💐 Chapter 14. Bimbang 💐

Boleh jadi jodohmu ialah dia yang pernah kau sukai sejak lama.
Namun, kau memilih mengubur rasa itu begitu dalam karena merasa tak pantas bersanding dengannya.

Terkadang yang tak terduga malah menjadi nyata.
Begitulah cara Tuhan memberimu hadiah setelah kecewa.

(Qiara Setiyani Adawiyah)


Sedikitnya pengunjung caffe di siang hari membuat kedua sahabat ini enggan untuk beranjak. Tiara yang sedari tadi memutar-mutar sedotannya ke tepian gelas menanti sahabat karibnya mengeluarkan suara.

"Kita ini lucu ya, Tir? Saat diberi jawaban sama Allah secepat kilat malah bingung harus berbuat apa," ucap Qiara merasa sungkan pada sahabatnya. Baru juga membatin, akhirnya Qiara berbicara.

"Nggak apa-apa kok, Ra. Kita semua bakalan tunggu jawaban dari kamu. Baik aku, Abang Ken dan ibu nggak akan memaksa harus secepatnya," jelas Tiara sembari menyentuh tangan sahabatnya.

"Sampaikan salamku buat ibu dan Abang Ken ya, Tir. Aku minta maaf, nggak bisa secepatnya kasih keputusan. Kamu kan tau cerita tentang aku sama Dito. Aku masih takut membuka hati. Takut kecewa lagi, Tir."

Qiara berjaga-jaga mengeluarkan tisu dari dalam tasnya dan meletakkan benda itu diatas meja kayu. Ia takut akan menangis lagi.

"Iya, udah nggak apa-apa. Jangan nangis dong! aku jadi ikut mewek nih," ucap Tiara sambil mengusap air matanya.

"Di satu posisi aku bahagia, Tir. Ada lelaki baik seperti abangmu yang mau sama aku. Tapi aku masih nggak nyangka kalau Allah nge-jawab doaku secepat ini. Baru semalam aku meminta yang terbaik. Pagi setelahnya langsung dikasih kabar soal Abang Ken. Apa aku pantes nerima hadiah ini dari Allah? Setelah banyak kesalahan yang aku buat dulu," ucap Qiara tersendu-sendu.

"Allah itu baik, Ra. Sama kamu, sama aku juga. Aku dikasih sahabat yang  solehahnya sepertimu. Aku yakin kamu dan abang Ken memang diciptakan buat bersama."

"Aku takut, Tir. Ini cuma ujian karena sampai kapan pun kita nggak akan pernah tau maksud Allah mendatangkan seseorang ke dalam hidup kita."

"Aku boleh nanya sesuatu nggak sama kamu?"

Qiara menganggung-angguk menandakan wanita yang sedang duduk di hadapannya boleh mengajukan pertanyaan. "Hmm, sebenernya kamu suka nggak sama Abang Ken?"

Qiara kembali mengangguk-anggukan kepalanya. Namun, kali ini Tiara masih belum percaya dengan jawaban Qiara. "Yang bener? Sejak kapan? Kok kamu nggak pernah cerita ke aku?

"Aku sebenernya udah suka sama Abang Ken dari dulu. Waktu pertama kali kamu tunjukkin fotonya ke aku."

"Foto yang mana? Kok aku lupa sih?"

"Itu loh, waktu SMA dulu."

"Tapi, kamu kok nggak pernah mau ngeliat matanya sih kalo bicara? Katanya suka."

"Pernah kok, sekali. waktu SMA dulu, itu pun nggak sengaja. Pandangan pertama itu rahmat."

"Wait! Kalo ngeliat Dito kok kamu berani?"

"Ya itu beda lah, Tir. Entah kenapa aku nggak pernah berani natap matanya Abang Ken."

"Tir? emangnya Abang Ken beneran suka sama aku atau dipaksa kamu, atau... dipaksa sama orangtuaku? tanya Qiara menerka-nerka.

"Jadi, gini Qiara-ku sayang. Abang itu udah suka sama kamu dari dulu. Bahkan sebelum kamu hijrah dan sebelum kamu sama Dito. Cuma dia merasa nggak pantes banget buat kamu."

"Trus, kenapa kamu nggak ngasih tau aku dari dulu?"

"Aku juga takut kamunya nggak mau, Ra. Lagi pula kan kamu masih sama Dito. Masa aku ngerusaķ hubungan kalian demi Abang Ken."

"Trus ceweknya Abang Ken yang orang Sulawesi itu, mereka udah putus?"

"Iya, udah putus. Semenjak itu Abang Ken juga hijrah. Makanya jenggotnya jadi lebih tebel sekarang."

"Oh," jawab Qiara singkat.

"Oh doang? By The Way kok kamu tahu Abang Ken pacaran sama orang Sulawesi?"

"Ya. Sempet kepo-in di akun IG nya."

"Ciee diem-diem kepo. Udah nggak usah mikir lagi, jawab iya aja kenapa sih! Kan kamu juga suka sama abang," ucap Tiara tak sabaran menanti jawaban.

"Nggak semudah itu, Tiara. Apa yang aku anggap baik belum tentu menurut Allah baik, aku mau istikhoroh biar nggak salah pilih," ucapan Qiara polos.

Setiap kata yang keluar dari mulut Qiara layaknya ketukan yang membuka pintu hati Tiara. Persis dengan kebanyakan wanita di luar sana. Tiara juga ingin mengenakan pakain syar'i sama seperti yang dipakai karibnya. Namun, ia merasa masih belum pantas karena sifatnya juga belum baik.

Sudah tiga hari Qiara menunaikan solat itikhoroh, tetapi ia merasa belum ada tanda-tanda yang menunjukan kalau Ken adalah yang terbaik untuknya.

apa aku terlalu berharap Abang Ken menjadi jodohku? Bagaimana kalau ternyata jodohku bukan dia? Bagaimana kalau jodohku sebenarnya Dito atau  justru orang lain? Ya Rabb kasih aku petunjuk, gerutu Qiara dalam hati sambil menatap langit-langit kamar dari atas kasur seusai sholat.


Qiara menjulurkan tanganya mengambil ponsel yang terletak di atas meja persis di sebelah kasur. Kedua matanya menyorot pada satu undangan pertemanan di akun Instagram-nya. "Kak Airin?" ucap Qiara tercengang.

Baru saja mau menyapa Airin. Ia sudah dichat lebih dulu.

"Assalamu'alakum, Dek. Bagaimana kabarnya? Udah lama yah kita nggak ketemu. Terakhir kalau nggak salah tahun 2014 yah? Tadi aku minta nama Akun IG-mu dari Bella."

Ya Allah ramah banget sih ni orang. Nggak sesuai ekspektasi, gumam Qiara tak menyangka.

"Wa'alaikum salam, Kak. Alhamdulillah sehat. Kak Airin sendiri gimana?"

Sepuluh menit lebih mereka memulai obrolan dengan basa-basi. Airin mengingatkan

"Oh iya. 2 bulan lalu aku ketemu Rika. Trus nanyain kabar kamu. Kamu sekarang dimana, Ra?"

"Masih di Jakarta, Kak.

"Kamu sama Dito gimana? Kapan nikah?"

Setiap Qiara berusaha melupakan masa lalu. Pasti ada saja perihal yang datang mengingatkannya tentang Dito.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #zanara26