💐 Chapter 20. Akad 💐

Janur kuning telah melengkung di depan rumah Pak Adam. Di bawahnya tertuliskan ke dua nama mempelai, Ken & Qiara. Para tamu undangan mulai ramai menduduki kursi masing-masing. Moment bahagia ini membuat Qiara berdebar dan tidak tidur semalaman.

Hal itu juga dirasakan oleh Ken. Ia berulang kali latihan ijab qabul karena ada perasaan takut yang terus-menerus menghantuinya. Ia takut salah mengucapkannya.

ya Allah ringankanlah lisanku mengucap ijab qabul nantinya, ucap Ken sambil merapikan jas silver yang dikenakannya.

"Bang! Ini sepatunya," panggil Tiara dari pintu kamar sambil menunjukkan sepasang sepatu yang disemirnya tadi pagi untuk Ken.

"Makasih ya... Dek? Abang udah ganteng blom?" ucap Ken yang khawatir penampilannya masih berantakan.

Tiara meletakkan sepatu di pinggir pintu dan masuk ke dalam kamarnya Ken.

"Bang? Hari ini abang lebih ganteng dari Zayn Malik. Kalo ade liat-liat kok, mukanya abang mirip Teungku Wisnu sih."

"Ah yang bener aja kamu. Mulai belajar gombal nih anak kecil."

"Ih abang. Aku tuh udah gede, sebentar lagi mau punya keponakan."

Celotehan Tiara mengelitik hati Ken. Dengan begitu saja Ia langsung terbayang indahnya malam pertama berasama Qiara di kamar.

"Cie mesem-mesem sendiri. Jangan dibayangin dulu bang! Blom sah jadi istri," tebak Tiara seolah tahu apa yang sedang dipikirkan Ken.

"Astagfirullahal'adzim," ucap Ken sambil menggelengkan kepalanya buru-buru saat diingatkan oleh Tiara.

"Ken? udah siap belum?" tanya ibu dari pintu.

Ibu dan Tiara menumpangi mobil yang sama dengan Ken sedangkan keluarga dari kampung menaiki mobil yang lainnya. Sepanjang perjalana Ken tidak bisa berhenti untuk berlatih mengucap ijab qabul. Sampai-sampai tenggorokannya kering dan membuat Ken berulang kali meminum air.

Bella melihat dari balkon kamar kakaknya, mobil putih yang di tumpangi keluarga lelaki tiba. Ia langsung masuk  mengabari Qiara yang duduk diatas tempat tidur dengan gaun pengantin syar'i berwarna putih. Make up pengantin yang dipoles sangat flawlless menambah keanggunan Qiara.

"Mbak-Mbak. Abang Ken udah dateng," ucapan Bella membuat debaran di hati Qiara semakin kencang.

Acara pernikahan dimulai dengan hening dan berjalan begitu sakral. Satu per satu acara pernikahan dilewati. Tibalah disaat-saat menegangkan. Ken menarik nafasnya dalam-dalam dan menegakkan  posisi duduknya. Tangan kanannya dijulurkan kedepan dan menjabat tangan pak Adam.

"Ananda Ken Indra Shodiq Bin Syarif Abdul Shodiq saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak perempuan saya Qiara Setiyani Adawiyah Binti Adam Subiono Rahman dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat dan uang sebesar sepuluh juta seratus dua belas ribu. TUNAI!" tegas pak adam sambil menghentakkan jabatannya pada Ken.

ya Allah sebentar lagi aku akan menjadi istri seseorang yang aku cintai dari lama. Syukran ya Rabb sudah memberiku kisah yang indah ini, ucap Qiara sambil mengepal tangannya yang sedang berkeringat dingin.

Detak jantung Qiara semakin kuat. Ibu yang melihat putrinya mulai gugup mengambil tangannya dan tersenyum untuk menenangkan sedangkan Bella duduk di sebelah Qiara sambil mendoakan kelancaran pernikahan mereka.

Saya terima nikahnya dan kawinnya Qiara Setiyani Adawiyah binti Adam Subiono Rahman dengan maskawinnya yang tersebut dibayar tunai, ucap Ken dengan lugas dengan menghentak tangan kananya.

"Bagaimana para saksi?" tanya Pak Penghulu mengitari pandangannya pada wali perempuan dan para saksi.

"Sah." ucap Saksi Nikah.

"Sah." jawab para tamu.

"Sah." sahut Wali Mempelai Wanita.

Satu per satu kata sah saling bersahutan keluar dari banyak mulut. Qiara meneteskan cairan bening yang hangat dari kedua matanya karena terharu dan bahagia tak terhingga yang begitu sulit diungkapkannya.

