💐 Bab 13. Hadiah dari Allah 💐


Doa Tanpa Nama

Ada kalanya aku tak sanggup membahasakan rasa,
dan apa yang terpikir oleh kepala,
yang aku lakukan hanya terus memintal doa,
di sela-sela waktu terjaga maupun dalam kesempatan terijabahnya pinta.

Aku tak akan menyebutkan sebaris nama,
Karena berharap yang terbaik adanya,
Bukan menurut apa yang terlihat oleh mata,
melainkan atas pilihan Dia,
Rabb pemilik semesta.

(Qiara Setiyani Adawiyah)

Sudah 1 jam Qiara berbaring tanpa menutup mata. Ia mengangkat badannya dari pembaringan dan duduk dengan kedua tangannya bersegera menengadah, memanjatkan doa.

"Ya Rabb... Jika bukan ia, mudahkanlah aku menerima segalanya. Jangan biarkan kami bersama tanpa keinginan untuk bersegera dan lindungi kami agar tetap terjaga."

Lama-kelamaan air matanya berlinang, dengan segera membasahi pipi. Bibir masih mampu mengucap tapi berat di hati berusaha ikhlas.

"Namun, Ya Rabb... Jika ia benar yang ditulis untukku. Biarkan kami terpisah sementara waktu, sampai akhirnya bertemu karena Benar-benar ingin menyatu untuk menunaikan sunnah Rasul-Mu," ucap Qiara menutup doa.

Di jam yang sama Bella sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya di kamar. Tiba-tiba dari atas meja yang sedang ia tumpangi untuk mengetik beberapa lembaran tugas bergetar suara ponsel. Ada pesan masuk dari Tiara rupanya.

"Assalamu'alaikum, Bell. Sibuk nggak?"

"Wa'alaikum salam. Nggak kok, Mbak."

"Bell? Kira-kira Qiara mau nggak yah sama abang Ken?

Kok tumben mbak Tiara chatnya kaya ini. Apa dia cuma bercanda, atau? Bella merasakan ada yang janggal. Dia penasaran dengan apa yang dikatakan Tiara selanjutnya.

"Abang Ken kayanya pemilih orangnya. Bella cuma takut aja," balas Bella dengan dengan denyut jantung semakin tak karuan.

"Aku udah ngomong sama abang Ken, yang penting mbak-mu mau, Bell."


"Gimana ya, Mbak? Mbak Qiara sih pernah bilang, kalo ada yang serius trus langsung temui bapak sama ibu dan mereka setuju. InsyaAllah dia juga setuju."

"Sebenernya abang itu udah dari lama suka sama Qiara, cuma abang ngerasa nggak pantes buat dia."

"Masya Allah, yang bener Mbak? Feeling-ku selama ini ternyata bener. Mau nangis, Mbak."

"Mbak tu sebenernya udah lama banget pengen ngejodohin mereka, ya cuma tau sendiri mbakmu kan masih sama Dito. Kira-kira bapak sama ibu setuju nggak ya, Bell?

"Aku masih nggak nyangka kalau abang suka sama Mbak Qiara. Padahal abang sering chat sama aku, nyemangatin aku kalo lagi down masalah kuliah tapi, nggak pernah sengaja sedikit pun soal perasaannya ke Mbak Qiara."

Bella melanjutkan chat-nya "Abang Ken orang baik. InsyaAllah bapak sama ibu setuju," jawab Bella dengan yakin.

"Pokoknya kalo Qiara mau sama Abang Ken, cocok banget. Tau nggak Bell?"

"Apaan, Mbak?"

"Abang Ken itu pernah nanya ke aku. Kira-kira dia cocok apa nggak sama Qiara? Trus aku jawab, siapa sih yang nggak mau sama abangku yang pekerja keras dan baik dalam segala hal ini."

"Mbak, abang kan masih kuliah-" balas Bella ragu.

"Iya, Bella. Tapi, abang udah punya tabungan buat nikah," tulis Tiara meyakinkan adik sahabatnya itu.

"Ya udah. Nanti mbak ajarin aku ngomongnya begimana. Aku bingung mau mulai dari mana, Bella gugup."

