💐 Chapter 4. Tak diundang 💐
"Ibu Sriii"
Dari luar Apotek terlihat semua karyawan sedang sibuk melayani pasien. Sedangkan Tiara mengundang salah satu pasien untuk membayar obat di kasir. "Semuanya 85.000 ya, Buk. Nanti Termorex-nya diminum 3 kali sehari. Satu tetes aja. Obat ini untuk demam ... "
"Oh iya, Mbak. Trus ini satunya lagi untuk apa?" Tanya Bu Sri memotong penjelasan Tiara
"Sirup yang satunya lagi. Ini untuk pilek-nya. Diminum dua kali sehari 0,2 ml. Di dalam kemasannya sudah ada pipet-nya ya, Buk."
"Oooh. Oke-oke, Mbak. Makasih ya, Mbak."
"Iya, Buk. Kembali kasiiih."
Qiara berjalan dengan pandangan kosong, seperti membawa beban pikiran yang sangat berat. Tiara, sahabat sekaligus teman kerjanya melihat ada yang aneh dengan temannya ini. Qiara masuk ke dalam ruangan tanpa memberi salam. Semua teman kerja saling melirik satu sama lain.
"Si Qiara kenapa, Tir? Nggak seperti biasanya. Masuk-masuk maen nyelonong aja. Nggak salam pula."
Tiara mengangkat kedua bahunya mengisyaratkan tidak mengetahui penyebab sahabatnya, Qiara terlihat murung.
"Kok nggak tau sih, Tir? Kamu kan kembarannya."
"Ya mana Aku tau. Lagian pada kepo banget ama urusan orang" Ucap Tiara ketus
Di dalam hati, sebenarnya Tiara juga bertanya-tanya karena Apa pun masalah sahabatnya itu. Ia orang pertama yang diberi tahu tapi, kali ini tidak sama sekali. Qiara kenapa ya? Tiara bergumam dalam hati.
*****
Sepasang sahabat duduk berdekatan dalam satu ruangan meracik obat. Namun, saling berdiam diri. Qiara tidak mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Tiara juga tidak berani menyapa duluan, Ia menjadi canggung sendiri. Di atas jam 10 malam Apotek mulai sepi.
Pokoknya Aku nggak akan buka suara duluan. Biarin aja sampe moodnya balik lagi. Nanti juga dia jujur kok. Ucap Tiara dalam hati.
Baru saja membatin Qiara menyapa.
"Tir!" Panggil Qiara lambat
"Hem" Jawab Tiara singgkat "Kamu lagi kenapa sih?"
"Pulang kerja ke tempat biasa yuk"
"Nggak ah" Jawab Tiara cepat
"Kok nggak mau?"
"Ntar Aku dicuekin lagi, kaya tadi"
"Hehe" Qiara merasa bersalah "Ntar Aku traktir deh. Terserah mau makan apa aja. Nggak ada rentang harga"
Wajah Tiara berubah sumringah.
"Bentar. Tunggu dulu! Emang Kamu mau curhat apaan?" Ia bertanya penasaran
"Udah. Ntar Aku ceritain"
Tanpa disadari di belakang mereka sudah berdiri Bu Nilam. Apoteker Penanggung jawab apotek di tempat mereka bekerja. "Udah selesai ngerumpinya?"
"Eh. Bu Nilam" Tiara panik
"Oh iya. Qiara, Orderan obat buat besok senin sudah di buat?"
"Sudah Buk. Sisa dikirim ke PBF saja."
"Oke. Kalau begitu, nanti kirim ke saya list orderannya. Biar saya cek lagi satu per satu".
Bu Nilam melirik ke arah Tiara. "Kamu juga, Tiara. Tolong rekapan pengeluaran dan faktur-faktur dirapihin lagj ya. Kamu taruh diatas meja saya.
"Iya, Buk. Siap!" Tiara spontan berdiri dan mengangkat tangannya meletakan tangannya di sebelah kening
Qiara terkekeh melihat tingkah lucu sahabatnya.
*****
"Kamu mau pesan makanan apa, Tir?"
"Aku mau pesen Ayam bakar sambel mangga, cah kangkung, Cumi krispy sambel nanas, Kerang ijo saus tiram. Hmmm sama minumannya susu wedang jahe sama satu lagi ..." Tiara berpikir lagi akan menambah makanan lainnya.
