14. Latihan

Hari selanjutnya, Arsen dibawa ke ruang simulasi latihan untuk meningkatkan kemampuan tempurnya. Hector akhirnya setuju untuk membantu mereka, terutama setelah Arsen mempresentasikan rancangan blueprint M9A1, bazooka ether yang mampu menghasilkan serangan pamungkas dalam sekali tembak. Tentu saja Arsen mengaku bahwa rancangan senjata itu sudah disetujui oleh Profesor Fabron. Dan karenanya, Akademi mengirim mereka bertiga untuk mendapatkan bahan material terakhir di Abbysal Lagoon.

Arsen dilatih terpisah dari dua temannya. Diana dan Klarios diajak pergi berburu monster bersama Jeon, sementara Arsen berlatih dengan Loyd, sang animagi ikan marlin biru. Mereka menggunakan ruang simulasi yang berada di lantai atas kediaman Penjaga Kisi. Ruangan tersebut berdinding besi dan tidak memiliki perabot apa pun. Sepenuhnya kosong melompong.

Meski begitu, terdapat sebuah panel besar di dekat pintu masuk yang berfungsi sebagai pusat kendali simulasi. Loyd tampak berdiri di depan panel tersebut dan memencet beberapa tombol untuk membuat sebuah latar pertarungan. Arsen memperhatikannya dengan penuh antusias. Sudah lama ia tidak berlatih di tempat simulasi seperti itu. Akademi biasanya melakukan pertarungan langsung dengan monster-monster yang dibawa dari luar. Terakhir kali dia menggunakan ruang simulasi adalah ketika berada di rumahnya di Fall City.

"Oke, kita mulai dengan pertarungan lembah melawan Dirlagraun. Ini monster level menengah. Kau bisa mengatasinya?" tanya Loyd.

Arsen mengangguk. Dua pucuk pistol Breon sudah tergenggam sempurna di tangannya. Pemuda itu pun mulai berjalan ke tengah ruangan sambil menantik proyeksi simulasi selesai dibuat. Secara perlahan, ruangan kosong tersebut mulai diisi oleh hologram hamparan padang tandus seperti realita di luar sana.

Sesosok monster berwujud puma berbulu hitam mewujud dari proyeksi tersebut. Namun, itu bukanlah hewan biasa. Tubuhnya satu setengah kali lebih besar dari puma normal. Lalu ekornya bercabang dua, lengkap dengan tentakel dan dan mulut bergerigi yang mengeluarkan racun.

Monster itu terkenal lincah dan akan sulit menjadi target bidikan Arsen. Sayangnya, bukan hanya satu ekor yang muncul, melainkan enam ekor sekaligus. Semuanya menggeram menatap Arsen, siap untuk memangsa pemuda tersebut.

Loyd hanya berdiri di sisi ruangan, tidak berniat untuk ikut campur dalam pertarungan. Hari ini, Arsen harus menunjukkan kemampuan dasarnya dalam menggunakan senjata ethernya. Meski begitu, Arsen sama sekali tidak gentar. Alih-alih, ia justru menjadi sangat bersemangat untuk bisa memamerkan senjata hebatnya itu.

"Maju sini, monster jelek," ujar Arsen menyeringai.

Salah satu Dirlagraun terdekat, langsung menerkam Arsen begitu pemuda itu selesai bicara. Arsen dengan gesit menghindar ke samping sambil melakukan manuver tajam dengan tembakann ether dari kedua pistolnya. Sang Dirlagraun tertembak tepat di sisi tubuhnya. Sosok proyeksi tersebut lantas hilang melebur menyisakan pendar cahaya biru yang berbentuk seperti puzzle.

Akan tetapi, seperti tidak memberi kesempatan untuk beristirahat, tiga Dirlagraun lainnya turut melompat ke arah Arsen. Ia bisa menghindari salah satunya, tetapi dua di lainnya mengoyak kaki dan perut Arsen dengan gigi taring mereka yang tajam.

Simulasi langsung terhenti begitu saja ketika tubuh Arsen menyentuh proyeksi hologram Dirlagraun. Ruangan tersebut kembali kosong seperti sedia kala.

"Kau tidak bisa bertarung, rupanya," komentar Loyd dingin.

Arsen tengah jatuh tersungkur di lantai besi yang dingin. Padahal belum ada lima detik sejak dia menyombongkan diri.

"Sekali lagi," ujar Arsen tak patah semangat.

Loyd mendengkus. "Ini bukan main-main, Nak. Level Lochness jauh melampaui Dirlagraun-Dirlagraun ini. Dengan kemampuan seperti ini, apa kau sengaja ingin menjadi makan malam monster danau itu?" tanggap pria itu sarkastik.

Arsen bangkit berdiri. Kalau saja M19A bisa dibuat, bahkan monster sekelas Lochness itu bisa mati dalam satu tembakan. Arsen bisa meledakkan kepala monster itu bahkan tanpa perlu bergulat hebat seperti ini.

"Saya akan berlatih keras," ujar pemuda itu teguh.

Loyd memasang wajah meremehkan, tetapi tidak berkata apa-apa lagi. Ia hanya kembali berkutat dengan panel kendali dan mulai membuat ulang simulasi latihan.

***

Hampir satu minggu berlalu sejak Arsen berlatih bersama Loyd. Selama itu pula ia berusaha keras untuk menjadi lebih kuat. Dan tampaknya, latihan intensif itu memang cukup membuahkan hasil. Loyd tampaknya mengakui kegigihan Arsen. Dalam sehari, mereka bisa berlatih selama lebih dari sepuluh jam. Ratusan simulasi dilakukan secara berulang-ulang. Kini Arsen sudah mulai dihadapkan dengan monster level tinggi.

Klarios dan Diana juga tampaknya berlatih dengan keras. Setiap hari mereka berangkat sebelum matahari terbit, dan baru kembali setelah matahari terbenam. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka baru yang semakin hari semakin banyak. Meski begitu, keduanya tampak puas dengan peningkatan signifikan terhadap kemampuan masing-masing.

Akan tetapi, ada satu hal yang sebenarnya mengganjal di sudut hati Arsen. Sejauh ini belum ada kabar dari pihak Akademi. Entah kenapa hal itu mengganggunya. Sudah cukup lama ia menghilang dari asrama, tetapi kenapa Profesor Fabron tidak mencarinya? Arsen merasa begitu was-was, seolah ia dikejar oleh waktu. Semakin lama ia berada di kediaman Penjaga Kisi, semakin besar juga kemungkinan pihak Akademi menemukannya. Arsen harus segera pergi ke Abbysal Lagoon sebelum itu terjadi.

Ia berniat untuk membicarakan niatnya tersebut kepada Hector saat makan malam. Latihan pendek selama satu minggu memang sepertinya belum cukup maksimal. Namun, hasratnya untuk bisa segera menemukan material terakhirnya begitu besar. Sayangnya, belum sempat Arsen membuka pembicaraan tersebut, suatu hal buruk terjadi saat makan malam. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top