💐 Chapter 5. Kebohongan 💐
"Kenapa kamu enggak nerusin bisnis makanan online aja, Ra? Biar ada kegiatan gitu, nggak galau terus."
"Oh iya ya," Qiara berpikir ulang "tapi kan capek, Tir. Pulang kerja lanjut jualan."
"Ntar Aku bantuin deh."
"Aku pikir-pikir dulu lah, Tir." Ucap Qiara lemas.
"Udah kamu nggak usah kebanyakan mikir. Kebetulan temennya Abang Ken ada yang mau buka resto mini gitu. Cuma, masih belum buka soalnya cari koki yang pas itu susah banget. Lumayan tau hasilnya." Bujuk Tiara.
"Nggak berani ah, Tir. Masakanku kan nggak enak-enak banget."
"Salah." Ucap Tiara menerobos
"Kok Salah?"
"Iya salah. Kamu lupa? kalau ada acara di Apotek, kita mesen makanan di siapa? Dulu waktu kuliah, yang di gedor-gedor pelangan suruh masakin Kerang ijo nano-nano, padahal besoknya mau ujian skripsi siapa? Kamu kan?"
"Ya beda lah, Tir. Waktu itu kan buat-nya cuma ngasal"
"Nah ini nih. Asal bikin aja rasanya enak banget, apa lagi bikinnya pake hati," Tiara menjawab kesal "Udah ah. Aku sebel ngomong sama orang yang nggak pahaman" Tiara memalingkan badannya.
"Ya udah deh. Iya, Aku mau" Jawab Qiara pasrah. "Tapi, janji ya bakal bantuin"
"Iya. Tenang aja. Kalo Aku yang urus. Semuanya bakal beres."
*****
Aroma bawang goreng bercampur pedasnya sambal tercium sampai ke ruang tamu. Tiara, seperti biasa membantu ibunya membuat makan malam sepulang kerja.
"Iya. Jadi begitu ceritanya, Buk. Kasian kan dia?" Tiara mengaduk-aduk adonan bakwan di dalam wadah.
"Trus. Kamu jawab apa?" Tanya Ibu pelan.
"Ya Aku jawab aja mendingan dia lanjutin lagi jualan online-nya."
"Hmmm" Ibu mengangguk paham.
"Aku bingung mau kasih saran apa ke dia. Setidaknya kalau jualan online, pikirannya pasti bisa teralihkan dari Dito." Tiara berandai-andai.
"Seandainya ya, Buk. Qiara jodoh sama abang Ken. Pasti setiap hari kita makan enak."
"Ya mana mau dia, Dek? Kita kan cuma orang biasa."Ucap Ibu merendah
"Emang Ibu setuju kalo Tiara sama Abang Ken?" Tanya Qiara penasaran.
"Yaaa. Siapa sih yang nggak mau punya anak mantu sebaik Qiara? Udah baik, sopan, soleha, sayang sama keluarga".
Ken yang mendengar dengan samar namanya disebut-sebut langsung beranjak dari ruang TV. "Hayo. Lagi gibahin Abng yah?"
"Ahhhh Abng. Itu kan bakwan punya Adek. Nyeselin banget sih." Ucap Tiara manja.
Walaupun Tiara terkesan jutek saat di tempat kerja. Sebenarnya Dia anak yang sangat manja. Qiara anak terakhir dan hanya punya kakak satu-satunya, yaitu Abang Ken. Badannya yang gendut, dan pipinya cabi membuat Ken selalu gemas mengganggu adiknya.
"Udah ngaku aja. Lagi ngomongin apaan sih" Ken menarik kursi ke belakang.
"Ibu bilang. Abang Ken kapan nikahnya? Ibu udah pengen banget nimang cucu" Ucap Qiara berbohong.
"Ini juga lagi ikhtiar, Dek." Ken duduk sambil mengunyah bakwan buatan adiknya. "Emang belum nemu yang pas aja, Buk. Doa-in ya, Buk"
Tiara merebut ulang bakwan dari tangan Ken "Abang itu bukan belum nemu yang cocok tapi, Abang terlalu be-la-gu"
"Adeeek" Ken mengejar Tiara yang membawa lari bakwannya.
Ibu hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah kedua anaknya. "Tiara-Tiara, ada-ada aja"
*****
"Bang?" Qiara membalik badannya menghadap Ken.
"Hmm." Ken masih fokus pada tontonanya.
"Kemarin malem Aku makan sama Qiara di Warung Mas Bejo." Tiara bingung memulai pembicaraan dari mana.
"Trus?" Ken menjawab heran.
"Hmmm. Nggak jadi deh" Tiara mengurungkan niat.
"Mau ngomong apa sih sayangku" Ken menyubit pipi Tiara gemas dan kembali fokus. "Abang lagi serius ni nonton Rindu di atas Sajadah"
"Jadi gini bang. Aku bohong sama Qiara kalo bang Fajar temennya abang lagi cari koki." Ucap Tiara pelan.
"Lah? Trus gimana dong?"
"Ya. Abng bantu Adek lah, Please." Tiara memelas manja.
"Caranya?"
"Ya. Abang tinggal telpon bang Fajar kek. Ngapain kek"
"Kok jadi kamu yang nyolot sih dek?"
"Nggak mau ah."
"Bang? Pleaaaseee. Nanti, Aku deketin abang sama Qiara deh."
"Demi Apa?"
"Ih beneran."
"Ah tapi, mana mau Qiara sama Abng. Tunggu dulu! Bukannya Qiara sama Dito, mereka ,,,"
"Udah mau end, Bang. Udah, cepetan Bang. Pokoknya percaya aja sama Aku. Semua urusan beres kalo di tanganku."
"Apaan. Ini aja, ujung-ujungnya Abang juga yang turun tangan."
"Yakin! Kalo soal Qiara serahin sama Aku." Tiara mencoba meyakinkan.
"Oke Abang coba hubungin Fajar."
Ken berjalan ke ruang tamu untuk menghubungi Fajar. "Halo, Assalamu'alaikum Bro." Ken memulai basa-basi "lagi sibuk nggak?" Kita ngumpul yuk"
.
.
.
Hai Readers 😊😃👋
Makasih yah udah setia baca ceritaku sampai di chapter ini.
Kali ini kita doain yuk. Biar Abang Ken sama Qiara berjodoh.
Yang Maha Membolak-balikan hati kan Allah. Kali aja kejadian gitu. Mereka jadi sepasang. Amin
So. Don't forget to give me vote ya, dan commentar buat aku juga!
Feedback kalian berarti banget buat nambahin semangatku.
See you in the next chapter, Dear 😍😙😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top