Prolog
Ukki Prananta
&
Vidya Permatasari
Kedua alis Fio bertaut. Wah, ternyata laki-laki bodoh ini tidak main-main dengan ucapannya. Hanya karena pertikaian mereka minggu lalu, dia benar-benar menikah dengan orang lain dan meninggalkan Fio yang sudah bersamanya sejak SMA.
Walau kesal, air mata Fio tetap jatuh. Dia memang benci Ukki, tapi dia lebih mencintainya. Bagaimana tidak? Dia berpacaran dengan Ukki bukan setahun dua tahun, tapi delapan tahun. Benar, begitu lama hubungannya sampai kalau disamakan dengan usia manusia, sudah bisa belajar perkalian.
Fio menatap ke seluruh ruangan di rumah kontrakannya. Sejak kuliah, dia memang tinggal sendiri di sini agar lebih dekat dengan kampus. Bahkan saat mencari rumah dan membayar DP, semuanya dibantu Ukki. Dia juga jarang membersihkan rumah dan Ukki dengan setia membantu.
Selama ini, Fio hampir menggantungkan setengah hidupnya pada Ukki. Walau masih pacar, Ukki juga rutin mengirim uang pada Fio sebagai hadiah bulanan. Sekarang kalau sudah begini ... apa yang harus Fiolina lakukan?
Apa sebegitu mudahnya bagi laki-laki untuk berpindah hati? Padahal bagi Fio, rasanya ini seperti mimpi. Dia tidak percaya jika Ukki benar-benar akan bersama orang lain.
Fio menatap kembali undangan yang dia dapatkan dua jam lalu. Air matanya tanpa sengaja menetes ke kertas dan membasahinya.
Dengan keberanian yang dia kumpulkan selama seminggu, akhirnya Fio berdiri di depan pintu masuk gedung pernikahan Ukki. Didampingi Salma, Fio mengambil napas dalam-dalam dan mulai melangkah masuk.
"Lo nggak pa-pa, Fi?" tanya Salma di sampingnya.
Fio mengangguk, dia yakin dia tidak pa-pa. Hingga melihat sendiri pria yang dia cintai berdiri di pelaminan sembari mengusap sayang perempuan yang sudah sah menjadi istrinya.
Sekuat tenaga Fio menunduk dan menahan air matanya. Menyadari itu, Salma mengelus tangan Fio yang mengepal. "Ini pasti berat buat lo."
Salma mendongak, tampaknya Ukki menyadari keberadaan Salma dan Fiolina lalu melambaikan tangan.
Bodoh, batin Salma yang kesal melihat senyum lebar Ukki.
"Gimana kalau kita sapa pengantinnya terus langsung pulang? Gue nggak tega ngelihat lo di sini," bisik Salma yang masih bisa melihat mata Fio memerah.
Mendengar itu Fio mengangguk setuju. Kakinya terasa lemas kala melihat pasangan Ukki yang bukan dirinya.
"Selamat atas pernikahannya, semoga kalian langgeng dan selalu bahagia," ucap Salma dengan senyum terpaksa. Dia menjabat akrab tangan Ukki, kemudian Vidya.
Kini giliran Fio. Dia hanya berani menunduk, lalu berucap, "Se--selamat?" Betapa terkejut dirinya kala merasakan dekapan Ukki yang tiba-tiba. Hal itu sempat menjadi pembicaraan orang-orang, tapi mereka langsung memakluminya kala mengetahui identitas Fio yang merupakan mantan pacar.
"Ini belum berakhir. Tunggu gue. Gue akan segera bereskan semuanya," bisik Ukki di telinga Fio.
Sontak Fio mendorong dada Ukki. Dia tak suka dengan cara Ukki memperlakukannya di depan istri sah, seharusnya Ukki menghargai perasaan Vidya.
"Apa maksudnya?"
Ukki hanya tersenyum sebagai jawaban. Lantas Salma segera menarik tangan Fio. "Ayo, Fi!"
Walau sedang ditarik Salma, pikiran Fio masih melayang ke saat Ukki memeluknya. Sebenarnya apa maksud pria itu? Fio jadi merasa tak enak pada Vidya. Karena ini bukan sinetron, tentu Fio menghargai perasaan Vidya sebagai sesama perempuan. Jika tujuan Ukki menikahi Vidya tidak baik, maka Fio tetap tak akan menerima Ukki kembali dalam hidupnya.
Bisakah Fio mengembalikan delapan tahunnya yang terbuang sia-sia gara-gara cowok brengsek seperti Ukki? Fio tak tau harus apa setelah ini. Semua rencana masa depannya selalu ada Ukki, jadi akan sulit baginya mengubah rencana masa depan tanpa pria itu.
"Tunggu sini sebentar. Gue ambil mobil," kata Salma.
Fio mengangguk, dia berdiri di tepi jalan agar bisa langsung naik ke mobil Salma.
Iseng mengedarkan pandangan, Fio melihat seorang nenek yang berjalan dibantu tongkatnya berniat menyebrang jalan. Dirasa kondisi sepi, Fio pun memperhatikan nenek itu dari jauh. Namun, siapa sangka sebuah truk melaju dengan kecepatan di atas rata-rata karena pengemudi terburu-buru harus menyetor pasir sesuai jadwal.
Klakson berbunyi kencang, tapi sang nenek terlalu lambat untuk menyadarinya. "Awas, Nek!"
Fio tanpa sadar berlari. Tujuannya adalah menghentikan nenek yang hendak menyebrang. Tanpa sengaja, Fio malah jadi korban. Tubuhnya terpental jauh sampai menggelinding di atas aspal. Darah yang bercucuran mulai membuat Fio kehilangan kesadaran.
Masa gue mati konyol habis ditinggal nikah? pikir Fio yang perlahan pandangannya berubah gelap
-----
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top