11. Kedatangan Animagi
Pintu besi yang disentuh telapak tangan Hector mendadak mengeluarkan sulur-sulur cahaya yang berpendar kebiruan. Sulur itu bergerak membentuk pola geometris yang rumit selama beberapa menit. Setelah itu, pintu besi setinggi dua meter itu pun bergeser terbuka.
Seorang butler muda berambut biru laut menyambut mereka. Pria itu mengenakan setelan hitam rapi dengan rambut pendek yang diatur klimis. Ia tersenyum sambil membungkuk sopan ke arah Hector, lantas membantu sang Penjaga Kisi untuk melepas jaket metaliknya.
"Anda terluka, Master," kata butler itu mengamati bekas darah yang merembes hingga mengenai pakaian dan jaket Hector.
"Sepertinya dua atau tiga tulang rusukku patah. Tapi anak-anak ini sudah memberikan pertolongan pertama dengan ramuan penyembuh. Siapkan saja air garam mandiku, Luminos," pinta Hector menanggapi.
Luminos, sang butler yang juga keturunan driad air, menatap ketiga anak muda yang datang bersama tuannya. Ia kemudian ikut membungkuk hormat lalu menjentikkan tangannya memanggil pelayan lain.
"Selamat datang di mansion Diamond, Tuan dan Nona Muda," ujar butler itu menyapa Arsen dan teman-temannya.
"Eh, iya. Terima kasih," jawab Arsen sambil lalu. Pemuda itu masih terkesima dengan disain bangunan yang dia datangi itu. Setelah dicermati lagi, gedung itu tidak semata-mata berbentuk kubus, melainkan wajik, persis seperti lambang klan mereka. Sebelumnya, Arsen juga bisa melihat atap bangunan itu diukir dengan lambang wajik merah terang yang merupakan identitas klan Diamond.
Tak berapa lama kemudian, dua orang pelayan wanita berseragam gelap muncul dari ruangan lain. "Layani tamu-tamu kita dengan baik," ujar Luminos pada dua pelayan wanita itu. Keduanya lantas mengangguk dan mulai mendatangi Arsen, Klarios dan Diana.
"Bersihkan diri kalian dulu. Setelah itu kita makan malam bersama sambil membicarakan tentang misi kalian," ujar Hector sembari melangkah meninggalkan anak-anak itu.
***
Arsen dan Klarios dipandu menuju sebuah ruangan kamar di lantai dua. Mereka dipersilakan mandi dengan air hangat diberikan ganti baju. Sepanjang penjelajahannya di dalam kediaman Penjaga Kisi, Arsen tak henti-hentinya merasa takjub. Setiap ruangan didesain dengan sistem canggih yang mempermudah kehidupan.
Seperti contohnya, Jacuzzi mewah yang secara otomatis bisa mengubah temperature air dengan energi elektromagnetik. Lalu ada tempat tidur pijat yang nyaman. Begitu banyak kemewahan dan kemudahan di rumah itu, yang menurut Arsen pribadi, cukup sepadan dengan resiko yang harus dihadapi sebagai seorang Penjaga Kisi.
"Kurasa aku bisa betah tinggal di sini seumur hidupku," gumam Klarios yang sudah merebahkan tubuhnya di tempat tidur pijat. Arsen, sementara itu, sibuk merapikan setelannya untuk makan malam bersama. Diana tinggal di kamar lain yang khusus untuk wanita.
"Kau mau jadi animagi pelindungku, Klar?" tanya Arsen tiba-tiba.
Klarios mendengkus pelan, tetapi tidak beranjak dari tempat tidur. "Kau mau menjadi Penjaga Kisi?" balas pemuda itu bertanya.
Arsen mengerling temannya. "Hanya kalau aku berhasil membuat M9A1. Dengan senjata itu, aku bisa lebih percaya diri melindungi wilayah barat," jawabnya tersenyum simpul.
Klarios tidak menjawab lagi. Pemuda itu justru bergelung semakin nyaman di atas tempat tidur.
