3. Penolakan
Esok paginya, Arsen mengikuti kelas seperti biasa. Penyusupan mereka semalam rupanya berjalan mulus, tanpa disadari oleh siapa pun termasuk Profesor Fabron. Meski begitu, cepat atau lambat sang profesor mungkin akan segera menyadari hilangnya Drop of Aquamarine, tetesan permata Abbysmal Lagoon, dari brankasnya. Arsen harus segera bertindak.
Pemuda itu tengah memikirkan langkah selanjutnya untuk menunaikan rencana ketika dari kejauhan, ia melihat tiga siswa dari asrama Pallas berjalan mendekat. Mantel bulu gelap mereka sangat kontras dengan pakaian para blacksmith yang biasanya mengenakan jaket berwarna metalik. Sejenak, Arsen pun mundur dari kerumunan anak-anak sekelasnya yang tengah memperhatikan demonstrasi penempaan logam langit oleh Profesor Fabron di halaman depan bengkel.
Arsen menyenggol Klarios dan Diana yang memang sedari tadi berada di barisan belakang. "Tuan Putri Klan Spade datang dengan dua pengawalnya," ujar Arsen sembari mengedik ke arah Leia Spade dan dua animagi penjaganya yang berjalan mendekat.
"Mau kemana mereka pagi-pagi begini? Anak-anak Pallas biasanya latihan di gunung," komentar Klarios turut memperhatikan arah yang ditunjuk temannya.
"Apa peduliku," gumam Arsen dengan seringai di wajahnya. Kedua matanya yang berwarna abu-abu berkilat senang karena hendak memulai pertengkaran. Bagaimana mungkin dia bisa melewatkan kesempatan untuk mengejek Leia dan anak-anak asrama Pallas lainnya? Mereka sudah lebih dulu mencari masalah dengan Arsen sejak tingkat dua. Sampai sekarang Arsen tetap tidak bisa memaafkan mereka.
"Mau pergi menangkap serangga, Leia Spade? Sedikit saran, pedang itu tidak akan berguna untuk menangkap hewan kecil. Sebaiknya kau menggunakan jaring serangga untuk menangkap capung," ejek Arsen diiringi tawa dari Klarios dan Diana
Leia tampak tidak terpengaruh ucapan tersebut. Ia hanya mengabaikan Arsen seolah pemuda itu makhluk transparan yang tidak terlihat. Akan tetapi salah satu teman animaginya, Luca Wulfgar, pemuda yang berambut putih langsung meledak marah. Arsen semakin senang dengan keributan itu. Dia dengar, Leia dan dua animagi itu baru selesai menjalani detensi. Ia berharap keributan pagi ini juga bisa membuat anak-anak Pallas itu terkena hukuman lagi.
"Jangan bicara sembarangan, dasar brengsek," geram Luca sembari berusaha mendekat ke arah Arsen dengan penuh emosi.
"Hentikan, Luca," cegah Leia buru-buru.
"Lihat kaum barbar ini. Hanya tahu menggerakkan otot mereka, tapi tidak bisa memakai otaknya dengan benar," sambung Arsen semakin memprovokasi Luca.
Hal lain yang dia benci dari Luca Wulfgar adalah warna rambutnya yang mirip dengan warna rambut Arsen. Keduanya sama-sama memiliki rambut putih abu-abu. Bedanya, rambut Arsen memiliki sedikit kilau keperakan karena dia berasal dari klan Diamond. Rambut dan mata perak adalah ciri khas klan tersebut.
Leia memutuskan untuk menyeret Luca pergi sebelum sempat membuat keributan. Arsen sedikit kecewa karena rencananya untuk membuat anak-anak Pallas terkena detensi terancam gagal.
"Yah, satu-satunya yang bisa kalian banggakan kan memang cuma otak sebesar biji kenari itu. Selebihnya kalian tidak punya apa-apa. Penampilan minus, apa lagi kekuatan." Tiba-tiba Cyros Wyzer, pemuda lain yang juga berjalan bersama Leia, menimpali dengan komentar pedas.