Sarapan hari ini semua wajah di keluarga Pak Adam tampak berseri-seri, kecuali Qiara. Ia bingung apa yng sedang terjadi dengan keluarganya. Belum juga sampai di lantai dasar. Bella sudah menjemputnya dengan senyuman lebar dan menggandengnya kemudian diiringi berjalan sampai ke meja makan.

"Semuanya pada kenapa sih?" ucap Qiara sambil sesekali memegangi kepalanya karena pusing sisa menangis begitu lama semalam.

"Udah pokoknya mbak duduk dulu," ucap Bella mendudukan Qiara pada kursi.

"Pak, ini minum dulu tehnya," pintah ibu menyeru suaminya meminum teh.

Pak Adam berdehem dan merapikan posisi duduknya. Dia sudah siap menyampaikan kabar baik untuk putri sulungnya.

"Ada apa sih buk? Tanya Qiara melirik ibunya yang sedang meletakan jemari di kedua pundak miliknya.

"Oke. Bapak langsung aja yah. Jadi begini Ra," ucap Pak Adam lembut. "Semalam bapak dapat kabar baik. InsyaAllah baik juga untuk kamu."

"Bapak naik jabatan lagi?" tanya Qiara mencoba menebak kabar baik itu.

"Bukan. Bukan itu, Nak. Ini soal masa depanmu."

"Qiara mau dijodohin lagi? Pokoknya Qiara nggak mau nikah sama lelaki yang nggak bisa jaga sholatnya. Buk, Pak, kali ini aja. Biarin Qiara memilih sendiri masa depan yang terbaik untuk Qiara," ucap qiara lemas.

"Ra! Kamu biarin bapak selesai bicara dulu. Jangan dipotong, nggak sopan Qiara..." ucap Ibu ramah.

"Oke. Biarin bapak bicara dulu. Setelah ini terserah Qiara mau berpendapat apa. Bapak sama ibu ingin yang terbaik untuk kamu dan kami nggak akan memaksa hal ini sama kamu. Kita kembaliin lagi ke kamu."

Qiara menelan ludahnya serat. "Iya Buk-Pak, Qiara paham."

"Jadi begini. Ada seorang lelaki datang ke ibu dan bapak, insyaAllah dia ahlaknya baik, bertanggung jawab dan penyayang keluarga. Dia sudah menikah dan ingin menjadikanmu sebagai istrinya. Kalau kamu mau bapak sama ibu akan mengabari dia untuk datang dengan keluarganya ke rumah untuk ke jenjang yang lebih serius," jelas Pak Adam perlahan-lahan.

Kedua Tangan Qiara berkeringat. Jantungnya berdetak semakin kencang.

Ya Rabb secepat inikah doaku terijabah? Atau jangan-jangan ini hanya ujian yang kau datangkan untuk menuji ketaatanku padaMu, berbagai prasangka berputar di kepalanya.

"Ra? Jadi gimana, kamu mau apa enggak? tanya ibu menginginkan jawaban segera dari putrinya.

"Siapa dia, Pak?" tanya Qiara penasaran.

"Ken Indra Shodiq."

"Ken Indra Shodiq? A-Abang Ken, Tiara? Maksud aku abangnya Tiara?"

Mana mungkin abang Ken mau sama aku? Selama ini kan dia pacaran sama cewek-cewek cantik. Jangan-jangan ini paksaan ibu sama bapak. Aku nggak mau nikah sama orang yang nggak punya rasa cinta sedikit pun di hatinya untuk aku tapi, kalau bener gimana? Qiara masih belum percaya dengan kabar yang baru saja diucapkan oleh ayahnya.

"Gimara Ra? Bapak samaibu setuju-"
Omongan bapak terpotong.

Bella yang sedari tadi membiarkan orangtuanya menjelaskan akhirnya angkat bicara. "Aku juga setuju mbak."

"Qiara nggak bisa buru-buru karna ini buat masa depan Qiara. Izin-in aku istikoroh selama beberapa hari karena apa yang menurut Qiara baik belum tentu menurut Allah.







Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #zanara26