Qiara berjalan perlahan dari lantai atas menuruni satu demi satu  anak tangga dituntun oleh Ibu dan Bella disebelahnya. Matanya tertuju langsung pada lelaki yang terlihat sangat rupawan mengenakan jas silver dihiasi aksen kecil bunga hidup disaku kanannya.

bang adek nggak bisa mengungkapan apa pun yang sedang adek rasakan saat ini tetapi, ade mau terima kasih  sama abang. Terima kasih sudah menjemput adek dengan ikhtiar terbaik. Dengan cara dan jalan yang diridoi-Nya, ucap Qiara begitu lirih di dalam hati sampai air matanya menetes ke sekian kali tepat saat dia sampai di hadapan Ken.

Dari kejauhan tampak lelaki berpakaian batik berwarna hitam, berjalan semakin mendekati panggung pelaminan. Bibirnya tersenyum pada kedua mempelai sambil berdiri di belakang barisan menanti gilirannya memberi ucapan selamat.

Dito, laki-laki itu menepati janjinya. Ia datang ditemani seorang kawannya ke pernikahan Ken dan Qiara. Hari ini orang yang pernah mengisi cerita di dalam hidupnya menikah. Di kepalanya terputar kembali memori tentang dia dan Qiara.

"Seandainya kalau kita nggak berjodoh. Kamu mau kan dateng ke pernikahan aku, Dit?" tanya Qiara ragu.

"Iya. aku pasti dateng," ucap Dito dengan nada bercanda. Ia melanjutkan omongannya. "Tapi aku yakin Ra. Kita pasti berjodoh."

Seberapa kuat kita yakin. Terkadang takdir malah melakukan hal lain. Karena sebaik apa pun menggenggam, jika tidak berjodoh genggaman itu akan tetap terlepas.

Dito melangkah dengan yakin, menunggu dua orang lagi di depannya. Tiba gilirannya, ia menjulurkan tangan pada lelaki yang telah menjadi suami Qiara. "Wah, Bang. Selamat ya! Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Titip Qiara ya, Bang. Bahagiain dia selamanya," ucap Dito dengan penuh harapan sambil memeluk Ken.

Qiara yang mendengarkan ucapan itu tidak sengaja meneteskan air mata. Ia melepaskan genggaman Ken dan mengusap kedua matanya dengan tisu.

"Dit?" Qiara menatap Dito dengan kedua mata berbinar.

"Selamat ya, Ra. Semoga kamu bisa menjadi istri yang baik. Bahagia selalu buat kamu dan Abang Ken."

"Makasih ya, Dit. Makasih juga udah nepatin janji kamu," ucap Qiara terharu.

Dito berjalan diikuti kawannya menuruni pelaminan dan berbaur dengan tamu undangan. Ia mengambil piring dan berjalan menyusuri makanan yang tersedia di meja panjang prasmanan. Sampai di ujung meja, tangannya tak sengaja menyentuh tangan halus yang juga ingin mengambil botol air mineral yang sama.

"Eh. Maaf mba," ucap Dito serentak.

"Maaf-maaf, Mas. Saya nggak sengaja," ucap perempuan itu segera karena merasa bersalah.

Dito membalikkan badannya ke belakang. Ia terkejut, "Loh, Rika?"

"Ka-Kak Dito? Maaf, Rika nggak sengaja," ucap Rika panik saat mengetahui lelaki itu adalah Dito. Lelaki yang masih ada di dalam hatinya.

"Kamu sendiri, Rik?"

"Iya, Kak. Emang Rika selalu sendiri. Eh," ucap Rika keceplosan.

Dito terkekeh mendengar ucapan Rika dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kak Dito sendiri. Dateng kesini sama siapa?" ucap Rika sembari memindahkan badannya dari antrian di meja prasmanan.

"Tadi sih berdua sama temen. Tapi nggak tau deh kemana dia sekarang," ucap Dito heran sembari menyingkirkan badannya dari stand air mineral.

Dito melirik ke arah belakang tempat Rika berdiri. Ia baru menyadari Bagas, kawannya masih sibuk mengambil makanan padahal di piringnya sudah hampir penuh.

"Astagfirullah, Bagas-bagas!" Dito mengeleng-gelengkan kepalanya.

"Oh ya udah, kak. Rika kesana dulu yah. Airnya udah dapet," ucap Rika sambil menunjukkan botol itu pada Dito.

"Oh boleh-boleh, Rik."

Dito kembali mendekati meja prasmanan, menyusul Bagas. "Bro!" kejut Dito. "Banyak amat, Bro! Mo dijual lagi? Ayo ah. Buruan!" ucap Dito sambil menarik baju di lengannya Bagas.

Dito menikmati makanan sambil melihat sepasang kekasih yang sedari tadi menyambut tamu dengan senyum

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #zanara26