💐 Chapter 19. Kita 💐
Kali ini Qiara sedang sibuk di dapur tetapi, bukan untuk menyiapkan makan siang melainkan menyeduh teh dan memindahkan potongan-potongan kue di atas beberapa piring untuk disuguhkan pada tamu yang sudah menantinya. Setelah siap ia membawanya ke ruang tamu.
Wanita berbusana gamis dengan jilbab syar'i itu merendahkan tubuhnya dan meletakkan gelas yang berisi teh perlahan-lahan ke atas meja ruang tamu. Ia merasa canggung berada dalam situasi ini. Sulit untuk di ungkapkan, ada deg-degan bercampur bahagia juga khawatir dalam hatinya.
"Silahkan. Diminum dulu tehnya, Nak" ucap pak Adam saat melihat putri sulungnya selesai meletakkan semua suguhan di atas meja.
Ken terlihat gugup karena ini moment pertamanya datang dan masuk langsung ke dalam rumah Qiara. Apalagi tempat duduknya berhadapan dengan Pak Adam dan istrinya. Tanpa banyak basa-basi setelah Ken merasa waktunya sudah tepat. Ia akhirnya menyampaikan maksud kedatangannya pagi ini.
Qiara duduk di sebelah ibunya. Sedari awal ia hanya menundukkan pandangan dan meremas-remas jemarinya.
"Jadi maksud kedatangan saya kesini membawa keluarga ialah untuk meminta izin, jika diperkenankan saya ingin mengajaknya ke jenjang yang lebih serius.
Pak Adam langsung merespon niat baik lelaki yang duduk berhadapan denganya.
"Sebelumnya saya berterima kasih sekali buat Nak Ken dan keluarga sudah mau datang kesini membawa niat baik tetapi, alangkah lebih baiknya saya tanyakan saja ke Qiara langsung," pak Adam melemparkan pertanyaan pada putrinya. "Qiara, menurut kamu gimana? Kamu bersedia atau tidak?"
"I-in-" belum juga memyelesaikan jawabnnya Qiara meneteskan air mata.
Keluarga dari pihak Ken khawatir saat Qiara terbata-bata memberikan jawaban. Mereka takut yang diusahakan akan berakhir tak sesuai harapan.
"Insya Allah Qiara bersedia, Pak."
Semua orang yang berkumpul di ruangan itu serentak mengucapkan alhamdulillah. Ken merasa lega dan bahagia, akhirnya semua berjalan lancar.
Tiara menanyakan calon istri abangnya tentang persiapan pernikahan mereka, siapa lagi kalau bukan Qiara sahabatnya sendiri. Sebagai adik, bisa menyatukan dua orang yang sangat dia cintai adalah ke kebahagiaan yang tak bisa dibayar oleh apa pun.
"Ra, dessertnya mau apa aja, ini ada sepaketnya murah," tegur Tiara sambil menyodorkan beberapa brosur catering.
"Kayanya makanan tradisional enak kali ya, Tir?" Qiara bingung karna ada banyak sekali menu yang harus dipilihnya. Ada banyak brosur yang tersebar di atas tempat tidurnya.
"Apa kita tanya ibu aja yuk, Ra!" ajak Tiara sembari membereskan kertas-kertas itu untuk di bawanya ke lantai bawa menemui Ibu.
Pernikahan Qiara dan Ken sisa seminggu lagi. Semuanya sibuk mempersiapkan pernikahan mereka. Ibu Hawa dan calon besannya sibuk memgumpulkan nama-nama orang yang akan diundang sedangkan Bella membantu menuliskan nama-nama itu pada kartu undangan.
"Halo, Assalamu'alaikum Pak Toni," ucap Pak Adam saat menelpon kawannya "Insya Allah. Minggu depan anak saya Qiara mau nikah. Dateng yah pak kalau sempat!"