Wajah Arsen memerah karena amarah. Dari semua anak Pallas, yang paling dia benci adalah Cyros. Pemuda animagi itulah yang telah menipu Arsen saat tingkat dua, membuatnya terkena detensi memalukan gara-gara terlibat transaksi ilegal senjata berbahaya.
"Apa kau bilang!" seru Arsen marah. "Jangan berani-berani menghina penampilan kami. Kalian saja yang ketinggalan zaman," gertaknya penuh emosi.
Akan tetapi, rombongan anak Pallas itu sudah berlalu pergi tanpa membalas seruan Arsen sama sekali. Alih-alih, suaranya yang bernada tinggi justru memancing perhatian Profesor Fabron.
"Arsen Diamond! Kenapa kau berteriak-teriak sendiri di belakang sana? Kau tidak memperhatikan kelas?" tegur sang profesor.
"Sial," desis Arsen kesal.
"Kau dalam masalah, Arsen," bisik Diana di sampingnya.
Dan benar saja. Gara-gara keributan pagi itu, akhirnya Arsen jadi harus menerima detensi ringan menambang mineral di Misty Forest – hutan berkabut. Diiringi sumpah serapah, pemuda itu menenteng perlengkapan alat berat untuk menambang: sebuah kapak bermata dua, palu raksasa sepanjang dua meter dan gerobak besi usang yang sudah tidak layak pakai. Seluruh peralatan tersebut adalah milik akademi, dan memang hanya digunakan untuk sarana pemberian hukuman bagi para murid.
Hari sudah sore ketika Arsen akhirnya sampai di hutan berkabut. Klarios dan Diana kabur tanpa mau membantu meringankan detensi Arsen. Padahal ia harus mengumpulkan seratus Wooden Ore yang biasanya terdapat di akar-akar pohon tua.
"Dua pengkhianat itu," gumam Arsen gusar saat memikirkan dua temannya yang tadi pagi ikut tertawa saat ia mengejek anak-anak asrama Pallas.
Meski begitu, tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain segera menyelesaikan detensi. Arsen pun mulai menggunakan kampaknya untuk memanen bijih-bijih pohon yang berbentuk bola cokelat berkilau seukuran telapak tangan. Benda itu menyimpan energi sihir untuk membuat senjata berelemen kayu.
Akan tetapi, bukan Arsen namanya kalau tidak memanfaatkan situasi. Pemuda itu tentu saja tidak sepenuhnya merasa dirugikan. Alih-alih, dia justru bisa mengambil keuntungan dari keadaan tersebut. Arsen memang berniat untuk menemui salah satu kenalannya dari asrama Agrine yang tinggal di balik lebatnya hutan berkabut. Pemuda itu berniat menemui anak itu diam-diam saat malam nanti dan membicarakan tentang Drop of Aquamarine. Namun, berkat detensi itu, Arsen tidak perlu lagi menyelinap saat tengah malam, dan bisa menjadikan keberadaannya sebagai alasan untuk mencari kenalannya itu dengan lebih bebas.
Dua puluh menit lamanya Arsen fokus melakukan pekerjaannya. Orang lain mungkin membutuhkan waktu dua kali lebih lama, tetapi Arsen adalah jenius di bidang tersebut, sehingga bisa menyelesaikannya dengan cepat. Dengan sisa waktu yang dia miliki, Arsen buru-buru menyusup masuk ke tengah lebatnya Misty Forest untuk mencari penyihir kenalannya.
Anak-anak asrama Agrine biasanya berlatih dalam kelompok-kelompok kecil. Mereka menyebar di tengah hutan berkabut yang menyesatkan. Namun, Arsen punya satu lokasi yang biasa dia gunakan sebagai titik pertemuan rahasia. Perpustakaan penyihir.