Qiara menelan ludah. Iya sih, bener, emang Aku yang traktir tapi nggak sebanyak itu juga kali, Tir. Kalo kaya begini mah akhir bulan bisa-bisa cuma makan bubur doang sama garem"
"Nggak usah deh" Ucap Tiara berubah pikiran "Kerang ijo saus tiram aja sama es teh manis. Pasti kamu lagi ngebatin ya, Ra? Tenang kok, Aku juga tahu diri"
Qiara tertawa lebar. "Ah. Kamu emang manusia paling peka" Tangannya menyubit pipi Tiara di hadapannya.
"Oh iya, Ra. Gimana si Dito?"
Qiara mengangkat bahu-nya "Entahlah, Tir. Aku juga bingung."
"Emang ada apa lagi sih kalian? Ceritain dong, supaya lega kamu-nya."
"Aku ..." Ucapan Qiara terpotong
"Loh, Mbak Qiara? Mba Tiara? Kebetulan banget kita ketemuan disini. Aku boleh gabung?"
Mereka saling melempar lirikan. Tiara menggerakan kakinya di bawah meja, memberi isyarat pada Qiara.
"Kok bisa ada Dia disini?" Tanya Tiara heran
Tiara kesal. Di sampingnya ada wanita yang Ia benci sedang duduk tanpa rasa bersalah, Rika. Rika memang sudah menjadi masa lalu Dito, tapi kedatangannya selalu menjadi ancaman untuk hubungan Qiara dan Dito.
"Rika.. Kamu mau makanan apa, biar aku pesenin" tanya Qiara
"Ya Elah. Nggak usah lembut-lembut banget kali sama penikung" Ucap Tiara ketus
"Tiaraaa" Qiara membuka matanya lebar
Rika yang mendengar sindiran hanya diam, pura-pura tidak mendengar apapun kata-kata yang di ucapkan Tiara. Rika tidak mengerti apa yang di maksud Tiara.
"Hmm. Aku pesen Jus alpukat aja, Mbak"
"Kamu yakin, Rik? Nggak mau pesen makanan apa gitu. Aku pesenin kamu menu yang sama kaya kita yah" Ucap Qiara memelas
"Ng-nggak usah mbak. Lagi pula aku disini sebentar kok."
Tiara mengunyah kerupuk yang diambilnya tadi. "Bagus deh kalo cuma bentar. Lagian semakin lama disini bikin suasana jadi angker" Ucap tiara menyindir
"Maafin Mbak Tiara ya, Rik. Biasa kalo lagi laper suka gitu. Kurang sajen dia" Qiara berusaha mencairkan ketegangan.
"Loh kok cuma bentar. Aku pesen makanan ya buat kamu, dibungkus aja. Nanti makan di rumah"
Tiba-tiba dering hp berbunyi dari tas Rika. "Halo. Assalamu'alaikum, Kak. Oh iya. Iya kak, Aku ke kesana yah? Semuanya udah ngumpul kan? Oke, makasih ya."
"Mbak. Aku pamit yaaah?" Ucap Rika
"Loh kok buru-buru, Rik? Pasti Kamu nggak nyaman ya lama-lama disini?" Ucap Qiara lemas
Rika tersenyum "Nggak kok, Mbak. Kebetulan temenku udah dateng. Tuh dia" Rika menunjuk ke luar ruangan
"Oh ya udah hati-hati"
Tiara semakin kesal. Emang bikin susah ya, tu orang. Udah dipesenin minum malah kabur. Kan mubazir. "Tuh liat. Jus-nya nggak diminum kan? Kamu sih sok berbaik hati sama Dia."
"Qiaraaa. Kamu kenapa sih? Lagi PMS nih"
"Nggak! Lagi pengen makan orang. Lagian mana sih makanannya? Lama banget" Tiara terus menggerutu
"Nah. Ini dia yang di tunggu-tunggu. Makan yuk, Tir. Taruh di sini aja mas" bakul nasinya biar gampang ambilnya"
.
.
.
Hai Readers 😊😃👋
Makasih yah udah setia baca ceritaku sampai di chapter ini.
Kali ini beberapa latar-nya aku buat di Apotek.
So, may be ada singkatan atau sebutan yang temen-temen enggak ngerti atau asing. Semuanya Aku cantumin dibawah sini ya 😉👌
Oh iya. Bantu kasih vote, dan commentar buat aku ya!
Feedback kalian berarti banget buat nambahin semangatku.
See you in the next chapter, Dear 😍😙😘
Note :
- PBF atau Pedagang Besar Farmasi
adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.
- Faktur itu perincian pengiriman barang yang mencatat daftar barang, harga dan hal-hal lain yang biasanya terkait dengan pembayaran. Faktur biasanya dalam bentuk lembaran kertas.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top