Pak Adam sibuk mengabari sanak keluarga dan teman lamanya sambil menyeruput kopi di halaman belakang rumah yang tidak begitu luas. Baginya pernikahan ini harus diadakan besar-besaran karena ini pernikahan putri pertamanya. Ia ikut membantu dan tidak membebankan biaya seluruhnya pada Ken.
Ken menyerahkan semua urusan pernikahannya pada keluarga. Ia yakin yang dipilihkan untuknya pasti yang terbaik. Namun, ia tidak melepas tanggungjawab jika dimintai bantuan.
"Halo. Assalamu'alaikum Dek," sapa Ken pada Bella.
"Wa'alaikum salam, Bang."
"Oh iya buat fitting baju, jadinya kapan ya? Biar abang ijin sekalian di kantor," tanya Ken.
"Tadi pagi sih Bella udah tanya, Bang. Katanya hari jum'at," jelas Bella sambil menjepit ponselnya di salah satu pundaknya.
Bella melanjutkan tugasnya sedangkan Tiara baru saja sampai di ruang TV, tempat bu Hawa dan ibunya yang sedang sibuk mengurusi kertas undangan. Qiara tidak turun karena kepalanya pusing dan ingin istirahat sejenak karena beberapa hari ini dia kurang tidur.
Hari jum'at tiba, saatnya fitting gaun pernikahan. Semua anggota keluarga ikut ke butik. Sedangkan Ken menyusul dari kantor. Qiara sudah izin sebelumnya dan mengambil cuti untuk 1 minggu menjelang pernikahannya.
Gaun anggun berbalut pernik sederhana dipakai oleh Qiara. Walau tanpa make up gaun itu manis sekali dipakainya. Ia berjalan ke arah cermin yang terpampang besar memenuhi ruangan. Ia berdiri dan membelakangi pintu masuk. Semua mata tertuju padanya.
"Masya Allah cantik banget, sahabatku ini," ucap Tiara yang berdiri di sampingnya menghadapi cermin yang sama.
Qiara sibuk melihat tubuhnya yang dipakaikan gaun itu dan ia tak sadar Ken sudah berdiri di belakangnya beberapa menit yang lalu.
"Tir? Kayanya lengan sama bagian pinggangnya kekecilan ya?" tanya Qiara pada sahabatnya.
Ia merasa di bagian lengannya begitu sempit. Ia membalikan badannya pada Tiara berniat untuk mengoreksi sedikit kekurangan pada gaun itu.
"Mana? Oh iya, bener. Ya udah nanti kita minta dilonggarin beberapa centi," sahut Qiara.
"Abang Ken?" Qiara terkejut dengan kehadirannKen dan hal itu membuat pipinya merona.
Ken sudah tiba dari beberapa menit yang lalu. Ia memilih diam dan memperhatikan Qiara yang berdiri dengan gaun berwarna dusty pink. Ia menelan ludahnya. masya Allah Qiara. Bidadari syurga, gumam Ken terkagum pada kecantikan yang terpancar dari wanita yang sedang berdiri dihadapannya.
Tiara yang baru saja sadar dengan kedatangan Ken langsung bergegas ke arahnya, menarik dan mengantar dia ke ruangan untuk mengganti baju.
Ibu dan yang lainnya masih sibuk dengan bajunya masing-masing.
"Aku ganti baju dulu kali ya, Tir?" ucap Qiara pada sahabatnya yang baru saja kembali setelah mengantar Ken.
"Ye jangan. Foto dulu sama abang Ken."
"Ah. Nggak mau ah, Malu."
"Sekali doang, Ra. Please." Tiara berusaha merayu sahabatnya. "Nah, tuh dia Abang Ken. Bang-bang sini, Bang, aku fotoin," ucap wanita berpipi cabi itu gembira saat melihat abangnya keluar dari ruang fitting baju.
ah serasi sekali mereka, ucap Tiara dalam hati.
Qiara berdiri di samping Ken berjarak 2 jengkal, tubuhnya hanya sampai sebawah dagu Ken.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top