tiba-tiba dua orang dari tim mereka tengah sigap berlari membawa tandu ke arah barat.
Dhuha yang bertanggung jawab memantau operasi di sini merasa ada yang menarik langkahnya untuk ikut. Pelan tapi pasti ia ikut menuju ke mana arah dua timnya tadi hingga menemukan seorang wanita bersama anak kecil dan korban gempa tak berdaya.
Tiba-tiba, bagai ada udara lembut yang berembus di depan mukanya bersama desir hati yang merindu. Ia mengenali wanita dengan rompi hijau tua yang sedang menuntun seorang gadis kecil menuju posko pengobatan. Hatinya haru melantunkan sebuah nama; dr. Yasmin Rezvan?
Kemarin, ia tahu dari Letkol Bramantyo saat melapor di Markas Komando pusat Meulaya, ada bantuan relawan dari rumah sakit datang.
Namun Dhuha tidak menyangka kalau itu adalah tim relawan medis dari rumah sakit Simeulue. Langkah kakinya terhenti tepat di dekat posko. Saat sampai di sana, Yasmin tengah sibuk dengan anak kecil itu. Berjeda beberapa menit saja ia sibuk memompa pasiennya dengan totalitas sekuat tenaga.
Dhuha sempat bergetar saat bisa merasakan duka yang dirasakan Yasmin. Gadis itu kini sedang luruh ke tanah bersama wajah yang bersimbah air mata. Dhuha Yu terpaku, ia baru saja mengetahui sesuatu yang sebenarnya masih ia duga. Entah kenapa, ia ingin datang mendekat dan menghibur Yasmin. Namun meski Yasmin membutuhkannya, ini bukan waktu yang tepat bagi Dhuha. Ia memilih bergeming menatap Yasmin dari belakang dengan mata sendu turut berduka.
“Agen Jhon, reruntuhan berhasil di atasi. Ganti!” Suara dari handy talkie Dhuha. Segera ia meraih dan menjawab akan segera ke sana.
Sebelum melangkah pergi, Dhuha memalingkan muka, kembali menatap Yasmin yang masih bersimbah duka. Matanya seakan mengirim sebuah pesan untuk Yasmin dari hatinya, meskipun ia tahu Yasmin tidak akan menangkap pesan itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top