"Ayo, bergeraklah, Klar. Diana dan Hector sudah menunggu kita. Perutku juga kelaparan sejak tadi," ujar Arsen sembari menendang bokong temannya dengan satu kaki.
Klarios tertawa kecil, lantas bangun dari tempat tidur. Kedua pemuda itu pun kemudian pergi ke ruang makan yang ada di dekat ruang rekreasi. Namun, saat sampai di ruang makan, Arsen terpaksa menelan sebuah kekecewaan. Menu makanan yang disajikan rupanya tidak semewah kondisi rumah itu. Hanya ada dua piring masakan daging – yang sepertinya daging monster – dan sisanya hanya berupa roti tak beragi serta beberapa jenis sayur yang sudah layu.
"Kalian makan sampah ini setiap hari? Bahkan menu di kantin Akademi jauh lebih manusiawi dari ini," komentar Arsen tanpa basa-basi.
Spontan Klarios langsung menendang tumit temannya itu untuk memperingatkan. Namun sepertinya Hector, Luminous dan para pelayan yang ada di ruang makan tidak tersinggung sama sekali.
"Ini alasan utama kenapa tidak semua orang mau menjadi Penjaga Kisi," komentar Hector dengan nada sarkastik. "Duduklah kalian. Temanmu sudah datang lebih dulu," lanjut pria itu mengedik pada Diana yang sudah duduk di salah satu sisi meja.
Arsen dan Klarios pun menurut. Mereka duduk di sebelah Diana sambil masih memandangi menu makanan yang sangat sederhana itu. Namun, belum sempat mereka mengambil makanan, mendadak pintu ruang makan bergeser terbuka. Aroma monster yang memuakkan langsung menguar memenuhi tempat itu, diikuti oleh kemunculan seorang pria berambut pirang yang seluruh tubuhnya berlumur cairan hijau – darah monster.
"Sudah kubilang mandi dulu sebelum makan, Jeon. Kau membuat ruangan ini dipenuhi aroma busuk darah monster!" hardik Hector dengan nada tinggi.
Jeon, sang pria yang dibentak Hector itu, tetap berjalan masuk tanpa rasa bersalah. "Aku bisa mati kelaparan kalau harus menunggu lebih lama lagi. Tenang saja, aku cuma mau ambil beberapa potong roti dan daging Pterotos itu saja," balasnya. "Eh ... tapi siapa anak-anak ini? Jangan bilang kau punya anak dari hasil hubungan gelap, Hec?"
"Baik tingkah laku maupun kata-katamu selalu sembarangan. Cepat pergi saja Kau benar-benar berbau busuk," usir Hector mengabaikan pertanyaan Jeon.
"Tunggu dulu, aku familiar dengan dua anak berambut pirang ini. Kalian kerabat jauhku, kan? Dari keluarga Ferrum?" tebak Jeon dengan mata menyipit menatap Klarios dan Diana.
"Senang bertemu dengan Anda, Jeon Ferrum. Anda adalah animagi singa kebanggaan klan kita," ujar Diana langsung berdiri dan membungkuk hormat. Binar matanya menunjukkan ketertarikan yang sangat besar.
Jeon tertawa mendengar jawaban Diana tersebut. "Baiklah, tunggu aku mandi lalu ceritakan lengkapnya setelah itu, Anak-anak. Kalau aku lebih lama berada di sini, si tua Diamond ini pasti akan terus mengomel."
"Siapa yang kau bilang tua, dasar animagi tidak berguna," sembur Hector melotot.
Akan tetapi Jeon hanya terkekeh-kekeh lantas keluar dari ruang makan sambil menenteng dua potong roti dan sepiring daging monster panggang. Lebih tepatnya daging Pterotos, monster ular bersayap yang menyemburkan racun. Arsen hanya bisa bergidik menatap piring lain yang berisi potongan daging itu. Bahkan kalau dia kelaparan sampai mau mati, Arsen tidak akan membiarkan makanan itu masuk ke mulutnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top