Bangunan itu berada di tengah Misty Forest dan hanya bisa didatangi oleh orang yang memiliki token akses khusus. Area tersebut dilindungi oleh penghalang magis sehingga orang lain selain anak asrama Agrine tidak bisa menemukannya. Namun, Arsen memiliki token akses yang dia dapat dari kenalannya. Tanpa membuang waktu, ia pun mengambil jubah yang dia sembunyikan dalam gerobak, lantas segera memasuki perpustakaan yang berdiri megah dengan bangunan tinggi mirip pohon raksasa.
Arsen berpapasan dengan beberapa penyihir lain di dalam perpustakaan tersebut. Untungnya seluruh tubuh dan wajahnya tertutup jubah hitam panjang yang bertudung lebar. Pakaian tersebut adalah seragam para penyihir. Arsen lantas melesat menuju koridor lantai lima perpustakaan, tempat kenalan Arsen biasa ditemui.
"Edmund Club," kata Arsen menghampiri salah seorang pemuda berjubah yang berdiri di depan rak buku sihir setinggi sepuluh meter.
Pemuda berambut biru gelap itu pun menjawab tanpa menoleh. "Ada apa?" tanyanya ringkas.
Arsen berdiri menyejajarinya dan berpura-pura ikut mencari buku. Namun, salah satu tangannya menyodorkan ampul kecil yang berpendar kebiruan. Drop of Aquamarine.
"Aku butuh material langka lagi. Benda ini sepertinya petunjuk untuk mendapatkannya. Abbysal Lagoon, itu nama tempatnya. Aku butuh Ripped Heart of Ocean Lake," ujar Arsen menjelaskan.
Edmund tampak memperhatikan ampul yang ditunjukkan oleh Arsen lantas menarik napas panjang. "Abbysal Lagoon ada di wilayah klanmu. Tempat itu juga terlalu berbahaya untuk dijelajahi. Aku tidak bisa sembarangan mengirim murid biasa ke sana. Bahkan penyihir level tinggi saja belum tentu bisa kembali dengan selamat," jawab pemuda itu sembari menarik salah satu buku bersampul hijau tua.
"Aku akan membayar mahal untuk ini," bujuk Arsen terus mendesak.
Edmund menggeleng. Ia membuka buku di tangannya sambil tetap menolak permintaan Arsen.
"Ayolah. Aku benar-benar membutuhkan bahan ini. Aku akan memberimu fasilitas pembuatan senjata gratis selama satu tahun setelah itu. Bagaimana? Tentu saja aku juga tetap membayarmu dengan harga tinggi."
Edmund akhirnya menoleh ke arah Arsen. Matanya yang berwarna biru terang menatap Arsen dengan tajam dan mengintimidasi. "Sudah kubilang aku tidak bisa melakukannya. Uang bukan segalanya untuk kami, Arsen Diamond," ujarnya tegas.
Arsen mengepalkan tangannya untuk menahan emosi. Ia tentu tidak ingin membuat keributan di perpustakaan asrama lain. Belum lagi hubungan simbiosis mutualismenya dengan Edmund bisa saja terputus kalau dia tetap memaksakan kehendak. Akhirnya pemuda itu pun mengalah. Ia menghela napas lantas kembali memasukkan ampul kecil berisi cairan permata laut.
"Baiklah. Biar kulakukan sendiri," gumamnya dengan mulut terkatup menahan kekesalan.
Edmund hanya menarik napas menanggapi. "Terlalu berbahaya. Bahkan kurasa Leia Spade saja belum tentu bisa kembali dengan utuh dari tempat itu," ujarnya berkomentar.
"Sudah kubilang jangan pernah menyebut nama orang itu di depanku," sahut Arsen bersiap pergi.
Edmund hanya tersenyum simpul. "Dia orang yang paling mungkin bisa mengalahkan monster penghuni Abbysal Lagoon."
"Aku tidak peduli." Arsen berdecih lantas beranjak pergi meninggalkan Edmund.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top